Contoh Alat Musik Tradisional Bali

Contoh Alat Musik Tradisional Bali

Apa sajakah alat musik tradisional Bali ? Indonesia memiliki keanekaragaman budaya nan tidak terbantahkan lagi. Berbagai budaya merentang dari Sabang hingga Merauke. Tak terkecuali masalah kesenian tradisional, seperti alat musik.

Bahkan, jangankan menyebut seluruh Indonesia, buat membahas alat musik tradisional dari sebuah daerah saja, kita mungkin akan membutuhkan waktu nan lama saking banyaknya alat musik nan dimiliki daerah tersebut. Ambil contoh saja Bali, daerah nan menjadi perhatian global sebab potensi wisatanya nan demikian kaya.

Dituturkan oleh I Kadek Suartaya, SS Kar, dosen ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar, terdapat 25 alat musik tradisional Bali, baik dari bahan standar bambu maupun logam. Sebuah jumlah nan demikian wah.



Contoh Alat Musik Tradisional Bali

Berikut ini beberapa contoh alat musik tradisional Bali, mulai dari genggong, rindik, hingga pereret.



Genggong

Genggong dapat jadi merupakan salah satu alat musik terunik nan pernah kita temui, dan sporadis diketahui kebanyakan orang. Mengapa unik? Pertama, dari asal namanya saja. Genggong dinamai sebab berasal dari kata 'geng' nan bermakna suara tinggi dan 'gong' nan bermakna suara rendah. Genggong dibuat dari dari pelepah daun pohon enau (aren).

Pelepah daun aren ini, diikatkan pada seutas tali atau benang. Kemudian, jemari tangan kiri memegang ujung genggong sebelah kiri. Sementara, jemari tangan kanan memegang bambu kecil nan dikaitkan dengan benang/tali pada ujung genggong lainnya. Agar genggong bisa berbunyi, nan harus kita lakukan ialah menarik benang atau tali tersebut.

Bisa dikatakan, kita menghentakkannya. Caranya, dengan memegang bambu kecil tersebut secara vertikal hingga benang tertarik sendirinya. Irama genggong sendiri, diatur oleh lidah kita, nan ditempelkan pada bagian nan dinamai 'palayah'. Rongga mulut dijadikan sebagai resonator dan bisa disesuaikan dengan nada nan dikehendaki, entah tinggi atau rendah.

Lalu, bagaimana suara genggong? Suaranya sangat unik. Bagaikan suara katak nan bersahutan senang kala malam hari tiba. Jika dimainkan dalam jumlah banyak, tentu suara genggong akan menghasilkan musik nan khas, enak, dan nyaman di telinga. Genggong sendiri biasa dijadikan alat musik hiburan dan dapat dipakai dalam acara pernikahan .



Rindik

Selain genggong, ada alat musik Bali lainnya nan bernama rindik. Terbuat dari bambu, rindik mempunyai nada selendro. Cara memainkan alat musik ini ialah dengan dipukul. Bentuk rindik sendiri ialah deretan bambu nan disusun horizontal sedemikian rupa. Deretan bambu itu sendiri berupa belahan di atas deretan bambu nan utuh, sehingga bila dipukul akan menimbulkan kesan bergema.

Biasanya, rindik dimainkan dalam acara upacara penikahan adat. Rindik sering digunakan sebagai musik pengiring Tari Joged Bumbung. Rindik biasa dimainkan oleh beberapa orang, sekitar 2 hingga 4 orang. Dua orang di antaranya memainkan rindik, sedangkan 2 sisanya memaikan suling .

Permainan rindik nan digabung dengan suling dapat menghasilkan irama musik nan indah. Ada kalanya pula, rindik dimainkan oleh lima orang. Orang kelima, mendapatkan tugas buat memukul Gong Pulu.



Gerantang

Selain rindik, ada pula alat musik nan bernama gerantang. Boleh dibilang, gerantang ialah bentuk awal dari rindik. Bentuknya sangat mirip dengan rindik, berupa alat musik nan tersusun dari bambu, nan disusun sedemikian rupa membentuk horizontal. Tentunya, cara memainkannya pun sama, dipukul.

Sama seperti rindik pula, butuh keahlian tersendiri bagi pembuat gerantang dalam menyusun bambu-bambu tersebut sehingga dapat menghasilkan urutan nada nan pas. Disparitas nan mencolok dibandingkan rindik, ialah bambu pada gerantang ialah bambu utuh, bukan bilah bambu.



Gangsa

Ada pula alat musik nan bernama gangsa. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai upacara adat, pertunjukan khas Bali, juga pengiring tarian tradisional. Gangsa dibagi dalam dua jenis, yaitu gangsa katilan dan gangsa pemade. Jika gerantang dan rindik terdiri atas deretan bambu nan menyusun tangga nada, maka gangsa ini terdiri atas deretan logam. Dapat terbuat dari besi atau dari perunggu.

Deretan logam ini dibunyikan dengan cara dipukul oleh palu kayu. Gangsa pemade satu oktaf lebih rendah daripada gangsa katilan. Seperti halnya pada alat musik lain, pemain gangsa ini mesti duduk di lantai saat memainkan alat ini.



Jegog

Jegogan atau lebih generik dikenal sebagai jegog merupakan alat musik nan terbuat dari pohon bambu nan terutama dimainkan di Kabupaten Jembrana, sekitar 100 kilometer barat Denpasar, ibukota Bali. Jegog merupakan alat musik dengan deretan bambu nan disusun sedemikian rupa, dengan ukuran sangat besar. Seperti alat-alat musik sebelumnya, jegog dibunyikan dengan cara ditabuh.

Ada kisah unik seputar kesenian jegog. Awalnya kesenian ini digunakan sebagai hiburan bagi para pekerja nan bergotong royong buat membuat atap rumbia. Sementara orang-orang bergotong royong, ada nan menabuh jegog sebagai penyemangat dan penggembira para pekerja tersebut.

Seiring dengan perjalanan waktu, jegog tak hanya digunakan dalam kegiatan nyucuk (membuat atap rumah dari daun rumbia). Akan tetapi juga buat mengiringi berbagai acara, mulai dari upacara adat, upacara pernikahan, atau dalam beberapa tarian nan menjadi hiburan dalam pariwisata Bali.

Ada pula istilah jegog mebarung. Istilah ini bermakna, bertarung jegog. Dalam kesenian ini, dua atau tiga grup jegog 'bertarung satu sama lain'. Sebuah grup jegog terdiri atas 20 orang. Bagaimana teknisnya?

Awalnya, masing-masing grup jegog menyuguhkan Tabuh Terungtungan, nan merupakan bentuk rasa berterima kasih kepada penonton nan sudah meluangkan waktu buat menonton jegog. Biasanya, durasinya selama 10 menit.

Kemudian, jegog mebarung dimulai. Grup jegog nan satu dan nan lain membunyikan instrumen musik bersamaan. Paradoksal dengan tabuh terungtungan nan musiknya merdu dan lembut, maka jegog mebarung menampilkan musik nan riuh dan gaduh.

Seringkali, keriuhan penonton membuat para pemain jegog 'lebih panas', hingga memukul jegog lebih keras lagi, hingga alat musiknya rusak (ingatlah jegog tersusun atas bambu), dan menimbulkan suara nan tak merdu lagi. Penentuan pemenang jegog mebarung ditentukan oleh penonton. Bagi mereka nan nadanya lebih teratur dan merdu, itulah pemenangnya.



Pereret Pengasih-asih

Pereret merupakan alat musik Bali nan bentuknya terompet. Pereret ini terbuat dari kayu. Seperti halnya jegog, pereret berasal dari Jembrana. Pereret biasanya digunakan buat mengiringi jenis kesenian Sewo Gati. Nama pereret pengasih-asih bukanlah tanpa makna.

Alat ini syahdan dapat dipakai oleh seorang pemuda buat membuat gadis nan dicintainya jatuh hati. Alias, sinkron nama pengasih-asih, alat musik ini bagaikan pelet . Sebelum memakai alat ini, pemuda tersebut akan meminta jero balian atau dukun, memberi kekuatan mistik pada alat musik tersebut.

Setelah mendapatkan 'kekuatan magis' ini, sang pemuda akan menggunakan pereret pengasih-asih ini dengan cara memainkannya di atas pohon tinggi. Dengan cara inilah, suara pereret bisa didengar dari jeda sekitar satu kilometer. Sang gadis nan mendengar suara merdu alat musik ini syahdan akan terpikat dan segera tergila-gila kepada sang pemuda peniup pereret pengasih-asih.