Bukan Indonesia Jika Tanpa Replika
Perkembangan jam tangan akhir-akhir ini sangatlah pesat. Jam tangan bukan lagi sekadar alat nan hanya mampu menunjukkan waktu. Namun, berbagai jam tangan, baik protesis lokal atau pun jam tangan import sudah menjadi sebuah kebutuhan dasar atau aksesoris wajib buat menyokong penampilan seseorang. Jam tangan ialah gambaran diri. Terlebih buat jam tangan import dengan kualitas nan istimewa dan didukung oleh berbagai teknologi lain dalam satu alat bernama jam tangan. Mereka nan mengenakan jam tangan import tentulah orang nan memiliki selera dan cita rasa tinggi, di samping memiliki uang tentunya.
Membeli Gambaran dan Kualitas
Bagi sebagian orang, gambaran diri itu harus ditunjukkan dengan berbagai barang nan nan dikenakannya dan nan dimilikinya. Tidak peduli apakah barang-barang tersebut merupakan barang kreditan dengan kembang 0% sebab bisa dari reward kartu kredit, hadiah, menyicil lewat teman atau bahkan hasil dari korupsi. Yang niscaya ialah ketika berdandan dan semua barang itu dipakai, mungkin sekali jalan, total harga semua barang nan dipakai dapat mencapai miliaran rupiah. Hal ini dihitung mulai dari tas merek Hermes, kalung mutiara asli, gelang emas 24 zat oksidasi nan dibeli di Medan, kaca mata Oakley, cincin berlian 5 karat, dan jam tangan mereka Rolex.
Mungkin belum cukup dengan apa nan dipakai. Mobil nan digunakan buat bepergian minimal merek Alphard bila tak Ferrrari. Hayati memang tak jauh dari barang-barang bermerek nan akan membuatnya merasa lebih hayati dan merasa lebih percaya diri. Untuk menunjang semua itu ia membutuhkan uang nan terus mengalir terus-menerus. Rumah nan ditempati juga tak boleh sembarangan. Kompleks nan terkenal sebagai perumahan elit ialah pilihan. Cara mendapatkannya dapat dengan berbisnis ataupun sebagai hadiah dari rekanan. Semau itu tidak dipedulikan asalkan dapat hayati bagai di surga. Tidak kebanjiran, tak mudah kemalingan alias sangat aman, lingkungan bersi, hijau, dan sangat tenang.
Itulah kehidupan nan dianggap merupakan kehidupan impian. Satu gambaran itu memang tak mudah didapatkan. Gambaran itu harus diciptakan. Seseorang nan ingin hidupnya dinilai sebagai sosok nan menginspirasi akan dengan sekuat tenaga mencari ilmu agar nantinya hidupnya bermanfaat dan tak memberatkan siapapun. Seseorang nan ingin dianggap sebagai orang kaya dan sangat kaya, tentunya akan melengkapi dirinya dengan berbagai barang mahal nan bermerek nan dibelinya di luar negeri. Barang nan mahal sekaligus dari luar negeri itu, ialah jam tangan import .
Jam tangan itu sangat krusial dan tak hanya sebagai petunjuk waktu. Desainnya nan latif bahkan dapat membuat banyak orang mengoleksinya sebagai salah satu barang nan sangat indah. Sangat mengagumkan bahwa ada orang nan dapat membuat desain nan cantik nan dilingkarkan dilengan. Rona jam tangan juga tak lagi hanya satu warna, silver. Kini ada rona emas nan memang terbuat dari emas atau rona hitam sebab talinya nan terbuat dari kulit nan berkualitas. Ada juga rona merah dan rona lainnya sinkron dengan keinginan.
Tak harus kesulitan mendapatkan jam tangan nan berkualitas dengan harga nan selangit. Di setiap kota besar dengan deretan nama harta benda nan terkenal, niscaya ada satu toko jam nan menjual jam tangan spesifik buat jam tangan premium produksi dari berbagai perusahaan nan memang memfokuskan diri membuat jam tangan nan bermutu dengan desain nan luar biasa indah. Kalau tidak ingin ke mal, pesan jam tangan lewat televisi juga bisa. Harganyapun sekira beberapa juta saja.
Merek Jam Tangan Import dengan Harganya
Bermainlah ke salah satu toko jam tangan nan berada di daerah Anda. Tanyakan berapa harga jam tangan original nan berasal dari luar negeri nan biasa dijual di situ. Bagi kalangan menengah ke bawah, mungkin harga nan ditawarkan akan membuat mereka terperangah. Mereka mungkin akan berpikir orang seperti apa nan mampu membeli satu buah jam tangan nan seharga gajinya selama satu tahun itu.
Apa pekerjaan orang nan dapat membeli sebuah jam tangan nan tidak akan dipakainya setiap hari seharga beras bagus satu ton. Keheranan demi keheranan niscaya akan membuat orang-orang awam semakin terlihat lugu. Mereka tampak seperti orang nan hanya mampu bermimpi dan tidak berani berharap dapat mengenakan jam tangan mahal itu. Bagi mereka, jam tangan seharga Rp 50 ribu saja sudah terlihat sebagai barang nan cukup mahal sebab penghasilan mereka tak lebih dari Rp 50 ribu sehari.
Namun bagi kalangan berduit, harga nan ditawarkan akan terkesan seiprit. Tidak ada artinya sama sekali. Mereka tidak harus membayar dengan uang tunai. Tinggal gesek dan semuanya beres. Lihat saja harga beberapa jam tangan import berikut ini.
- Arloji LED multi rona made in Japan: Rp487.000,-
- Ladies Adidas Sport Transparent White: Rp600.000,-
- Jam Tangan Cellphone Galactus: Rp1.755.000,-
- Caterpillar Cat Evotwist Chrono Blue Watch: Rp2.200.000,-
- Poljot Aviator Limited Edition (Russia): Rp2.600.000,-
- Invicta 4338 Russian Diver Collection Black Watch: Rp2.800.000,-
Masyarakat nan termasuk ke dalam golongan kelas atas memang tak hanya memburu gaya dalam urusan membeli jam tangan. Ada sisi lain nan hendak mereka beli dalam jam tangan ini. Ya, mereka membeli kenyamanan, kualitas, dan tentu saja membeli gambaran diri. Dengan membeli dan memakai jam tangan nan berasal dari luar negeri, berarti secara tak langsung mereka telah mengangkat derajat dan kehormatan diri dalam golongannya.
Padahal, kalau hanya melihat orang dari apa nan dikenakannya, itu sama dengan menyamakan manusia dengan barang. Harga kehormatan manusia itu bukan dilihat dari nan ia pakai tetapi dari apa nan telah ia lakukan buat orang lain dan ilmu apa nan telah dipergunakannya dengan baik demi kehidupan nan lebih baik di global dan di akhirat.
Bukan Indonesia Jika Tanpa Replika
Pedih memang mendengar ungkapan nan menjadi subjudul di atas. Namun mau bagaimana jika kenyataannya memang demikian. Inilah Indonesia, tidak ada nan tidak mungkin di negeri ini. Jangankan hanya membuat replika jam tangan nan gak diawasi, pendapatan pajak nan diawasi sekalipun masih dapat 'dikacangi'. Bahkan diambil sebanyak-banyaknya demi kepentingan pribadi. Setelah itu, uangnya dicuci dengan cara dipakai membuka satu bisnis nan wah. Misalnya, dipakai buat membuka perkebunan kelapa sawit, membuka bisnis jual beli mobil dan membeli beberapa rumah dan apartemen mewah nan akan disewakan lagi.
Mereka mengira bhawa mereka akan abadi tinggal di global ini. Mereka kira dengan mempunyai harta nan berlimpah itu mereka akan mendapatkan penghormatan dan anak-anaknya tak akan kelaparan hingga akhi zaman. Mereka lupa bahwa ada Tuhan nan mengatur kehidupan dan bahwa tak banyak orang nan hanya memberikan penghormatan sebab uang.
Orang-orang baik akan menghargai orang lain sebab kepribadian dan caranya menjaga kehormatan dirinya dari semua perbuatan nan hanya akan menjerumuskannya ke dalam jurang kenistaan. Apalagi nan diharapkan kalau telah terbukti korupsi. Apa nan harus dibanggakan kalau uang nan didapatkan itu bukan dari jalan nan halal.
Berbicara mengenai jam tangan, merek-merek luar negeri dengan desain dan tampilan nan wah dan sangat detail ini ternyata masih dapat ditiru oleh warga Indonesia, masih dapat dibuat replika, masih dapat dibuat serupa meski tidak sama. Tampilan dan desain luar jam tangan replika dapat saja sama dengan jam tangan asli, namun jangan tanya mengenai “daleman” dan kekuatannya. Sudah niscaya berbeda.
Replika jam tangan berbagai merek luar seperti nan disebutkan di atas dapat kita bisa dengan kisaran harga mulai dari Rp50.000,- sampai Rp250.000,- saja. Sungguh disparitas harga nan sangat mencolok, bukan? Dari segi gaya, bisalah kita ikut ngaca , tapi dari segi gambaran diri, kita sudah niscaya ngiri .
Ya, Indonesia memang rajanya tiru meniru, bajak membajak, dan segala bentuk kecurangan lainnya. Di satu sisi, kegiatan seperti ini ialah citra manusia Indonesia nan kreatif dan pandai, namun sayang kretivitas dan kepandaian nan dimiliki warga Indonesia kerap disalahgunakan. Tidak bertanggung jawab. Tidak jauh dengan Indonesia, bangsa China malah lebih pandai lagi dalam hal ini. Apa nan tak dapat dibuat oleh bangsa China. Jangan-jangan orang Indonesia nan membuat replika jam tangan import itu berguru kepada orang China.