Anaconda dan Python
Anda mungkin sudah tidak asing dengan film Anaconda, sebuah film petualangan horor nan cukup terkenal. Film nan menceritakan tentang petualangan sekelompok peneliti dan pembuat film di hutan Amazon buat mendokumentasikan ular terbesar di global nan disebut sebagai Anaconda.
Film nan dibuat tahun 1997 dan kemudian diikuti dengan sekuel itu cukup menyita perhatian banyak penonton dunia. Dengan semakin populernya film itu, semakin kita meyakini pula bahwa Anaconda ialah ular terbesar di global nan pernah ada.
Namun ternyata belum lama ini sekelompok ilmuwan sukses menemukan fosil ular nan lebih besar daripada Anaconda. Ular ini mencapai panjang 14,6 meter dengan berat kurang lebih 1,13 ton atau sekitar 1.133,9 kilogram. Ular nan kemudian dinobatkan sebagai ular terbesar di dunia ini bernama Titanoboa.
Penemuan ini menjadi salah satu inovasi paling fantastis di sepanjang sejarah. Inovasi ini juga sekaligus dianggap sebagai jawaban tentang makhluk hayati seperti apa nan hayati pasca kepunahan dinosaurus.
Fosil Titanoboa
Fosil ular terbesar di global itu ditemukan di hutan hujan nan berusia sangat tua di pedalaman Kolombia bagian utara. Titanoboa sebagai ular terbesar di global nan pernah ada diperkirakan hayati pada masa zaman Paleosen, yaitu sekitar 60 juta tahun lampau. Tim nan terdiri dari ilmuwan dari berbagai forum pendidikan, riset, dan museum Smithsonian mengaku tercengang dengan inovasi ular ini.
Namun sayang kepala dari fosil ular terbesar di global ini tak dapat ditemukan sebab telah hancur setelah sekian lama termakan waktu. Dalam keterangannya kepada media massa, pakar paleontologis dan kurator dari Museum Alam dan Sejarah Florida, Dr. Jonathan Bloch, mengatakan bahwa Titanoboa sebagai ular terbesar di global pernah menjadi predator nan mematikan selama kurang lebih sepuluh juta tahun lamanya.
Lembaga riset Smithsonian dalam program buat televisi juga membuat film dokumenter tentang ular terbesar di global ini. Film dokumenter tersebut lebih kepada bagaimana fosil ular terbesar di global ini ditemukan.
Sebuah patung ular raksasa nan merupakan tiruan ular Titanoboa dengan ukuran orisinil dibuat sebagai salah satu upaya mempromosikan film ini. Patung ular terbesar di global ini dipamerkan di New York Grand Central. Hal ini tentunya menarik perhatian banyak pengunjung di sana.
Pengganti Dinosaurus
Banyak pihak selama ini bertanya-tanya tentang spesies seperti apakah nan hayati pada zaman setelah dinosaurus punah. Seolah hewan-hewan raksasa itu musnah dari muka bumi begitu saja. Kemudian, tiba-tiba muncul binatang-binatang lain dengan bentuk dan rupa seperti nan kita kenal hingga sekarang. Seolah ada jarak waktu nan cukup panjang nan kita lewatkan.
Penemuan fosil Titanoboa sebagai ular terbesar di global belum lama ini, sekonyong-konyong membawa kesadaran bagi kita. Berdasarkan prediksi usia fosil ini, diketahui bahwa Titanoboa hayati di masa pasca dinosaurus musnah dari muka bumi.
Ular terbesar di global ini hayati sekitar 60 juta tahun silam, dan sejauh ini ilmuwan menyimpulkan bahwa inilah spesies nan menggantikan dinosaurus merajai bumi setelah kepunahan mereka. Fosil Titanoboa ditemukan di pedalaman Kolombia, di mana di wilayah itu juga ditemukan fosil buaya dan kura-kura.
Anaconda dan Python
Sebelum fosil Titanoboa ditemukan dan dinobatkan sebagai ular terbesar di dunia nan pernah ada, Anaconda dan Phyton disebut-sebut sebagai ular terbesar di dunia. Seperti nan disinggung di atas, kita cenderung mengaitkan Anaconda sebagai ular terbesar di global dampak popularitas film. Python juga sering terdengar di telinga kita sebab banyak terdapat di hutan-hutan di Kalimantan. Namun, nama Titanoboa mungkin baru pertama kali ini kita dengar.
Anaconda biasa ditemukan di pedalaman hutan di Amerika Selatan. Sebenarnya Anaconda merujuk pada jenis ular. Namun, pada praktiknya Anaconda biasa digunakan buat menyebut Anaconda hijau atau Eunectes murinus, nan merupakan salah satu ular terbesar di dunia. Kata Anaconda berasal dari bahasa Tamil nan berarti pembunuh gajah.
Tentunya dengan ukuran tubuh raksasanya, salah satu ular terbesar di global ini dapat melilit tubuh gajah dan membunuhnya dengan mudah. Popularitas Anaconda melejit seiring dengan dibuatnya film Anaconda nan dibuat tahun 1997 tersebut.
Sementara itu jika mendengar ular Phyton atau Phyton reticulatus, mungkin kita akan segera teringat penampakan ular raksasa di Kalimantan beberapa tahun lalu. Ular Phyton memang banyak terdapat di hutan-hutan di Borneo. Ular tersebut beberapa kali terekam di kamera dan diperkirakan panjangnya dapat mencapai 40 meter. Sebuah ukuran panjang nan cukup fantastis.
Jika memang sahih ular Phyton nan terlihat di gambar nan tersebar luas di internet itu dapat mencapai panjang 30-40 meter, tentunya ular ini akan menjadi ular terbesar di global jauh melebihi Titanoboa. Namun gambar-gambar ular raksasa di Borneo tersebut banyak dianggap sebagai gambar rekayasa saja.
Gambar-gambar ular raksasa di Kalimantan nan disebut sebagai ular terbesar di global tersebut beberapa kali muncul di internet. Mulai dari penampakan ular nan terlihat dari helikopter nan sedang mengudara di atas sungai Mahakam, hingga foto ular Phyton wafat nan sangat besar sehingga buat mengangkatnya pun diperlukan ekskavator.
Ular Phyton raksasa ini syahdan ditemukan di pedalaman Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Foto fenomenal ini sempat menjadi topik pembicaraan hangat di facebook dan jejaring sosial lainnya. Namun ketika si pengunggah foto tersebut dikonfirmasi tentang kebenaran foto tersebut, ternyata dia hanya mendapatkan foto tersebut dari temannya nan bekerja di perusahaan nan menyewakan alat berat di pedalaman Kalimantan.
Meski panjang ular-ular nan pernah terlihat di Kalimantan masih menjadi kontroversi, namun tak dapat dipungkiri bahwa ular-ular nan berada di pulau ini memang tergolong salah satu ular terbesar di dunia. Adapun jenis Phyton nan paling besar dan panjang ialah Phyton reticulatus nan mendiami hutan-hutan di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Bagi masyarakat kebanyakan mungkin Phyton lebih familiar dengan sebutan ular sawah atau sanca. Ular sawah atau sanca memang besarnya dapat mencapai belasan meter. Syahdan ular-ular sanca nan ada di Indonesia panjangnya lebih daripada ular sanca nan biasa ditemukan di Burma.
Ular Phyton sebagai salah satu ular terbesar di dunia ini juga tampaknya menginspirasi beberapa pengarah adegan buat membuat film tentangnya. Tercatat pada tahun 2000 muncul film tentang ular Phyton berjudul "Python" karya Richard Clabaugh. Kemudian pada tahun 2002 sekuel film ini dirilis dengan judul "Python II".
Membaca cerita tentang ular-ular terbesar di global tentu selalu menarik dan membuat kita penasaran. Melihatnya di layar kaca atau di kebun binatang tentunya juga seru dan mengasyikkan. Akan tetapi, jika kita berjumpa langsung dengan ular-ular terbesar di global nan habitatnya di alam liar tersebut, tentunya bukan sesuatu nan menarik lagi.
Namun, selain kita perlu mengetahui tentang keberadaan mereka, kita pun harus ikut melestarikannya sebab bagaimanapun mereka juga ialah kreasi Tuhan Yang Maha Esa.