Pulau Bintan dan Kekayaan Pariwisata Indonesia
Salah satu daya tarik bagi para turis, baik turis domestik maupun turis mancanegara, ialah Pulau Bintan nan terletak di Kepulauan Riau Indonesia, tepatnya di Kota Tanjung Pinang.
Pulau nan secara geografis berdekatan dengan Negara Singapura ini mampu menarik banyak wisatawan domestik dan mancanegara sebab berbagai pesonanya, yakni estetika pantai, teluk, dan daerah nan dapat dijadikan loka bagi para penyelam nan dimiliki pulau tersebut.
Pantai di Pulau Bintan termasuk pantai nan latif dengan pasir berwarna putih dan air nan berwarna hijau toska sebab imbas hijau dari hutan hujan di sekelilingnya. Ombaknya nan cukup bersahabat membuat para wisatawan sangat tertarik buat melakukan olahraga air, seperti menyelam, surfing, diving, sera mengendarai banana boat.
Tidak hanya itu, fasilitas pariwisata nan disediakan oleh Pulau Bintan juga sangat beragam. Mulai dari hutan hujan Bintan nan menarik perhatian para pendaki gunung, sampai pasar rakyat nan di dalamnya terdapat berbagai penjual kerajinan tangan khas Pulau Bintan.
Wisata belanja di Pulau Bintan juga tak akan lengkap tanpa adanya wisata masakan nan menyajikan makanan khas Bintan, yakni siput bahari nan hanya ditemukan di daerah Pulau Bintan. Makanan inilah nan membedakan seafood Bintan dengan seafood di pulau wisata lainnya.
Sama seperti wilayah tujuan wisatawan lainnya, seperti Bali dan Jogja, Pulau Bintan juga memiliki berbagai loka menarik nan menjadi tujuan para wisatawan saat datang ke loka itu. Akan tetapi, nan lebih menguntungkan bagi masyarakat Pulau Bintan dibandingkan dengan dua kota tujuan wisata di atas ialah letaknya nan strategis sehingga seringkali disinggahi oleh kapal ferry nan berangkat atau pulang dari Negara Singapura dan Malaysia. Hal inilah nan menjadi potensi besar bagi Pulau Bintan buat dapat meluaskan jaringannya sebagai pulau wisata.
Dengan adanya pesona tersebut, maka tak heran jika banyak investor, baik investor dalam negeri maupun investor asing, nan bersaing buat mendapatkan aset nan besar di negara kepulauan ini. Dengan membangun berbagai loka pariwisata seperti hotel, penginapan, resort, dan jenis tujuan hiburan lainnya, para investor berharap mampu meningkatkan daya tarik wisatawan buat lebih mengenal Pulau Bintan.
Selain menarik laba secara individual, para investor juga tentu saja memberikan kontribusi nan cukup besar terhadap Negara Indonesia apabila mampu menarik banyak wisatawan asing ke Pulau Bintan.
Perjalanan Menuju Pulau Bintan
Untuk dapat sampai ke Pulau Bintan, kita dapat menggunakan berbagai macam kendaraan, baik kendaraan darat, laut, maupun udara. Jika Anda ialah orang nan sedang transit di Pulau Bintan buat menunggu kapal atau pesawat, maka jangan lewatkan kesempatan ini buat mengunjungi berbagai loka di pulau tersebut.
Dengan menggunakan pesawat, kita dapat mencapai atau pergi dari berbagai wilayah dengan melakukan penerbangan ke atau dari Bandara Internasional Batam Hang Nadim.
Selain menggunakan pesawat, kita juga dapat menggunakan kapal ferry nan ada di tiap pelabuhan buat menuju ke Pulau Bintan . Transportasi dengan menggunakan kapal ferry ini dianggap sebagai media transportasi tercepat dan tertepat menuju Pulau Bintan.
Kita dapat menggunakan kapal ferry nan ada di pelabuhan Kota Pekanbaru, Palembang, Jambi, Batam, dan pelabuhan lain nan memiliki akses menuju Pulau Bintan.
Jika ingin berkeliling dengan menggunakan kapal ferry, maka kita juga dapat meneruskan perjalanan dengan menyeberang dari Pulau Bintan ke Pulau Batam atau ke Singapura dan Malaysia sebab kedua negara tersebut tak mewajibkan masyarakat Indonesia buat memiliki visa atas negara-negara tersebut.
Akan tetapi, jika kita ingin berkeliling dengan kapital ala backpacker, kita dapat menggunakan kapal bahari buat menyeberang pulau sampai akhirnya menuju ke Pulau Bintan. Hanya saja, waktu nan ditempuh jika menggunakan kapal bahari akan lebih lama jika dibandingkan dengan waktu tempuh apabila kita menggunakan alat transportasi pesawat terbang.
Pulau Bintan dan Kekayaan Pariwisata Indonesia
Menjadikan Pulau Bintan sebagai salah satu kekayaan pariwisata di Indonesia memang sangat membanggakan sekaligus membuat kita juga ingin segera menyinggahi pulau tersebut. Sayangnya, hampir seluruh investor nan menguasai daerah pariwisata di Indonesia ialah investor asing sehingga kedaulatan masyarakat setempat tak dapat dimiliki secara bebas lagi, termasuk dalam hal ini investor loka pariwisata di Pulau Bintan.
Masyarakat Pulau Bintan harus mendatangi pulau tersebut seperti mendatangi pulau asing di Negara lain. Hal ini tentu saja membuat kita berpikir ironi, bahwa masyarakat Indonesia ternyata tak dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Selain Pulau Bintan, banyak juga pulau lain di Indonesia nan hampir seluruh asset di dalamnya dimiliki oleh investor asing. Salah satu loka wisata tersebut ialah Pulau Cubadak nan terdapat di Sumbawa.
Pulau ini telah dimiliki seratus persen oleh warga Negara Italia sehingga apabila kita datang ke sana, nan bisa kita saksikan bukanlah masyarakat Sumbawa dengan bermacam adat dan budaya lokal mereka melainkan wisatawan asing berwarga Negara Italia nan sedang berlibur atau mengunjungi kerabat mereka.
Kita semua sebagai masyarakat Indonesia tentu saja tak ingin hal itu terulang kembali dengan adanya dominasi wilayah Pulau Bintan oleh para investor asing sebab selain mengurangi kekayaan sumber daya alam nan dimiliki Indonesia, hal ini juga memacu pergulatan konflik budaya antar masyarakat di pulau tersebut.
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu sempat diberitakan bahwa di Pulau Bintan terdapat satu loka kasino nan menjadi loka hiburan favorit para wisatawan, termasuk wisatawan domestik.
Hal tersebut tentu saja menuai berbagai isu dan kontroversi, baik dari pihak masyarakat Pulau Bintan setempat maupun masyarakat Indonseia pada umumnya. Loka nan seharusnya dijadikan sarana buat bersyukur dalam menikmati estetika dan berbagai kelabihan sumber daya alam di Indonesia malah dijadikan arena perbuatan nan tak sinkron dengan budaya masyarakat Indonesia.
Selain itu, berbagai loka nan dibangun oleh pihak investor asing juga tak luput dari bahasa asing nan kemudian dijadikan nama loka tujuan wisata tersebut. Hal ini menandakan bahwa Indonesia tak memiliki kedaulatan buat menggunakan bahasanya sendiri di tempatnya sendiri. Pulau Bintan nan dekat dengan Singapura dan Malaysia ini bahkan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dalam kehidupan sehari-hari setelah bahasa ibu mereka.
Di satu pihak, hal tersebut memang membuktikan bahwa Pulau Bintan telah meningkatkan potensi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Bintan, dari segi komunikasi. Akan tetapi di sisi lain, hal tersebut juga lambat laun akan berdampak tak baik terhadap kebudayaan Indonesia sendiri.
Budaya lokal nan seharusnya menjadi inti pementasan budaya di berbagai loka wisata di Indonesia malah dijadikan sarana buat mengolah perekonomian para investor asing. Konflik budaya nan nantinya muncul di Pulau Bintan ialah krisis bukti diri antara ingin menjadi masyarakat Indonesia nan tinggal di Pulau Bintan dengan masyarakat Pulau Bintan nan memiliki budaya modern layaknya para wisatawan asing.
Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan sebab hampir seluruh wilayah Indonesia telah sampai pada krisis kebudayaan nan di dalamnya masyarakat akan sulit memilih antara budaya tradisional nan melahirkan mereka dengan budaya modern nan hayati di sekeliling mereka. Oleh sebab itu, kita sebagai masyarakat Indonesia wajib meningkatkan kecintaan kita terhadap asset Negara Indonesia, salah satunya dengan tetap menjaga estetika dan kebudayaan di Pulau Bintan.