Tanda Baca Selain Tanda Tanya

Tanda Baca Selain Tanda Tanya

Jika Anda menulis sebuah kalimat, tanda baca ialah unsur krusial di dalamnya. Tanda baca ini misalnya tanda tanya, tanda seru, tanda titik, dan lain sebagainya. Dengan tanda baca, sebuah kalimat akan dapat berarti. Apakah itu kalimat tanya, perintah, ataupun berita. Tanda baca juga mampu mewarnai sebuah kalimat. Apakah itu sedih, gembira, kecewa, dan sebagainya. Keberadaan tanda baca ialah sesuatu nan vital dalam kalimat.

Tanpanya kalimat kita akan hampa dan tidak bermakna. Salah satu tanda baca nan populer digunakan ialah tanda tanya. Mungkin setiap waktu kita menggunakannya. Tanda tanya selain mengekspresikan kalimat dalam bentuk sebuah pertanyaan, juga mampu mengungkapkan kebimbangan atau kebingungan. Lalu dari mana asal muasal tanda baca nan satu ini? Apakah muncul begitu saja? Tentu saja tidak. Tanda tanya memiliki sejarah nan panjang dalam inovasi dan penggunaannya. Berikut ialah ulasannya.



Sejarah Tanda Tanya

Memang ada banyak spekulasi tentang asal usul tanda tanya (?). Apalagi tentang penggunaannya hingga saat ini. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tanda tanya (?) memiliki asal mula dari tanda bergelombang seperti intonasi nan biasanya ada di notasi musik awal yaitu tanda '~'.

Hal ini sebab setiap kalimat tanya selalu memiliki intonasi tertentu, nan berbeda dengan sebuah kalimat warta atau perintah. Intonasi tersebut khas, mirip seperti musik. Dalam bahasa latin tanda tersebut dinamai tilde atau titlo atau titulus .

Ketika produksi buku kian meningkat di awal abad ke tiga belas, di Paris dan berbagai kota di dunia, tanda tersebut kian familiar buat ditemui, terutama dikoleksi buku-buku kuno. Sebagian pakar nan lain menyebut bahwa tanda tanya (?) berasal dari bahasa latin yaitu " questio " nan berarti sedang mencari sesuatu.

Mengapa para pakar memperkirakan bahwa tanda baca nan satu ini berasal dari bahasa latin? Jawabannya sebab dalam bahasa latin, kata " questio " sengaja diletakkan di bagian depan kalimat. Tujuannya buat menanyakan sesuatu. Hingga abad pertengahan sekitar abad 14 dan 15, kata " questio " kemudian disingkat menjadi Qo .

Huruf Qo kemudian mereduksi lagi menjadi huruf "q' kecil dengan tanda "o" kecil di bawahnya. Akhirnya, sebab kebiasaan, huruf "q" dan "o" ini berubah menjadi sebuah garis berlekuk dengan titik di bawahnya. Untuk memudahkan identifikasi kalimat, akhirnya tanda ini diletakkan di belakang kalimat.

Beberapa spekulasi para pakar di atas melengkapi bahan penelitian nan dilakukan oleh Dr. Chip Coakley, seorang pakar manuskrip dari Universitas Cambridge. Dirinya berpendapat, meski bentuk atau simbol tanda ini sangat sederhana, namun sangat krusial buat menemukan asal mula tanda baca nan satu ini.

Dr. Chip Coakley melakukan tahapan arkeologis buat menemukan misteri tanda tanya. Akhirnya suatu saat, dia menemukan sebuah manuskrip antik nan memaparkan bagaimana tanda tersebut bermula. Manuskrip tersebut berupa Injil bangsa Suriah. Ternyata di dalam manuskrip tersebut terdapat tanda buat kalimat pertanyaan.

Hasil penelitian Dr. Chip Coakley, diunggah dalam situs physorg.com. Dalam situs tersebut dijelaskan bahwa simbol sebuah pertanyaan (?) pertama kali ditemukan dan digunakan oleh bangsa Suriah. Manuskrip tersebut sendiri diperkirakan berasal dari abad kelima.

Tanda tanya dalam manuskrip nan ditemukan, tak sama dengan tanda tersebut saat ini. Dalam manuskrip tanda tersebut hanya berbentuk dua titik nan diletakkan di atas dan bawah dalam satu kolom. Bangsa Suriah antik menyebut tanda ini sebagai " zawya elaya ".

Dalam kalimat pun tanda zawya elaya ini ditempatkan di awal kalimat. Tentu ini berbeda dengan tanda tanya nan saat ini diletakkan di belakang kalimat. Beberapa masa kemudian, tanda zawya elaya akhirnya tergeser oleh tanda lain nan memiliki fungsi sama, namun berbeda dalam penulisan.

Tanda baru ini berkembang di era Yunani, berupa garis langsung secara vertikal dan titik di bagian bawahnya. Berdasar manuskrip, Dr. Chip Coakley menyebut bahwa tanda baru ini mulai populer sejak abad ke delapan masehi. Berbagai tanda nan mirip dengan tanda tanya saat ini disebut oleh Dr. Chip Coakley bermula dari Suriah.

Hal ini disebabkan oleh tanda-tanda lain nan berkembang dan mirip dengan tanda tersebut, sangat identik dengan simbol tanda dari Suriah. Baik di Arab, maupun Armenia, bentuknya tak jauh berbeda. Namun menurut sejarah, selain Suriah, bangsa-bangsa lain baru mengenal tanda tersebut setelah Suriah. Kesimpulannya, bangsa Suriah merupakan penemu tanda tersebut, sedangkan bangsa-bangsa lain mengikuti perkembangannya saja.



Penggunaan Tanda Tanya

Penggunaan tanda tersebut ialah buat penanda sebuah kalimat dalam bentuk pertanyaan. Di global komputasi sendiri, tanda sebuah pertanyaan ini memiliki simbol dengan UnicodeU+003F. Selain itu, tanda ini juga berkode ASCII 63.

Tanda sebuahkalimat tanya (?) bisa digunakan di berbagai negara. Bahkan negara nan tak menggunakan huruf latin atau romawi, seperti China dan Jepang, tanda tersebut masih dapat digunakan dalam sebuah kalimat.

Tanda lain nan dapat dipakai di dua bahasa tersebut ialah tanda seru (!). Meski demikian adapula bahasa dan tulisan nan dapat menggunakan tanda sebuah pertanyaan (?) serta tanda seru (!) dengan simbol nan berbeda. Contohnya pada tulisan berbahasa Spanyol serta bahasa Arab, termasuk bahasa Urdu serta Persia nan menulis kalimat dari kanan ke kiri.

Di tulisan bahasa Spanyol, kedua tanda baca nan kami sebut di atas, ternyata tak diletakkan di belakang kalimat. Tanda ini diletakkan di bagian depan dan di bagian akhir kalimat. Sedangkan buat bahasa Arab, Urdu maupun Persia, tanda baca tersebut ditulis secara terbalik.

Mungkin salah satu sebabnya ialah gaya penulisan nan berbeda, yaitu dari kanan ke kiri. Namun, ketika Anda menuliskannya di komputer dengan bahsa Arab misalnya, tidak sporadis komputer tetap menerjemahkan tanda baca tersebut layaknya tulisan romawi.



Tanda Baca Selain Tanda Tanya

Selain satu tanda baca nan sudah kita bahas di atas, ada tanda baca lain nan layak diperbincangkan buat menambah pengetahuan kita, diantaranya :

  1. Tanda Seru (!)

Menurut riwayat, tanda seru (!) bermula dari bahasa Latin ' Io ' nan berarti sebuah kata seruan buat kegembiraan, keriangan maupun sukacita. Dalam perkembangannya, huruf "I" nan berada di depan huruf "o" akhirnya diletakkan diatas huruf "o". Untuk memudahkan penulisan, akhirnya huruf "o" tersebut berubah menjadi tanda titik.

Tanda seru (!) dipakai dalam sebuah kalimat nan menunjukkan perintah, emosi, kesombongan, maupun penyesalan. Saat ini tanda seru (!) juga dipakai sebagai tanda embargo terhadap bahaya tertentu.

  1. Tanda Octothorp (#)

Tanda pagar atau (#) ini berasal dari kata " Thorpe " nan berarti desa atau tanah pertanian. Kata " Thorpe " sendiri berasal dari bahsa Normandia kuno. Fungsi awalnya ialah buat pembuatan peta, nan menggambarkan sebuah desa nan dikelilingi delapan pertanian. Dalam bahasa latin, delapan ialah " octa " sedangkan dalam bahasa Normandia, pertanian ialah " Thorpe ", disinilah asal mula kata Octothorp .

  1. Tanda Sama Dengan (=)

Pada tahun 1557, Robert Recorde seorang pakar matematika Inggris, menemukan tanda sama dengan (=). Tanda sama dengan saat ini dipakai dalam berbagai rumus matematika, sinkron dengan fungsi awal nan disebut oleh penemunya. Sebagai informasi, dulu tanda sama dengan (=) hampir lima kali lipat lebih panjang dari tanda sama dengan (=) nan kita kenal saat ini.

  1. Tanda Ampersand (&)

Penulis Roma, Marcus Tullius Tiro menemukan tanda tersebut dan dibaca dengan sebuah kata " et ". Kata " et " sendiri dalam bahasa latin berarti "dan". Tanda " et " tersebut baru diberi nama dengan Ampersand , setelah hampir 18 abad berlalu. Sebelumnya tanda Ampersand dikenal sebagai huruf setelah "z", jadi jumlah huruf ialah 27.

Mempelajari tentang kalimat, berarti juga harus mempelajari tentang fungsi tanda baca misalnya tanda tanya. Tak salah jika kita menambah surat keterangan tentang asal mula tanda baca, sehingga memperkaya wawasan kita ke semua akan sejarah. Semoga bermanfaat.