Mata Uang Negara Lain
Mata uang nan menjadi acuan global perdagangan ialah dolar Amerika. Bagaimana tidak, hingga saat ini Amerika tetaplah negara nan paling wahid . Ekspor impornya masih menguasai dunia. Cina membayanginya.
Tahun 2010 Cina sukses mengambil peringkat Jepang sebagai nomor 2. Diperkirakan dalam satu dasa warsa ke depan, Cina akan menggeser Amerika. Padahal mata uang Cina, Yuan, pernah dicetak dengan nilai 6,000,000,000 Yuan (6 miliar Yuan) pada tahun 1949 walaupun hanya di salah satu provinsinya, Xinjiang. Inilah dampak dari inflasi nan tidak terkirakan.
Inflasi
Dollar Amerika bukannya tak mengalami perubahan. Nilainya terus berkurang. Rakyat Amerika bisa merasakannya dari perbandingan harga sebuah hamburger. Bila pada tahun 1950, sebuah hamburger berukuran jumbo, berharga $1, sekarang harganya sudah $5-$6.
Harga rumah pun sudah berubah. Sekitar 60 tahun nan lalu, rumah di kawasan kelas menengah dengan ukuran baku orang Amerika, harganya masih ratusan ribu dollar Amerika. Sekarang tidak mungkin lagi. Minimal sudah berharga di atas sejuta dolar Amerika. Majemuk krisis moneter dan krisis ekonomi nan melanda Amerika dan global sudah memengaruhi nilai mata uang negera Obama tersebut.
Kurs Mata Uang
Kurs atau lebih dikenal dengan istilah nilai tukar merupakan sebuah istilah dalam bidang keuangan. Kurs memiliki pengertian sebagai nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Misalnya, nilai tukar atau kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Perkumpulan atau sebaliknya.
Kurs atau nilai tukar terdiri atas dua bagian, yaitu kurs jual dan kurs beli. Kurs jual ialah harga jual mata uang valuta asing oleh bank atau money changer. Sementara itu, kurs beli ialah kurs nan diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta asing.
Menurutn Kuncoro (1996), pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi valas (foreign exchange transaction). Sedangkan Salvatore (1997), menyebutkan bahwa harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate).
Kurs valuta asing juga bisa didefinisikan sebagai harga mata uang suatu negara dalam suatu negara dalam unit komoditas, seperti mata uang bisa diartikan sebagai perbandingan nilai mata uang.
Kurs menunjukkan harga suatu mata uang, jika dipertukarkan dengan mata uang lain. Sebagai contoh, nilai kurs rupiah buat USD sebesar 8000, berarti bahwa buat membeli 1 USD diperlukan Rp.8000.
Untuk menghindari kebingungan, harus diingat bahwa kurs antara mata uang domestik dan mata uang asing diartikan sebagai jumlah mata uang domestik nan diperlukan buat membeli mata uang asing. Bila kurs meningkat berarti mata uang domestik mengalami depresiasi dan mata uang asing mengalami apresiasi. Sebaliknya penurunan kurs mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang domestik dan depresiasi mata uang asing.
Kebijakan kurs tukar di mana pemerintah suatu negara mengatur nilai tukar mata uangnya, maka diklasifikasikan sebagai kurs tetap (fixed exchange rate). Sedangkan jika besarnya nilai kurs tukar diserahkan kepada prosedur pasar tanpa campur tangan pemerintah, diklasifikasikan sebagai sebagai sistem kurs mengambang, floating exchange rate.
Suatu mata uang dikatakan konvertibel (convertible currency) apabila mata uang tersebut dapat dipertukarkan secara bebas dengan mata uang negara lain.
Tidak adanya mata uang nan konvertibel akan menyulitkan perdagangan antar negara sebab masing-masing tak akan mau menerima mata uang kawan dagangnya. Dalam keadaan seperti ini nan terjadi ialah perdagangan barter, yaitu menukar barang secara langsung, tetapi jika mata uang semua negara konvertibel, maka perdagangan multinasional nan terjadi akan lebih efektif.
Konvertibilitas penuh dari suatu mata uang nan dihambat, akan memunculkan pasar gelap (black market) dan beroperasi di luar kontrol pemerintah. Pada dasarnya pasar gelap ialah suatu pasar bebas nan berdampingan dengan pasar resmi dan menawarkan konversi penuh dalam mata uang lokal kendati ditambah iuran pertanggungan asuransi nan cukup substansial di atas tarif resmi.
Nilai tukar mata uang atau kurs nan berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah, tergantung pada perubahan dua komponen mata uang, yaitu permintaan dan penawaran. Nilai sebuah mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga jika permintaan lebih besar dari pasokan nan tersedia. Sementara itu, nilai tukar mata uang atau kurs akan menjadi berkurang jika permintaan kurang dari suplai nan tersedia.
Kurs mata uang bisa diibaratkan sebagai harga dari mata uang itu. Sama seperti harga produk, harga suatu mata uang juga ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Kurs terbentuk pada saat jumlah dan harga mata uang nan diminta sama dengan jumlah dan harga mata uang nan ditawarkan. Kondisi ini tersebut sebagai kondisi ekuilibrium atau ekuilibrium.
Kondisi ekuilibrium bisa berubah setiap saat, jika faktor-faktor nan memengaruhi permintaan dan penawaran berubah. Permintaan terhadap suatu mata uang terbalik dengan harganya. Semakin tinggi nilai USD (misalnya terhadap rupiah), maka keinginan buat menukarkan rupiah dengan USD akan semakin berkurang, dan begitu pula sebaliknya.
Hukum satu harga menjelaskan interaksi antara kurs tukar dan harga komoditas. Hukum ini menyatakan bahwa komoditas nan sama akan memiliki harga nan nisbi sama pula, meskipun dijual di loka nan berbeda. Adanya disparitas harga komoditas akan menciptakan peluang buat melakukan arbitrase.
Arbitrase dilakukan dengan membeli komoditas di loka nan lebih murah dan menjualnya di loka nan lebih mahal. Adanya arbitrase pada akhirnya akan menaikkan harga komoditas di loka nan lebih murah dan menurunkan harga di loka nan lebih mahal. Pada akhirnya, harga-harga di berbagai loka akan nisbi sama.
Dua pasar dalam unit mata uang nan berbeda, tetapi harga produk nan sama pada barang dalam unit mata uang nan berbeda dan kedua pasar nan berbeda tersebut akan sama.
Dengan kata lain, unit mata uang domestik setiap negara akan mempunyai daya beli nan sama. Oleh sebab itu, satu Dollar bisa dipakai buat membeli satu bungkus roti di Amerika Serikat, maka satu Dollar tersebut harus bisa dipakai buat membeli satu bungkus roti nan sama di Indonesia.
Berdasarkan peristiwa tersebut, valuta asing akan berubah berdasarkan disparitas inflasi domestik dan luar negeri. Interaksi ini dikenal dengan istilah Purcahsing Power Parity (PPP).
Mata Uang Negara Lain
Kalau dollar saja berubah, hal nan lebih para dialami oleh mata uang krusial lainnya. Selain juga Cina, Jepang pun ketika mengalami peristiwa pemboman di Nagasaki dan Hiroshima, Yen Jepang pernah bernilai 75,000,000,000 Yen (75 miliar Yen). Jauh lebih besar dari mata uang Cina nan hanya mencapai 6 miliar Yuan.
Mata uang bernilai tinggi tersebut dikeluarkan sebagai taktik mengatasi keadaan ekonomi saat itu. Sekarang Yen Jepang cukup bersaing dengan mata uang kuat lainnya. Walaupun adanya penurunan nilai ekspor Jepang ke beberapa negara, Yen tetap cukup kuat.
Strategi mengeluarkan angka besar buat mata uang tersebut tak hanya milik Cina dan Jepang. Jerman, Yunani dan Zimbabwe malah mengeluarkan denominasi sebesar 1 triliun (100,000,000,000,000 Mark Jerman dan 1 triliun Drachmai Yunani).
Sebagai catatan, Zimbabwe masih mengeluarkan nilai super besar buat mata uangnya hingga sekarang. Sedangkan buat Jerman dan Yunani, keduanya kini ikut menggunakan Euro sebagaimana nan disepakati oleh negara-negara Eropa lainnya.
Mata Uang Sebagai Harga Diri Bangsa
Nilai mata uang selain sebagai indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi dan berhasilnya suatu bangsa menekan inflasinya, juga merupakan penghargaan pada diri bangsa. Coba bandingkan 1 dollar Singapura dengan 1 rupiah. Terasa jauh sekali. Betapa bedanya taraf ekonomi Indonesia dengan Singapura nan masuk dalam 5 besar global dengan penghasilan per kapita paling tinggi di dunia.
Kalau saja pemerintah mempercepat redenominasi rupiah dengan penghapusan 3 angka nol, maka akan terlihat agak berimbanglah nilai rupiah dibandingkan dengan nilai mata uang lainnya.
Menggenjot Ekonomi
Cara paling ampuh membuat gambaran rupiah membaik ialah dengan meningkatkan daya saing Indonesia di mata global bisnis. Ketegasan pemerintah menghapus pungutan liar dan pemberian bonus kepada beberapa investor eksklusif terutama di bidang eksplorasi geothermal dan sektor riil lainnya, juga kepastian hukum, sehingga Indonesia tak hanya terbanjirkan oleh hot money nan berjangka pendek, tapi benar-benar investasi jangka panjang.
Demikian informasi mengenai mata uang nan semakin bersaing antara negara buat mempertahankan perekonomian negaranya. Semoga informasi tersebut bermanfaat.