Perkembangan Tech Deck

Perkembangan Tech Deck

Apa itu tech deck ? Bermain dengan jari? Apalagi ketika aktivitas tersebut menirukan mobilitas akrobatik layaknya pemain skateboard dengan papan luncur mini, niscaya menarik. Terutama bagi mereka nan hobinya menjajal suatu permainan unik, tech deck dapat jadi pilhan.

Nama tech deck memang masih asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia. Ini wajar saja sebab permainan melatih kepiawaian jari tersebut masih belum familiar. Apalagi jika melihat mereka nan sedang memainkannya. Ada kesan lucu ketika pertama kali melihat seseorang begitu fokus membolak-balik, memutar bahkan meloncatkan sebuah papan mungil seukuran jari manusia. Orang itu seakan-akan hanyut dalam dunianya sendiri, yakni global permainan menggunakan alat-alat mungil seperti di negeri liliput.

Namun, kesan tersebut akan sirna dan berganti rasa kagum. Mengapa? Karena jika jeli mengamatinya, permainan nan dikenal bernama tech deck itu sarat dengan permainan akrobatik nan menuntut konsentrasi taraf tinggi. Bahkan jika mengamati lebih lama, rasa kagum itu akan semakin bertambah ketika mengetahui media permainan nan digunakan.

Tech deck menggunakan media permainan berbentuk papan luncur (skateboard) lengkap dengan lintasan papan luncurnya. Termasuk berbagai halang rintang nan biasa dipasang ketika seorang skateboarder bermain di skateboard park. Hanya saja, papan luncur tersebut berukuran mungil sepanjang 10cm. Memainkannya pun menggunakan dua atau tiga jari, bukan dengan sepasang kaki seperti pada permainan skateboard. Karenanya, tech deck juga disebut dengan fingerboards atau permainan papan jari.



Sejarah Tech Deck

Populernya tech deck akhir-akhir ini, tidak lepas dari munculnya permainan skateboard . Permainan nan menggunakan papan pipih dengan empat roda itu digilai oleh para remaja maupun orang dewasa seantero dunia. Menggunakan tenaga dorong nan muncul dari kayuhan salah satu kaki nan menjejak tanah atau tenaga hasil dari gaya gravitasi ketika papan meluncur pada sebuah turunan, jadi karakteristik khas permainan olah ketangkasan tersebut.

Ketika skateboard begitu maraknya, berbagai merchandise atau pernak-pernik berkaitan permainan itu pun laris manis dijual di pasaran. Salah satu nan paling diminati ialah miniatur dari skateboard nan mulai diproduksi pada 1970-an. Berukuran mungil dan digunakan sebagai aksesoris gantungan kunci atau mainan nan dijadikan pajangan memperindah kamar para skateboarder.

Tech deck saat itu diproduksi secara manual melalui home industry . Bahan-bahan pembuatnya pun masih sederhana, yaitu dari karton, pengaduk kopi (kopi stirrers), dan hot wheels buat ban atau rodanya. Nah, dari sinilah cikal bakal permainan tech deck dimulai.

Adalah Lance Mountain, orang nan pertama-tama dikenal mulai berkreasi buat tidak hanya menjadikan skateboard mungil sebagai gantungan kunci atau mainan pajangan, tetapi ia berusaha menjadikan skateboard mini (tech deck), dimainkan layaknya skateboard asli.

Lance pun pada 1985 menulis sebuah artikel di Transworld ‘s Skateboarding Magazine tentang cara membuat tech deck nan asik buat dimainkan. Begitu pula dengan teknik-teknik memainkan teck deck nan dipublikasikan melalui video pada tahun nan sama. Video itu berjudul ‘Powell Peralta - Future Primitive’.

Inovasi baru dalam permainan olah ketangkasan tersebut ternyata mendapat respons positif dari berbagai kalangan, baik dari komunitas skateboard maupun mereka nan di luar komunitas permainan papan luncur.

Beragamnya kalangan nan menyukai permainan ini—tidak hanya dari komunitas skateboard—dikarenakan tech deck punya kelebihan nan tak dimiliki oleh permainan skateboard. Tech deck meskipun tergolong permainan ketangkasan seperti skateboard, amat minim buat terjadi cedera ketika memainkannya.

Berbeda dengan skateboard nan walaupun menantang adrenalin sebab melakukan berbagai mobilitas akrobatik, tapi risiko cedera serius seperti terkilir hingga patah tulang amat besar kemungkinan terjadi. Karena itu, skateboard tidak disarankan dimainkan oleh mereka nan tak siap mengalami cedera.

Tetapi, bagaimana dengan mereka nan tertarik ingin merasakan asiknya melakukan berbagai mobilitas akrotik tanpa risi risiko cedera? Tech deck ialah jawabannya. Bermodalkan ketangkasan menggunakan jari (jari telunjuk dan jari tengah, sedangkan jari manis hanya kadang-kadang digunakan), meluncurlah papan mini tersebut. Berakrobatik dengan berbagai gaya dan taraf kesulitan seperti pada permainan skateboard dalam versi miniaturnya.



Tech Deck = Fingerboard

Kembali lagi ke sejarah munculnya tech deck, permainan ini awalnya dikenal bernama fingerboard atau papan jari. Ada pun tech deck sejatinya ialah nama merek berbagai macam fingerboard nan ada di pasaran. Itu terjadi pada 1990-an, ketika global industri mulai melirik permainan fingerboard sebagai bisnis menguntungkan.

Fingerboard pun diproduksi secara massal sebagai mainan koleksi ( high-end collectibles toys ). Saat itu pula bermunculan merek-merek nan menawarkan fingerboard berbagai corak. Dari semua merek, tech deck paling populer sebagai merek fingerboard , mengalahkan merek-merek lainnya. Ini sebab tidak hanya bercorak menarik, tapi tech deck juga punya bahan nan membuat fingerboard jadi mudah dimainkan. Bahannya mulai dari kayu ( fingerboard wooden ) hingga bahan baku dari tech deck yaitu gabungan fiber dan plastik.

Dominasi tech deck sebagai merek fingerboard di pasar global semakin kentara. Apalagi ketika tahun 1990-an, tech deck memperoleh izin lisensi memproduksi grafik atau corak orisinil desain dari skateboard terkenal. Keberhasilan nan membuat penguasaan tech deck menjadi tidak terbantahkan. Hingga akhirnya nama tech deck bagi para penggemarnya disamakan dengan permainan dari fingerboard itu sendiri. Tech deck ialah fingerboard, begitu pula sebaliknya.



Perkembangan Tech Deck

Lazimnya, tech deck punya ukuran panjang nan baku yaitu 9,6cm. Untuk lebar, ada tiga pilihan ukuran yaitu biasa (2,6cm), lebar (2,8cm), dan ektra lebar (2,9cm). Dengan ukuran seperti ini, para pemain tech deck bisa leluasa memainkan trik-trik nan biasa dimainkan di skateboard. Begitu pula jika mereka hendak menciptakan trik-trik baru, ukuran ini sangat akomodatif dalam berkreasi.

Tech deck nan awalnya merupakan mainan itu, berkembang jadi sebuah permainan mengasikkan. Tak hanya dimainkan sendiri, tech deck pun dikompetisikan seperti ‘saudara tuanya’, skateboard. Dibuatkan suatu arena kompetisi bernama fingerpark, yaitu miniatur dari skatepark. Di sini, para pemain tech deck bisa menunjukkan kebolehan mereka dalam berakrobatik menggunakan kehandalan jari. Termasuk juga memperlihatkan trik baru hasil ciptaan mereka dalam mengotak-atik papan luncur mini itu.

Berawal dari banyaknya kompetisi nan digelar dan publikasi tiada lelah menggunakan berbagai media (khususnya internet), membuat tech deck nan mula-mula hanya dikenal dan dimainkan di Amerika Serikat, perlahan menyebar hingga ke seluruh dunia. Dimulai dari Eropa, pemain papan luncur mini di Benua Biru itu membentuk komunitas-komunitas tech deck nan beranggotakan hingga ribuan orang. Berbagai perlombaan, kejuaraan, eksibisi, atau pameran kemahiran nan memainkan tech deck, seringkali digelar. Menarik minat ribuan orang buat menyaksikan atau memainkannnya.

Komunitas ini terus menggurita. Bahkan, perkembangannya sangat pesat dibanding di Amerika Serikat. Pada 1999 saja, hasil penjualan teck deck di Eropa mencapai 120 juta dollar US. Khususnya di kawasan Eropa Timur, peminat teck deck begitu luar biasa. Mereka tidak hanya menganggap permainan ini sebagai hobi, tapi lebih dari itu, yaitu menjadikan tech deck sebagai bagian dari gaya hidup. Lambang pergaulan anak muda nan sadar akan perkembangan zaman.

Bagaimana dengan di Indonesia? Pun serupa. Tech deck mulai digandrungi sebagai permainan mengasikkan. Walaupun belum setenar skateboard , tapi perkembangan tech deck mulai menggeliat. Ini terlihat dari munculnya komunitas-komunitas tech deck, khususnya di global maya (internet) melalui situs jejaring sosial (facebook dan twitter).

Melalui komunitas-komunitas maya ini, mereka saling tukar menukar informasi, baik itu informasi harga tech deck keluaran terbaru, ajang kompetisi atau perlombaan hingga aktivitas jual beli tech deck ke sesama anggota komunitas.