Rasulullah pun Mempunyai Sahabat
Menjalin interaksi baik dengan siapapun ialah salah satu tugas manusia selama ia hayati di dunia. Sebagai makhluk sosial, manusia juga membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Manusia membutuhkan kasih sayang, perhatian, rasa saling peduli dan bentuk-bentuk perasaan lain nan diberikan oleh sesamanya. Memiliki teman, sahabat , kekasih, suami, istri, tetangga, bahkan musuh sekalipun ialah salah satu bukti bahwa manusia berinteraksi dengan sesamanya.
Arti Sahabat
Kehidupan kita sebagai manusia penuh dengan berbagai hal. Hal-hal itu pada akhirnya hanya menawarkan dua “macam” perasaan. Perasaan sedih dan senang. Selain kedua orangtua, jika ditanya mengenai siapa orang di sekitar kita nan dapat menemani disaat kedua perasaan itu tengah dialami jawabannya niscaya sahabat. Tidak ada definisi niscaya tentang sahabat atau orang nan paling mengerti keadaan hati kita ini. Mereka ialah salah satu “benda” abstrak nan ada di sekitar kita. Satu hal nan niscaya ialah kita dapat berbagi apapun dengannya dan dia pun dapat berbagi tentang apapu dengan kita. Timbal balik inilah nan akan menyebabkan interaksi petemanan nan akrab dan saling menguntungkan itu dapat berjalan dalam waktu nan lama bahkan hingga akhir hayat.
Di tengah keterbatasannya, oarng-orang terdekat ini akan bersedia dan selalu ada buat kita. Menyediakan apapun nan dia mampu. Tanpa memikirkan apa nan akan dia bisa dari itu semua. Mereka ibarat saudara kandung nan tetapi tak dilahirkan dari wanita nan sama. Ia mencintai kita layaknya ibu dan ayah. Ketika terjadi hal nan jelek pada kita, mereka ialah orang ketiga nan akan menangis setelah ayah dan ibu. Mereka benar-benar ada demi kita dan bukan demi mereka sendiri. Mereka senang ketika kita bahagia. Mereka ikut bersedih ketika kita sedih. Perasaan mereka begitu mudah tersentuh ketika kita mengalami hal-hal nan tidak diinginkan. Tangan mereka akan pertama kali terulur saat kesulitan dan kesusahan itu datang. Kita pun akan berbuat nan sama. Kita akan membantu dan melindungi serta akan melakukan apapun nan kita dapat buat mengeluarkannya dari kesulitan hidupnya.
Sahabat dapat menjadi tongkat penopang di saat kita sudah tak kuat lagi berjalan. Ia bersedia meminjamkan tangannya ketika kita sudah tak kuat lagi menggenggam sesuatu. Ia tak akan keberatan jika harus menunggu dalam waktu nan cukup lama. Di saat kita ragu, sahabat justru akan terus menyemangati dan tersenyum konfiden bahwa keragu-raguan itu tak lebih dari sekadar perasaan lapar nan nanti akan hilang jika sudah makan.
Sahabat nan Baik Tak Selalu Setuju dengan Kita
Ia memang salah satu orang baik nan dikirimkan Tuhan buat kita. Tapi sahabat nan baik ialah orang nan justru tak selalu membenarkan apa nan kita katakan dan apa nan kita lakukan. Ia tak harus selalu memuji dan satu pendapat. Sahabat ialah pengontrol emosi dalam jiwa kita. Ia bahkan akan dengan terus terang mengatakan apa nan kita lakukan itu salah. Ia ialah orang nan tidak akan putus harapan mengingatkan ketika kita berada di jalan nan salah. Ia tidak peduli apakah kita akan marah atau akan memusuhinya. Yang ia mau ialah kita berada di jalur nan kondusif dan tak melanggar aturan. Ia ingin kita memasuki surga yang latif dan bukannya neraka yang menyakitkan.
Ia harus berani mengatakan tak buat suatu hal nan memang tak baik buat kita. Sekali waktu, sahabat dapat menjadi seperti alkohol nan terkandung dalam minyak wangi. Jika dioleskan pada luka akan perih tapi kemudian luka akan sembuh dengan cepat. Kita pun harus menjadi seperti itu kepada teman dekat kita. Kita tidak boleh menyeraj begitu saja ketika melihat ia hampir terperosok ke dalam jurang nan akan membenamkannya. Kita harus membantunya bangkit dan bisa melihat global nan latif dan penuh dengan keberkahan hidup.
Sahabat sudah seperti juri di perlombaan menyanyi. Mengkritik dengan pedas dan menusuk tapi maksud dibalik itu sangatlah baik. Juri-juri itu tak ingin penyanyi-penyanyi di ajang pencarian talenta tersebut memiliki kualitas nan buruk. Begitupun dengan sahabat. Ia tak ingin kekurangan serta kesalahan kita menjadi bahan cemooh bagi orang lain. Ia ingin kita melakukan nan terbaik. Ia ingin melihat kita menjadi satu bintang nan hebat. Bintang nan akan menerangi kegelapan dan berkedip latif di langit malam.
Sahabat juga seperti alarm. Ia akan mengingatkan saat kita lupa, lalai atau terlalu lelap tidur. Ia juga dapat bersikap seperti aktor film lawak nan bisa membuat kita tertawa saat kita tengah sedih. Mendengarkan keluh kesah seperti psikolog saat kita tengah gundah, dan bertingkah seperti konsultan saat kita membutuhkan masukan.
Rasulullah pun Mempunyai Sahabat
Cerita kemuliaan sahabat bahkan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad memiliki sahabat-sahabat nan selalu siap sedia berdiri di samping kiri dan kanan, depan serta belakang. Orang-orang terdekat tersebut membantu Nabi Muhammad saw dalam memperjuangkan ajaran agama Islam. Mereka ialah golongan orang selanjutnya nan meyakini Islam setelah Nabi Muhammad saw. Mereka menyediakan diri dan hartanya bagi kemuliaan agama nan dianutnya. Mereka tidak takut wafat atau disiksa. Mereka begitu ingin berbuat sekuat tenaga. Mereka tahu bahwa akhir dari perbuatan baik itu ialah kebaikan nan abadi nan akan dibalas di surga nanti.
Dengan penuh keikhlasan mereka melakukan apa nan diperintahkan oleh Rasulullah. Mereka meyakini apapun nan diucapkan oleh laki-laki agung yang kudus itu. Tak ada keraguan sedikit pun. Tak ada langkah nan tidak apsti ketika melakukan nan mereka yakini itu. Dari para mitra terdekat Sang Nabi inilah ilmu agama Islam menyebar ke seluruh dunia. Dari mereka jua didapatkan berbagai hadist dan pengetahuan tentang hukum Islam. Mereka menyebar ke berbagai global demi memberitahukan agama nan dikehendaki oleh Allah swt.
Sahabat Itu Adalah Kita
Sahabat itu ialah kita dan kita ialah sahabat. Untuk melihat siapa seseorang itu sebenarnya, lihatlah teman-teman terdekatnya. Kalau teman-teman terdekatnya ialah pakar bercocok tanam, ia pun dapat dipastikan mengetahui bagaimana bercocok tanam. Bila teman-teman dekatnya ialah pakar ibadah, ia pun pakar ibadah. Sebaliknya, kalau teman-teman terdekatnya ialah para penjudi, ia pun ialah penjudi.
Hati-hati memilih teman. Teman akan memberikan pengaruh nan luar biasa kepada kita. Seseorang nan tak menggunakan narkoba tetapi teman-temannya ialah para pengguna narkoba, maka orang akan mengira dan mengecapnya sebagai pengguna narkota juga. Yang parah ialah ketika teman-temannya para pengguna narkoba itu tertangkap, ia pun tertangkap. Siapa nan rugi? Itulah resiko bergaul dengan orang-orang nan tak sahih dan sering melanggar hukum.
Kalau ingin selamat di global dan akhirat, carilah teman nan mampu menjadi penenang ketika gelisah. Mereka akan memberikan nasihat terbaik nan tak asal nasihat. Mereka akan mengambil nasihat nan sinkron dengan hukum nan berlaku dan tak akan menjerumuskan. Bila teman percaya dengan perdukunan, tentunya nasihatnya tak akan lepas dari ilmu perdukunan itu. Sedangkan kalau teman tersebut orang nan sangat berhati-hati dalam memberikan nasihat, ia akan memberikan nasihat nan tak akan menambah masalah dan nasihat itu niscaya terbebas dari kesyirikan.
Teman dekat nan baik tak akan pernah menjerumuskan. Walaupun sulit buat mendapatkan teman seperti ini, tetaplah berusaha menjadi salah satu teman nan dapat diandalkan dan tidak akan pernah berbuat dursila kepada teman sendiri. Bila telah menjadi orang baik, maka hanya orang baiklah nan akan mendekat. Tak akan dapat air bercampur dengan minyak. Begitupun dengan orang nan berhati baik dan nan berhati jahat. Mereka tidak akan mungkin dapat bersatu. Kalaupun mereka saling bersilaturrahmi, interaksi nan mereka ikatkan tak akan murni sebab nilai-nilai persahabatan. Interaksi itu paling tak hanya sekedar basa-basi tidak ada artinya. Hanya sebagai menjaga kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Teman sejati itu akan serupa dengan kita. Pandangannya terhadap kehidupan juga sama. Bahkan pendapatan atau penghasilannya juga terkadang tidak akan terlalu berbeda dengan kita. Kekufu atau selevel atau satu derajat ialah satu hukum nan berlaku juga dalam menjalin pertemanan sejati. Seperasaan, sehati, sejiwa akan tercipta ketika mereka mempunyai frekwensi nan sama. Sulit bagi seseorang buat menjadi sahabat sejati ketika ia tak satu garis dengan temannya.