Layang-Layang - Festival Layangan
Anda tentu sering melihat anak-anak bermain layang-layang, bukan? Biasanya permainan ini dilakukan pada musim kemarau ketika anginnya besar. Keceriaan anak-anak dalam membuat dan bermain layangan bisa tergambar dalam lirik lagu berikut.
Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang
Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang
(Lagu kreasi NN)
Dalam lirik lagu tersebut, mereka terlihat bahagia dan menikmati permainan itu. Namun, siapa nan menyangka, ternyata orang dewasa pun sangat suka dengan layang-layang. Pernahkah Anda mencoba membuat layangan sendiri?
Permainan tradisional ini dibuat dari kertas, potongan bambu kecil, dan lem. Sebenarnya apa saja nan harus dilakukan ketika membuat layangan? Ekuilibrium dan kreativitas sangat dibutuhkan dalam membuat layangan. Anda bisa mengekspresikan diri dengan membuat bentuk nan disukai. Adapun bentuk nan paling sederhana berupa jajaran genjang.
Permainan layang perlu dijaga serta dilestarikan keberadaannya agar tak tergerus oleh permainan modern nan gencar pada saat sekarang ini. Bagi nan sudah berkeluarga, ajaklah anak Anda buat bermain layangan pada saat waktu libur sekolah misalnya. Anda bisa membeli layangan tersebut di toko-toko nan menyediakannya atau berkreasi dengan membuatnya sendiri. Membuat sendiri tentu memberikan suatu pengalaman nan menarik.
Anda bisa memainkan layangan tesebut di loka nan mempunyai udara terbuka, seperti lapangan atau pantai. Loka dengan udara terbuka akan memudahkan dalam menerbangkan layangan. Bermain layangan bisa dilakukan sendiri atau beramai-ramai lebih seru. Mengunjungi Museum layangan juga merupakan suatu bentuk usaha menjaga kelestarian permainan tradisional ini.
Layangan nan biasa dimainkan oleh anak-anak ini memang tak menutup kemungkinan dimainkan juga oleh orang dewasa. Layangan diterbangkan ke angkasa menggunakan seutas tali atau benang nan bisa ditarik dan diulur, meliuk-liuk dengan donasi angin. Barang siapa nan terlebih dulu memutuskan benang lawan, maka dialah pemenangnya. Sungguh merupakan permainan nan mengasyikkan. Ayo, kita telusuri hal-hal menarik mengenai permainan tradisional ini.
Layang-Layang - Asal Mula Layangan
Pasti Anda penasaran dari mana asal permainan ini. Beberapa literatur menyebutkan bahwa layang-layang berasal dari Cina sekitar 2500 SM. Kemudian, disebarluaskan ke negara lainnya, seperti Korea, Jepang, Indonesia, dan India, serta populer di negara-negara Eropa.
Namun, siapa sangka pada awal abad ke-21 ditemukan sebuah lukisan di Gua Sugi Patani di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Lukisan tersebut diperkirakan berusia 4000SM, menggambarkan orang bermain layangan.
Reproduksi lukisan layangan tradisional bisa dilihat dalam buku 'The First Kiteman' karya Wolfgang Bieck nan merupakan penggemar layangan dari Jerman. Sampai saat ini, penduduk Pulau Muna masih melestarikan layangan tradisional khas Muna, dimana rangkanya terbuat dari bambu bulu dan kertasnya dari daun kolope, kemudian disatukan dengan lidi dari kulit batang waru. Talinya terbuat dari serat nanas hutan nan dipilin. Terbukti, betapa kaya khazanah budaya Indonesia nan perlu kita lestarikan.
Layang-Layang - Fungsi dan Jenis Layangan
Setiap negara mempunyai Norma nan berbeda dalam menggunakan layang-layang . Pada umumnya, layangan digunakan sebagai permainan, tetapi jika diteliti terdapat fungsi lain dari permainan tradisional ini. Layangan bisa dijadikan sebagai alat ritual, alat memancing, alat menjerat, sebagai penelitian ilmiah, serta sebagai media energi alternatif.
Pada awalnya, layangan di Eropa berfungsi hanya sebagai permainan anak-anak sampai abad ke-18. Hingga pada 1749 bertambah fungsinya menjadi alat penelitian ilmiah, dimana seorang ilmuwan asal Skotlandia bernama Alexander Wilson menggunakan beberapa rangkaian layangan buat mengukur temperatur udara pada ketinggian nan berbeda.
Kemudian, pada 1752 Benjamin Franklin melakukan percobaannya nan terkenal buat membuktikan bahwa petir itu ialah listrik. Dia menaikkan layangan nan digantungkan sebuah kunci. Ketika hujan deras ternyata petir menyambar dan terlihat loncatan barah listrik dari kunci tersebut. Percobaan tersebut merupakan dasar alat penangkal petir nan sekarang banyak digunakan.
Sebagai alat ritual, misalnya di Malaysia, dipercaya jika menerbangkan layang-layang di atap rumah pada malam hari bisa menjauhkan roh jahat. Sedangkan di Korea, nama bayi nan baru lahir dituliskan pada layangan, kemudian diterbangkan bebas ke angkasa. Sementara di Jepang, layangan dijadikan media buat mempersatukan penduduk desa. Mereka bergotong-royong membuat layangan berukuran 120 yard persegi, kemudian bersama-sama menaikkannya ke udara.
Adapun sejumlah daerah di Indonesia menggunakan layangan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya berkaitan dengan proses budidaya pertanian. Beberapa loka di Indonesia ditemukan layangan nan dipakai sebagai alat bantu memancing. Layangan ini terbuat dari anyaman daun homogen anggrek eksklusif dan dihubungkan dengan mata kail atau dipasangi jerat buat menangkap kelelawar.
Berdasarkan jenisnya, layang-layang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tradisional, kreasi, dan olahraga. Layangan tradisional merupakan layangan nan berasal dari daerah-daerah di Indonesia, seperti nan berasal dari Bali yaitu Janggan, Pebean, dan Pecukan. Jenis ciptaan dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu ciptaan dua dimensi dan ciptaan tiga dimensi. Terakhir, jenis olahraga, mempunyai karakteristik khas yaitu menggunakan dua tali di sebelah kiri dan kanan layangan.
Layang-Layang - Festival Layangan
Pernahkah Anda mengikuti festival layang-layang? Pecinta hobi layangan dari seluruh global berkumpul dan berkompetisi membuat dan menerbangkan layangan karya masing-masing peserta.
Adapun kategori nan dilombakan ialah kategori 2D, 3D, Rokaku, Train, Sport, Tradisional, Tanpa Rangka (Balon), dan kategori lainnya termasuk adu layangan. Festival layangan di Indonesia biasanya diadakan di daerah pantai. Daerah pantai dipilih sebab dekat dengan lautan nan notabene memiliki angin nan cukup besar buat menerbangkan layangan. Waktu nan dipilih biasanya selama sebulan penuh. Dimana Anda akan menyaksikan estetika ribuan layangan dari berbagai negara.
Festival layangan nan akan diadakan baru-baru ini ialah Pangandaran International Kite Festival 2012 selama bulan Agustus. Festival ini akan menyajikan koleksi Kite Art Indonesia nan pernah menjadi kampiun global festival layangan di sejumlah negara, juga akan menghadirkan layangan milik Mr dan Mrs Ohashi dari Jepang dan Mr Peter Lynn dari Selandia Baru nan tercatat di Guiness Book Record dengan layangan nan lebarnya sama dengan lapangan bola. Jadi, selain menikmati keindahannya, Anda juga bisa berpartisipasi memajukan pariwisata di negeri ini.
Layang-Layang - Museum Layangan di Indonesia
Bagi Anda nan ingin mengenang masa kecil nan latif ketika bermain layang-layang di tanah lapang, sebaiknya Anda mengunjungi Museum Layangan Indonesia. Museum ini ialah museum layangan ketiga di global setelah China dan Malaysia. Tempatnya tak terlalu besar, tetapi di sana terdapat ratusan layangan koleksi khas Indonesia juga dari berbagai negara seperti Malaysia, Cina, dan Jepang.
Mata Anda akan dimanjakan dengan aneka ragam bentuk dan ukuran layangan. Ukurannya mulai dari nan terkecil, yaitu dua ruas jari tangan dewasa hingga nan terbesar sepanjang 25 meter. Bahan-bahan nan dipakai juga bermacam-macam, ada nan terbuat dari kertas, bulu, kain, anyaman, dan daun. Setiap layangan memiliki bentuk nan unik. Ada layangan nan berbentuk capung, delman berikut kudanya, naga, dan ikan, bahkan berbentuk Harry Potter.
Museum ini dibuka sejak 21 Maret 2003. Terletak di Jl. H. Kamang No.38 Pondok Labu, Jakarta. Pemiliknya ialah Endang W Puspoyo, seorang kolektor layangan. Beliau juga seorang ahli kecantikan nan telah menekuni global layangan sejak tahun 1985.
Jika ingin masuk Museum Layang-Layang ini, Anda akan dikenakan biaya sebesar sepuluh ribu rupiah. Dengan HTM ini, Anda bisa menonton video mengenai sejarah layangan dan kegiatan festival layangan, baik di dalam ataupun di luar negeri. Kemudian, Anda bisa mengelilingi museum sepuasnya. Dengan membayar beberapa rupiah lagi, Anda bisa membuat layangan. Anda akan diajak merakit, menghias, dan mewarnai layangan dengan alat dan bahan nan telah disediakan pihak museum.