Anak dan Kegiatan Bermain
Masa balita ialah perode nan sangat krusial sebab periode ini sangat menentukan tumbuh bunga balita. Oleh sebab itu, sebaiknya orang tua dibekali pengetahuan dan pemahaman tentang balita .
Balita akan mengalami pertumbuhan nan sangat cepat baik fisik, kognitif, keterampilan sosial, emosi, termasuk juga psikologis. Salah satu faktor nan krusial dalam pembentukan psikologis anak ialah pola asuh orang tua, nan akan terbawa dampaknya sampai anak menjadi dewasa.
Mendidik anak-anak sejak balita sangat baik bagi perkembangan si anak buat menapaki masa selanjutnya. Balita nan telah mendapatkan pendidikan sejak dini tentang berbagai hal positif akan mempengaruhi bagaimana kesamaan dia ketika sudah dewasa. Oleh sebab itu kita sebagai orang tua harus memusatkan fokus dan kesabaran dalam mendidil dan mengasuh anak nan masih balita.
Saat ini kita telah mengenal apa nan dinamakan dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di berbagai loka atau forum pendidikan. Di daerah perkotaan atau bahkan hingga ke pedesaan telah bermunculan sekolah PAUD. Dengan menyekolahkan anak balita kita ke forum PAUD terdekat, merupakan salah satu bentuk perhatian kita terhadap perkembangan si anak.
Di dalam menjalani pendidikan di sekolah PAUD, para balita akan mengenal dan belajar tentang berbagai hal. Sebagian besar sekolah PAUD menekankan pada mempersiapkan si peserta didik atau balita buat bisa masuk sekolah Taman Kanak-Kanak atau disingkat TK.
Perlu dimengerti oleh semua orang tua, bahwa dengan menyekolahkan balita di forum pendidikan tak berarti peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh balita telah terwakili. Sekolah formal ialah salah satu wahana nan membantu kita sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak tentang kehidupan.
Menyerahkan seluruh pengurusan pendidikan atau pengasuhan anak balita kepada pihak lain merupakan tindakan nan harus dijauhi. Karena balita cenderung buat meniru orang tua dalam tingkah lakunya, ini berarti bahwa sang pendidik nan terbaik bagi anak-anak ialah orang tua mereka sendiri.
Selain itu, pendidikan dalam rumah merupakan pendidikan nan paling berpengaruh pada karakter dan kepribadian anak-anak. Banyak orang tua jaman sekarang nan menyalahkan pihak sekolah ketika anaknya terlibat suatu kasus. Padahal seharusnya nan paling bertanggung jawab terhadap kepribadian anak-anak ialah orang tua mereka sendiri.
Perbedaan Pola Asuh
Faktor nan mempengaruhi disparitas pola asuh orang tua dalam mendidik anak ialah sebagai berikut.
1. Disparitas budaya
Budaya antarnegara atau antardaerah mempunyai pola-pola nan berbeda dalam hal mendidik dan mengasuh anak. Contohnya: budaya Jawa. Antara anak dan orang tua memiliki jarak. Bentuk perhatian orang tua tak diungkapakan secara verbal.
2. Disparitas kebiasaan
Setiap daerah memiliki Norma nan berbeda dalam menghadapi dan mengasuh anak. Contohnya Norma makan. Dalam keluarga ada Norma bahwa jam makan malam ialah kegiatan di mana semua keluarga harus berkumpul.
3. Disparitas kepercayaan
Perbedaan kepercayaan ialah disparitas dalam hal agama dan keyakinan.
4. Disparitas kepribadian orang tua
Perbedaan ini ialah disparitas orang tua nan memiliki karakter nan berbeda sebagai individu.
Pola Asuh Terhadap Anak
Selain itu, terdapat pula faktor di mana disparitas tersebut ditimbulkan sebab pola asuh orang tua pada waktu mereka masih balita. Contohnya: orang tua nan sewaktu kecilnya dididik dengan keras maka ia akan mendidik anaknya dengan keras pula. Orang tua nan sewaktu kecilnya dididik dengan manja maka ia akan mendidik anaknya dengan manja pula.
Namun, ada pula orang tua nan mendidik anak dengan cara nan berbeda dengan apa nan orang tua peroleh pada waktu kecilnya. Biasanya diakibatkan sebab adanya trauma, kecewa dan tak setuju atas apa nan dilakukan oleh orang tuanya, nan kemudian tak ingin anaknya mengalami nasib nan sama.
Kepribadian orang tua akan mempengaruhi psikologis balita. Orang tualah nan menentukan pola hubungan orang tua dan anak, bahkan anak dan kawan-kawannya, anak dan lingkungannya. Perlu diingat bahwa anak memiliki sifat dan karakter nan berbeda dengan anak nan lain.
Oleh sebab itu, orang tua harus menyesuaikan pola asuh nan seperti apa nan harus diterapkan kepada anak. Membangun dan menciptakan suasana nan damai dan kondusif ialah hal nan baik buat membangun emosi, kecerdasan dan psikologis anak.
Perbedaan pola asuh antara satu kebudayaan dengan budaya nan lain akan menyebabkan disparitas karakter dari anak-anak. Lihat saja bagaimana karakter bangsa Jepang nan tak kenal lelah dan selalu bekerja keras, dibandingkan dengan karakter para pemimpin kita sekarang nan mengutamakan kehidupan nan serba enak tanpa melihat kerja keras rakyat kecil. Walaupun itu dicapai dengan cara nan menyimpang.
Mengasuh anak pada bidang keyakinan ialah suatu hal nan harus didahulukan oleh semua orang tua. Karena dengan pondasi keyakinan atau agama nan kuat akan sangat membantu anak-anak dalam membentuk kepribadian mereka. Seorang anak nan tak mengenal halal dan haram akan senantiasa kebingungan dalam memenuhi keinginannya, sehingga berdampak negatif pada masa remaja dan dewasanya.
Kenalkanlah pada balita sejak dini tentang apa-apa nan dianjurkan dalam agama, dan apa saja nan dilarang dan dijauhi oleh keyakinan agamanya. Dengan pembiasaan ini maka anak akan terbiasa buat mencari apa nan dihalalkan oleh agamanya, dan menjauhi embargo dalam agamanya.
Memang kehidupan nan serba bebas saat ini membuat was-was para orang tua tentang balita mereka di masa dewasanya. Melonjaknya taraf kenakalan anak dan remaja akhir-akhir ini merupakan alarm bagi orang tua. Agar bisa lebih serius dalam membina dan mengasuh mereka di kehidupan keluarga.
Anak dan Kegiatan Bermain
Bermain ialah hal nan lazim dilakukan anak. Lebih dalam lagi, kegiatan bermain anak ialah suatu metode nan dibangun oleh anak buat mengenal dunia. Bermain bukan hanya sekadar buang waktu, namun bagi anak bermain ialah kebutuhan nan harus ia peroleh, sama halnya dengan kebutuhan lainnya.
Melalui bermain, kondisi psikologis anak sedang terbangun. Bermain ialah kegiatan nan membutuhkan kolaborasi dan kordinasi anggota badan, (anggota badan bergerak, kaki, tangan, tubuh). Bermain juga merupakan kegiatan di mana anak belajar mengenal dirinya sendiri, mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya.
Dalam kegiatan bermain, orang tua memiliki peranan penting. Contohnya orang tua memilih mainan berdasarkan umur dan perkembangannya. Tidak ada salahnya orang tua ikut bermain dengan anak sebab selain menyenangkan, anak akan merasa kondusif dan lebih percaya diri.
Masa kecil ialah masa bermain. Itulah ungkapan dari beberapa psikolog anak-anak nan terkenal. Maksudnya ialah anak kecil atau balita akan bisa belajar jika mereka bermain. Atau mereka bisa menyerap materi nan diajarkan oleh orang tua apabila mereka belajar dengan perasaan nan riang gembira.
Anak tak boleh dipaksa buat belajar. Maksudnya ialah anak kecil jangan sampai belajar di kondisi nan tertekan atau terpaksa. Carilah atau berikan motivasi pada anak-anak tentang kegunaan belajar. Atau bila kesulitan dengan hal tersebut, kita biasakan anak-anak bermain sambil belajar dengan sang Ibu. Memang urusan rumah tangga harus diselesaikan, akan tetapi pembinaan balita akan berdampak pada kehidupan dewasanya kelak. Dan mengasuh balita ialah peran dan tanggung jawab orang tua terutama bagi para ibu.
Kenalkanlah balita dengan permainan nan bisa meningkatkan kemampuan kognitif, psikologis dan motorik dari balita. Permainan nan bisa meningkatkan segi kognitif pada anak ialah permainan nan homogen dengan permainan tebak-tebakan, membaca cerita anak, bermain di wisata pendidikan seperti museum dan lain-lain. Ya, dengan mengajak anak balita berekreasi ke loka wisata pendidikan bisa meningkatkan kemampuan kognitif dia dengan cepat.
Melatih kemampuan anak dari segi motorik bisa ditempuh dengan mengajak si anak buat bermain petak umpat, kejar-kejaran, bermain bola, atau permainan nan sejenis. Anak-anak sangat bahagia bila bisa berlari ke sana kemari. Karena hal itu memang wajar pada diri anak kecil, tidakkah kita ingat bagaimana masa kecil kita sendiri?
Pola asuh pada balita sebaiknya dilakukan dengan kesabaran dan kehati-hatian dari orang tua. Kebiasaan masa kecil akan dibawa di masa dewasa. Biasakanlah balita buat berbuat mulia sejak dini, maka kemungkinan besar dia akan menjadi orang nan berkarakter mulia kelak. Semoga artikel tentang balita dan pola asuhnya bisa meningkatkan wawasan kita akan global balita nan menggemaskan!