Mengenal Kumpulan Syair Zuhair bin Abi Sulma
Syair berasal dari Arab nan artinya puisi atau sajak. Dalam kesusastraan Indonesia, pengertian syair berarti puisi lama nan terdiri dari empat baris per bait, memiliki rima a a a a. Semua baris merupakan isi dan biasanya tak selesai dalam satu bait sebab digunakan buat bercerita. Jika demikian, kumpulan syair dapat juga diartikan sebagai kumpulan puisi.
Kumpulan Syar Bangsa Arab di Masa Lalu
Sebenarnya di kalangan bangsa Arab Jahiliyah banyak terdapat penyair kenamaan, memiliki reputasi dan pengaruh tinggi. Mereka ialah tokoh di balik banyaknya kumpulan syair. Para sastrawan nan pandai bersyair itu cukup banyak menyumbangkan karyanya.
Namun, dari sekian banyak nan paling terkenal akan estetika syairnya hanya ada tujuh sampai sepuluh orang saja, karena hanya sebagian hasil karya kumpulan syair mereka saja nan masih utuh dan terjaga hingga sekarang. Pada masa Tabrizy ada sepuluh jumlah penyair muallaqat yaitu, Umrul Qais, Zuhair, Nabighah, Antarah, Tarfah, Labid, Amru ibn Kulsum, Al-Haris ibn Hilza dan Abidul Abros.
Seluruh hasil karya kumpulan syair dari kesepuluh orang penyair itu semuanya dianggap hasil karya syair nan terbaik dari karya syair nan pernah dihasilkan oleh Bangsa Arab. Hasil kumpulan syair mereka terkenal dengan sebutan Muallaqat. Dinamakan Muallaqat atau kalung perhiasan sebab indahnya syair-syair tersebut menyerupai perhiasan nan dipakai oleh wanita.
Sedangkan pengertian generik Muallaqat artinya nan bergantung. Pada saat itu hasil kumpulan syair nan paling latif niscaya digantungkan di sisi Ka’bah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil karyanya. Kumpulan syair nan digantung di dinding Ka’bah ini membuat masyarakat generik mengetahuinya secara meluas hingga nama penyair akan terkenal secara meluas dan turun temurun.
Bangsa Arab masa itu sangat getol dan menaruh perhatian besar terhadap syair, terutama nan paling terkenal pada masa itu. Seluruh hasil karya kumpulan syair digantungkan pada dinding Ka’bah selain dikenal dengan sebutan Muallaqat juga disebut Muzahabah. Muzahabah yaitu syair nan ditulis dengan tinta emas.
Pada masa Arab Jahiliyah banyak sekali karya sastra terutama syair nan diciptakan, tetapi kumpulan syair itu musnah sebab waktu dan dimakan zaman. Kalau kita mengkaji lebih dalam karya sastra Arab Jahiliyah sangat tinggi dan mungkin sepadan bahkan lebih dari sajak Homer Yunani nan menjadi kebanggaan Eropa.
Jangan sampai kebudayaan Arab hilang, terutama kebudayaan Islam.
Perkembangan sastra Arab memang dapat terlihat dari kumpulan syair para penyair Arab nan terkenal pada masa itu. Selanjutnya buat lebih mengenal terhadap nilai karya kumpulan syair nan dihasilkan oleh Bangsa Arab, sebaiknya kita pelajari kehidupan penyair Arab nan hayati pada masa itu.
Kita akan berkenalan dengan tiga tokoh Muallaqat penyair arab nan kualitas syairnya terbaik, yaitu Umrul Qais, Zuhair bin Abi Sulma, dan Nabigah Adz Zibyzny. Mereka memiliki kumpulan syair nan sangat indah.
Mengenal Kumpulan Syair Umrul Qais dan Umrul Qais
Umrul Qais ialah penyair Arab Jahiliyah nan hayati pada 150 tahun sebelum hijrah. Julukannya Al-Malik Ad Dhalil (raja dari segala raja penyair), penyair nan sudah menghasilkan kumpulan syair ini berasal dari suku Kindah nan pernah berkuasa penuh di Yaman. Umrul Qais seorang anak raja Yaman bernama Hujur Al-Kindy, ibunya Fatimah binti Rabia’ah.
Sebagian besar pakar sastra Arab berpendapat bahwa puisi Umrul Qais bisa digolongkan pada kelas paling tinggi dari golongan penyair jahiliyah lainnya. Kumpulan syairnya penuh dengan daya khayal dan pengalamannya mengembara, bahasanya sangat tinggi sekali dan isinya sangat padat.
Orang nan mempelajari puisi atau syair karya Umrul Qais dengan mendalam, maka akan mengerti bahwa estetika syairnya terletak pada caranya nan halus. Ditambah kumpulan syair karyanya penuh dengan kata kiasan dan perumpaan sehingga banyak orang beranggapan bahwa Umrul Qais nan menciptakan perumpaan dalam syair Arab.
Salah satu contoh syair dalam kumpulan syair nan dibuatnya seperti “Malam bagaikan gelombang samudera menyelimutkan tirainya padaku, dengan kesedihan buat membencanaiku, saya berkata padanya kala ia menggeliat merentang tulang punggungnya dan siap melompat menerkam mangsanya...”
Dalam salah satu syair dari kumpulan syair karya Umrul tersebut, Umrul Qais mengutarakan betapa malang nasibnya. Keresahan hatinya akan bertambah susah bila malam hari tiba. Ia merasakan waktu malam sangat panjang dan ia mengharapkan pagi segera tiba.
Keindahan syair dari salah satu kumpulan syair ini terletak pada caranya memilih kata atau diksinya nan halus dan merupakan syair nan abadi tidak lekang dimakan zaman sebab khayalan nan sangat kuat. Kumpulan syair Umrul Qais sangat latif sehingga ia dijuluki raja dari segala raja penyair.
Namun, perlu diketahui orang Arab nan pertama kali menciptakan syair Arab ialah Muhalhil bin Rabiah Atthaghribi. Muhalhil dianggap menjadi orang pertama nan menciptakan syair arab sebab dari sebagian banya syair berbahasa Arab nan ditemukan adalah hanya sampai zaman Muhalhil saja. Dari sekian banyak kumpulan syair Muhalhil nan bisa diselamatkan hanyalah tiga puluh bait saja. Setelah zaman tersebut barulah muncul penyair-penyair nan dipelopori oleh Umrul Qais dan kawan-kawan.
Mengenal Kumpulan Syair Zuhair bin Abi Sulma
Zuhair bin Abi Sulma berasal dari bani Ghathafan dan dibesarkan dari keluarga penyair. Sejak kecil Zuhair belajar syair dari pamannya sendiri nan bernama Basyamah bin Shadir dan Aus bin Hujur. Talenta Zuhair dalam bersyair sudah terlihat dari kecil. Ia ialah sosok selanjutnya di balik kumpulan syair Arab nan indah.
Penyair ini disenangi oleh segenap kaumnya sebab kepribadian dan budi pekertinya nan tinggi. Kumpulan syair Zuhair terkenal dengan kesopanan kata-katanya, khayalan dan pemikiranya banyak menggunakan kalimat-kalimat hikmat dan pemikiran nan matang dan banyak orang nan menjadikan kumpulan syairnya sebagai contoh syair nan bijaksana.
Dalam kumpulan syair karyanya, Zuhair selalu memakai bahasa nan latif dan sopan sehingga para kritikus puisi bahkan para pakar sastra pun sepakat bahwa Zuhair berhak diposisikan sebagai seorang dari tiga tokoh terkemuka penyair Arab Jahiliyah nan mengungguli para penyair selain mereka yaitu Umrul Qais dan Nagibah.
Berikut petikan syair dari kumpulan syair nan diciptakan Zuhair
“Aku telah jemu dengan beban hidup, dan barang siapa nan berumur sampai delapan puluh tahun, niscaya ia akan jemu dengan beban hidupnya, saya bisa mengetahui segala nan terjadi pada hari ini dan kemarin. Tetapi saya tetap tidak tahu akan hari esok. Aku melihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu. Barang siapa nan didatangi niscaya wafat dan siapa nan luput dia kan lanjut usia, barang siapa nan selalu menjaga selalu kehormatannya maka dia akan terhormat...”
Petikan bait syair di salah satu kumpulan syair karya Zuhair tersebut kebanyakan mengandung kata-kata penuh hikmah. Tak salah jika Zuhair dianggap sebagai orang pertama nan dalam menciptakan kata hikmah dalam syair Arab. Kelak gaya penuturan syairnya diikuti oleh penyair lainnya seperti Salih bin Abdul Kudus, Abu Thahilah, Abu Tamam, Mutanabby dan Abul Ala’ Ma’ary.
Kumpulan syair Zuhair memang selalu singkat dan mudah dipahami, meskipun isinya padat. Ia selalu bersyair dengan sebenarnya. Diksi atau pemilihan katanya pun sangat baik. Jauh dari unsur kata-kata nan tak sopan. Syairnya sangat higienis dan jauh dari kata-kata nan buruk.
Mengenal Kumpulan Syair Nabigah Adz – Zibyanyany
Nama aslinya ialah Abu Umamah Ziyad bin Muawiyah. Dipanggil Nabigah sebab sejak muda pandai bersyair kata Nabigah nan berarti pandai bersyair. Kumpulan syairnya sangat latif dengan pemilihan kata nan nan penuh makna. Karya syairnya juga dikenal sebagai syair kelas tinggi nilainya.
Lihat saja petikan syair dalam kumpulan syair nan dibuatnya.
“Sesungguhnya engkau ialah matahari, sedangkan para raja nan lain ialah bintang-bintang, bila kau terbit tidak ada satu bintang pun nan berani menampakan diri.”
Latar belakang pembuatan syair pada salah satu syair di kumpulan syairnya tersebut sebab pada suatu hari Nabigah hendak memuji raja Nu’man bin Munzir nan sangat disukainya. Saat itu, ia melihat matahari nan sedang terbit dan terang. Dalam syair itu, Nabigah berimajinasi dan mengkhayalkan sesuatu nan tertinggi di alam sekitarnya. Terlihat jelas meskipun syair tersebut sangat sederhana, tetapi bermakna luas.
Kelebihan kumpulan syair nan diciptakan oleh Nabigah ialah penggunaan kata-katanya lebih mantap, bahasa nan sederhana sehingga bisa mudah dimengerti oleh semua orang. Gaya bersyair Nabigah banyak ditiru oleh para penyair lainnya.