Kisah Kesaksian Kristen - “Waktuku Tersita di Lapangan Tenis”
Kebesaran Tuhan dapat ditemukan di mana saja, mulai dari hal kecil yang sepele hingga hal besar nan dapat mengubah hayati seseorang. Salah satu cobaan hayati nan dapat membuat kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan ialah keadaan sakit.
Sakit nan diderita kerap kali membuat seseorang menjadi lebih pasrah, apalagi jika sakit tersebut sulit disembuhkan. Berikut ini ialah kisah-kisah kesaksian Kristen tentang kesembuhan nan diambil dari www.kisahnyatakristen.com.
Kisah Kesaksian Kristen - “Harapan nan Pasti”
Vika Patricia seorang anak kecil ketika berusia tiga tahun menderita sakit aplastik anemia, yaitu suatu penyakit di mana sumsum tulang tak mampu memproduksi elemen-elemen darah. Gejala penyakit ini ditandai dengan paras nan pucat, badan nan lemah, lekosit kurang dan suhu badan naik turun. Gejala ini dirasakan Vika pada pagi hari dan saat itu juga Vika dihentar oleh ayahnya ke dokter buat memeriksakan diri. Dari hasil inspeksi dokter , ternyata Vika mengidap penyakit “aplastik anemia”.
Pemeriksaan terus dilakukan dan ternyata dokter juga menemukan ada kejanggalan penyakit lain. Menurut dokter, penyakit ini sulit disembuhkan. Vika harus diopname. Dokter juga menganjurkan agar Vika berobat di Belanda, karena lebih canggih. Orang tua Vika mengikuti anjuran dokter. Vika berobat ke Belanda namun dokter tak bisa menyembuhkannya. Pengobatan juga dilakukan di salah satu rumah sakit di Singapura, namun tak memberikan kesembuhan.
Akhirnya mereka kembali ke Indonesia. Mereka banyak mendapat dukungan doa dari teman-teman. Hari demi hari mereka lewati, namun kondisi kesehatan Vika tak menunjukan hasil nan menggembirkan. Orang Tua Vika pasrah menerima fenomena nan ada. Pada saat itu, orang tua Vika belum sepenuhnya menerima Yesus sebagai Juruselamat. Mereka benar-benar mengandalkan kuasa dokter buat menyembuhkan penyakit Vika.
Sampai tiba pada suatu hari, orang tua Vika sangat bergumul dengan penyakit nan diderita Vika. Sampai kapan Vika harus menanggung beban penderitaan ini? Ibu Vika berkata kepada ayah Vika, sebaiknya kita tak mengandalkan kuasa dokter tetapi kita menyerahkan sepenuhnya pada Yesus Kristus nan berkuasa dan empunya kehidupan kita. Ayah Vika merenungkan hal ini. Di dalam hatinya dia berkata bahwa sahih juga dan memang seharusnya demikian.
Tidak ada nan mampu melawan kuasa Tuhan. Akhirnya orang tua Vika bersepakat agar semua nan mereka alami pada saat ini, sepenuhnya diserahkan ke dalam kuasa dan kasih Tuhan. Orang Tua Vika konfiden bahwa niscaya akan ada kesembuhan nan Tuhan anugerahkan pada diri Vika. Tidak ada nan mustahil bagi Tuhan kepada mereka nan percaya dan menaruh pengharapan pada Tuhan. Sesulit apapun bagi manusia, Tuhan niscaya memberikan nan terbaik bagi kita.
Pada beberapa hari berikutnya, dokter menyatakan bahwa penyakit Vika berangsur pulih. Hal ini bisa dibuktikan dengan bertambahnya sel darah merah (hemoglobin) nan semula 3,0 menjadi 13,0 dalam waktu satu minggu.Tuhan memang baik dan sangat mengasihi hayati kita. Orang tua Vika menyadari bahwa tanpa campur tangan Tuhan dalam kehidupan, kita tak bisa melakukan sesuatu.
Mulai saat itu, orang tua Vika menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka. Saat ini anak Vika berusia sebelas tahun dan bertumbuh menjadi anak nan sehat dan kreatif. Ia mengikuti berbagai macam les, seperti les vokal, les renang dan les beberapa mata pelajaran.
Pengharapan itu telah diperoleh. Ini semua diyakini sebagai berkat afeksi Tuhan nan tak berkesudahan bagi kehidupan umatNya.
Kisah Kesaksian Kristen - "Kista Membusuk di Kandunganku"
Seorang wanita karier terpaksa berhenti melakukan pekerjaannya oleh sebab mengidap suatu penyakit nan cukup berat yaitu terdapat kista di kandungannya. Ia ialah seorang ibu rumah tangga dan mantan direktur sebuah bank di Jakarta. Dia ialah Elizabet Budi.
Mula-mula dia menganggap bahwa sakit di perutnya ialah sakit ringan dan tak dihiraukannya.Setiap hari dia merasakan sakit di perut. Namun, pada suatu hari ketika dia kembali dari kantor, sakit di perut terasa hebat sehingga tidak bisa ditahan. Pada hari itu juga, Elizabet bersama suaminya pergi ke dokter pakar ginekologi. Dokter memeriksa kandungan Elizabet melalui alat USG. Dari hasil pemeriksaan, ternyata di kandungan Elizabet terdapat kista nan sudah membusuk dan menghitam.
Dokter memberikan jalan keluar satu-satunya yaitu harus menjalani operasi agar kista nan ada di kandungan diangkat. Menurut diagnosa dokter bahwa jikalau tak dilakukan operasi maka kista akan pecah dalam waktu tiga hari dan umur kehidupan Elizabet tinggal tiga hari juga. Namun Elizabet berkeras tak mau di operasi oleh sebab trauma pada saat melahirkan anak nan kedua juga melalui operasi, tak sadarkan diri selama kurang lebih lima jam.
Dalam keyakinan iman Elizabet bahwa masih ada seseorang nan mampu menyembuhkannya yaitu Tuhan. Dia sangat konfiden bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan penyakitnya. Selama tiga hari, dia terbaring di loka tidur sambil berdoa dan meyerahkan pergumulannya pada Tuhan agar Tuhan memberikan kekuatan dan umur panjang. Ada banyak saudara dan handai taolan turut mendoakannya. Di dalam kesakitannya, dia masih menyempatkan diri menghadiri ibadah di gereja karena dia konfiden bahwa di dalam kuasa Tuhan segala sesuatu bisa terjadi.
Dari hari ke hari, penyakit Elizabet semakin memburuk, tetapi tak melunturkan iman dan kepercayaan pada kasih dan kuasa Tuhan nan suatu saat akan menganugerahkan kesembuhan atas dirinya. Pada suatu saat, ketika dia tertidur pulas, terdengar isak tangis anaknya. Elizabet langsung bangun dan berdiri seolah-olah tak merasa sakit dalam dirinya.
Dia menghampiri anaknya nan sedang dimandikan oleh baby sitter.Ternyata anaknya menangis oleh sebab sedang dimandikan. Elizabet juga merasa haus dan kemudian menuju meja makan mengambil air. Tanpa disadarinya, ia bisa berjalan dan berdiri.
Ia kemudian menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan tidak bisa bangun dari loka tidur.Betapa terkejutnya dia pada saat itu melihat dirinya mampu berjalan, berdiri dan perutnya kempes di saat mengalami penyakit nan cukup parah nan hanya bisa terkulai lemas di loka tidur .
Elizabet masih meragukan apa nan dialaminya, kembali dia mencoba meloncat-loncat ternyata tak merasa sakit. Elizabet kemudian membangunkan suaminya dan mengatakan bahwa dirinya sembuh. Hal pertama nan mereka lakukan ialah berdoa dan mengucap syukur pada Tuhan.
Pada keesokan harinya, mereka berdua ke dokter memeriksakan diri sambil memastikan bahwa penyakit Elizabet benar-benar sembuh. Dokter melakukan USG dan hasilnya kista nan ada di kandungan Elizabet benar-benar hilang dan itu berarti Elizabet sembuh. Dokter juga membandingkan hasil USG pada waktu kista masih ada di kandungannya. Dokter tetap tak konfiden pada hasil inspeksi sehingga dia bertanya apakah Elizabet pergi berobat ke dokter lain.
Elizabet mengatakan bahwa dia tak pernah berobat ke dokter lain. Selama ini nan dilakukannya ialah menyerahkan penuh segala keberadaannya pada Tuhan nan diyakininya sanggup mengobati penyakitnya.Akhirnya dokter bisa memahami bahwa ini ialah karya Tuhan dalam kehidupan seseorang nan tidak bisa disangsikan.
Elizabet sekeluarga sangat bersukacita dan mengucap syukur atas pertolongan Tuhan nan terjadi dalam keluarga. Sebagai ungkapan syukur pribadi, Elizabet kini menyerahkan seluruh kehidupannya bagi pekerjaan pelayanan Tuhan.
Kisah Kesaksian Kristen - “Waktuku Tersita di Lapangan Tenis”
Bermain tenis ialah hobi Jimmy Dumais, demikian nama lengkapnya atau nan biasa dipanggil Jimmy. Hampir setiap hari dia bermain tenis bahkan sampai melupakan dan menomorduakan keluarga. Dalam keluarga sering timbul pertengkaran sebab Jimmy sporadis berkumpul bersama keluarga di rumah. Ia lebih menyukai berkumpul bersama teman-teman di lapangan tenis .
Pada suatu hari nan cerah, tepatnya pada tanggal 18 Februari 2000, seperti biasanya Jimmy melakukan kegiatan rutin bersama teman-teman yaitu bermain tenis. Permainan pada hari itu sangat bersemangat seperti hari biasanya. Permainan terus berlangsung sampai tiba pada hitungan keempat. Sementara permainan berlangsung, tiba-tiba kakinya keseleo sehingga permainan tidak bisa diteruskan.Teman-temanya mencoba menekuk kakinya namun kakinya tarasa sakit sekali.
Jimmy segera dilarikan ke rumah sakit. Dokter segera memeriksanya, dan menurut hasil inspeksi dokter, ternyata arkhilesnya putus. Sebelum diadakan operasi, dokter terlebih dahulu memeriksa jantung juga diperiksa dan di ronsen buat diadakan operasi. Dokter menyarankan agar Jimmy beristrahat total di rumah sakit selama seminggu.
Dalam kesakitan, dia masih sempat menanyakan pada dokter apakah ada kemungkinan bermain tenis lagi. Dokter mengatakan masih bisa melakukan olah raga tenis dalam waktu enam bulan atau setahun mendatang. Dan jikalau tidak bisa melakukan olah raga tenis, mungkin bisa melakukan olah raga lain.
Rasa sedih dan putus harapan menyelimutinya karena harus berjalan memakai tongkat dan tidak bisa bermain tenis lagi. Ia menjadi rendah diri karena merepotkan dan menyusahkan orang lain buat menuntunnya kemanapun dia pergi.Tidak ada nan bisa dilakukan tanpa pertolongan orang lain. Sikap berdikari nan tertanam dalam dirinya terasa pudar seketika. Jimmy tak menyadari bahwa melalui kehidupannya ada sesuatu nan luar biasa akan mengisi kehidupannya.
Pada suatu hari, ia diajak anaknya mengikuti rendezvous ibadah beberapa hari di luar kota. Dalam hatinya ia berkata, apakah mungkin kuasa doa akan mampu menyembuhkan kakinya nan sakit? Mustahil semua itu. Tapi buat menyenangkan hati anaknya, ia mengikuti ajakan anaknya.
Pada hari terakhir acara rendezvous ibadah, Jimmy merasa bosan dan ingin pulang. Hal itu dikatakan pada istri dan anaknya. Anaknya menyetujui permintaan akan kembali terlebih dahulu ke rumah. Ia merasa heran mengapa anaknya tak memperhatikan keadaan mereka selama rendezvous itu. Menjelang berakhirnya rendezvous ibadah itu, anaknya mengajak mengikuti doa penyerahan pada malam hari. Namun, keinginan duniawi lebih kuat menguasai dirinya.
Dalam hatinya selalu berkata, tak mungkin hanya dengan doa seseorang akan mampu menyembuhkan penyakit orang lain. Dia masih terus diliputi rasa tak percaya akan kuasa Tuhan melalui doa sang pendeta. Jimmy tak mengikuti ajakan anaknya mengikuti doa penyerahan, dia tetap berkeras pada pendiriannya.
Sepanjang malam, kakinya terasa sakit dan ia kembali bersungut-sungut bahwa jika dia mengikuti doa penyerahan, niscaya dia akan menyusahkan orang lain dan tak bisa mengikuti doa penyerahan. Pada malam itu, seperti ada nan menahannya agar tak kembali ke rumah, tetapi dia tak tahu apa nan menahannya.
Keesokan paginya tepat pada hari Minggu, ia bangun lebih awal tidak seperti hari biasanya. Ada nan menyuruh dia buat pergi ke gereja. Ia segera berkemas-kemas hendak pergi ke gereja. Istri dan anaknya terheran-heran. Jimmy mengajak anak dan istrinya agar bersiap-siap pergi ke gereja .
Bagi istri dan anak Jimmy, hal ini merupakan peristiwa terbesar dalam keluarga mereka karena suami atau ayah nan sangat mereka kasihi ternyata mau membuka hatinya buat mendengarkan firman Tuhan. Jika keadaan sebelumnya Jimmy sangat tertutup hatinya akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, maka saat ini ialah hari nan paling bersejarah dalam hayati Jimmy buat menerima Tuhan sebagai Penolong dan Pelindung kehidupannya.
Kehadiran Jimmy di gereja, sangat menggembirakan pak pendeta. Semua anggota jemaat menyambut dengan penuh sukacita kehadiran Jimmy sekeluarga. Kiranya melalui kehadirannya, akan memberikan pembaruan bagi kehidupan pribadinya. Acara demi acara berlangsung dan Jimmy mengikutinya dengan saksama.
Sementara istrinya mengambil makanan, tiba-tiba Jimmy menangis tersedu-sedu. Dadanya terasa sesak dan panas. Kemudian pak rahib mendoakannya dengan mengimani bahwa Tuhan mempunyai kuasa buat menyembuhkan seseorang.
Jimmy mohon ampun pada Tuhan atas segala dosa nan dilakukannya selama ini nan telah jauh dari Tuhan dan menyangkali kehadiran dan kuasa Tuhan dalam kehidupan pribadinya. Selesai berdoa, Jimmy mencoba berdiri dan berjalan secara perlahan tanpa ditopang oleh tongkat.
Dia berjalan terus ke depan sambil memuji Tuhan dan bersukacita. Alangkah bersuka citanya Jimmy, karena mengalami kebaikan Tuhan dalam kehidupan pribadinya walaupun dia sempat menyangkali kasih Tuhan tetapi Tuhan tetap mengasihi dirinya. Melalui pengalaman nan dialaminya, ia semakin menyadari dan meyakini kasih Tuhan dalam kehidupannya.
Itulah tiga kisah singkat mengenai kesaksian Kristen tentang iman dan kesembuhan. Semoga kisah di atas bisa mempertebal iman dan keyakinan kita terhadap kuasa Tuhan dan kemampuan-Nya dalam menyembuhkan.