Ciri Khas Sketsa TransTV
Pertelevisian di Indonesia sudah ada sejak 1962. Pada masa itu pertelevisian hanya dikuasai oleh satu stasiun televisi saja, yaitu TVRI (Televisi Republik Inddonesia) nan merupakan stasiun televisi milik pemerintah. TVRI menjadikan warta sebagai tayangan utamanya. Selain itu, acara pemerintah berupa penyuluhan mengenai pertanian, kesehatan, dan pendidikan juga menjadi acara andalan stasiun pertama milik negara itu.
Sebut saja kelompencapir, global dalam berita, menjadi salah satu tayangan nan berhasil di masanya. Seiring berjalannya waktu, acara tersebut mulai tergantkan dengan acara nan lebih baru. Salah satu acara nan saat ini sedang populer ialah sketsa Transtv nan disiarkan oleh TransTV, sebuah televisi partikelir nasional.
Pada perkembangannya, mulai banyak stasiun-stasiun televisi milik partikelir nan mengudara. Hal itu sepertinya sebab permintaan masyarakat akan hiburan nan semakin meningkat. Jika sebelumnya stasiun televisi nan ada yaitu TVRI, kebanyakan menayangkan siaran tentang warta dan penyuluhan pertanian, stasiun televisi partikelir nan lahir ini kebanyakan menyuguhkan acara hiburan. Dan salah satu stasiun televisi tertua yaitu RCTI merupakan stasiun televisi partikelir pertama di Indonesia nan memulai peruntungannya di global pertelevisian Indonesia.
Disusul oleh beberapa stasiun televisi partikelir lainnya yaitu di antaranya ialah SCTV dan TPI nan kini berubah nama menjadi MNCtv. Setelah stasiun-stasiun televisi partikelir ini meraih kesuksesan, stasiun televisi lainnya juga mulai bermunculan. Salah satunya ialah TransTV nan mengusung slogan televisi transformasi Indonesia. Televisi ini mencoba buat menyajikan acara baru nan berbeda dari acara nan sudah ada.
TransTV ialah salah satu stasiun televisi partikelir di Indonesia termuda nan bernaung di bawah kepengurusan Trans Coorporation bersama dengan Trans7. Stasiun televisi partikelir ini memiliki izin siar pada Oktober 1998. Kemudian, pemerintah terkait memutuskan bahwa stasiun televisi ini layak tayang pada 15 Desember 2001. Selama perjalanannya dalam global pertelevisian, TransTV banyak menghasilkan acara-acara baru nan kreatif dan inovatif. Tentu saja ini tak terlepas dari slogan Transtv nan ingin menghadirkan acara berbeda dari stasiun televisi nan lain.
Penghargaan TransTV
Pada usianya nan pertama, TransTV sudah mendapatkan penghargaan dari institusi terkait. Bahkan pada 2004 TransTV mendapatkan penghargaan berskala Asia berkat acaranya nan fenomenal pada masa itu, yaitu Dunia Lain “Lawang Sewu” . Acara berbau rahasia seperti itu sebelumnya belum pernah ada di stasiun televisi Indonesia manapun. Maka tak heran apabila TransTV mendapatkan penghargaan tersebut. Dan pengharagaa nan diraih oleh Trantv ini membuktikan komitmen awal mereka yaitu memberikan suguhan acara nan berbeda dari nan sudah ada. Walaupun tak dipungkiri bahwa acara-acara nan disiarkan oleh TransTV ini banyak diilhami oleh acara lain nan sudah ada terutama acara dari luar negeri.
Selain dari pihak swasta, TransTV juga mendapatkan penghargaan dari Unicef melalui acara anak nan bercerita mengenai kehidupan masyarakat Dayak Ngaju. Untuk tayangan non-faktual pun TransTV sukses memenangkan beberapa penghargaan, di antaranya Ceriwis, Kejamnya Dunia, Extravaganza, Gong Show, Termehek-Mehek dan masih banyak acara lainnya.
Pelaku global hiburan nan mengibarkan sayapnya di TransTV pun tidak pelak mendapatkan penghargaan, di antaranya Indy Barends, Cut Tari, dan Olga Saputra.
TransTV nan selalu mengedepankan kaum muda dalam berkreasi, nyatanya mampu bersaing dengan stasiun televisi nan sudah lama mengudara. Lulusan-lulusan perguruan tinggi nan fresh graduate menjadi incaran stasiun nan satu ini. Bukan tanpa alasan, selain dapat menekan gaji karyawan, sebab biasanya fresh graduate tak mematok gaji nan tinggi, pemikiran dari para karyawan nan masih muda ini memberikan hawa baru bagi stasiun televisi ini. Tentu saja ide-ide dari para karyawan ini masih segar dan orisinil. Begitu juga dengan mitos kerja mereka nan tentu masih tinggi dan penuh semangat. Alhasil, TransTV dapat memberikan acara nan lebih majemuk dan baru dan menjadikannya TransTV sebagai salah satu stasiun televisi kegemaran keluarga Indonesia.
Acara-acara di TransTV juga rupanya tak menutup diri terhadap pengaruh tayangan luar negeri. Misalnya, Sketsa Transtv yang saat tayang perdana hadir selepas Maghrib setiap hari Senin hingga Jumat. Tayangan tersebut terinspirasi dari acara Kelsey Grammer: The Sketch Show nan menyuguhkan komedi-komedi berjalan cerita minimalis, namun mampu membuat penontonnya tertawa maksimal. Acara Sketsa menampilkan beberapa cerita berbeda nan masing-masing berupa sketsa kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sketsa
Acara ini menampilkan kenyataan nan terjadi sehari-hari di masyarakat dengan materi sajian nan segar. Pemainnya pun sengaja dipilih dari kalangan non-komedian. Mereka nan bermain ialah artis-artis nan memiliki kemampuan teaterikal nan baik, tujuannya agar acara lawak nan berdurasi singkat ini bisa membuat pemirsanya tertawa lepas hanya dengan melihat aktualisasi diri muka pemainnya saja. Sketsa TransTV menjadikan naskah dan aktualisasi diri masing-masing pemain sebagai kekuatan utama. Biasanya sketsa nan diambil ialah cerita sederhana.
Misalnya saja tentang cerita dua orang ibu-ibu nan kagum melihat tubuh langsing seorang wanita nan sedang joging. Kedua ibu tersebut memuji wanita tersebut dan mengatakan bahwa mereka ingin seperti si wanita nan memiliki tubuh langsing, tak seperti tubuh kedua ibu tersebut nan dirasa gendut. Wanita pun tampak tersenyum dan bertanya kepada kedua ibu apakah mereka sungguh-sungguh ingin seperti dirinya. Kedua ibu dengan mantab mengatakan bahwa itu ialah idaman mereka. Wanita kemudian mengajak ibu-ibu ikut dengannya agar dapat mengikuti apa nan membuat wanita tersebut langsing. Saat sampai di loka nan dituju, kedua ibu berongsang sebab ternyata mereka dibawa ke sebuah becak dan wanita mengatakan bahwa dia langsing sebab dia ialah seorang tukang becak.
Ciri Khas Sketsa TransTV
Dari sketsa ini dapat diambil konklusi bahwa sebenarnya kelucuan dari sketsa tersebut bukanlah dari para pemainnya nan melawak, tetapi dari kejutan di akhir cerita yaitu tentang wanita nan ternyata ialah tukang becak. Pola pengambilan gambar juga menjadi karakteristik khas dari sketsa TransTV ini sebab biasanya pengambilan gambar dilakukan secara padat dan mengambil aktualisasi diri dari para pemain. Baru kemudian diperlihatkan gambar holistik tentang apa nan dikagetkan oleh pemain tersebut. Seperti dalam sketsa nan disebutkan dalam artikel ini, dalam gambar ditunjukkan terlebih dahulu kekagetan ibu-ibu tentang apa nan membuat wanita dapat langsing, baru setelah reaksi ibu-ibu diperlihatkan, gambar holistik yaitu becak nan ada di hadapan ibu-ibu diperlihatkan sebagai kejutan buat penonton nan akan mengundang tawa.
Selain itu, pelesetan dari kenyataan kehidupan manusia nampaknya juga masih menjadi ladang garapan acara ini. TransTV sepertinya ingin mencoba menawarkan variasi baru acara lawak kepada pemirsanya. Tidak melulu lawak nan konvensional dengan materi saling ejek di dalamnya. Keunikan sketsa TransTV nan lain ialah karakter khas dari pemainnya yaitu Ojan. Di mana Ojan ini ialah anak berumur sekitar 12 tahun dan sering menjadi sumber masalah sehingga membuat karakter lain mengatakan, “Aduh..Ojaaann...!”
Sketsa TransTV ialah format baru acara lawak nan menghapus format acara lawak lama nan sering berisi tentang ejekan antara para komedian nan sedang beraksi di panggung. Bahkan tidak sporadis unsur-unsur pornografi juga sering diselipkan dalam acara-acara lawak terdahulu. Dalam hal ini, TransTV sekaligus membuktikan bahwa acara lawak bukan hanya dapat disajikan oleh para komedian saja, tetapi semua dapat membawakan acara lawak asalkan dengan naskah nan bagus.