Kiat-kiat Mengelola Stres
Setiap manusia niscaya pernah mengalami stres. Ya, meski penyebab stres setiap orang berbeda, namun pada intinya stres tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Ya, stres ialah suatu masalah kejiwaan nan kerap datang dalam berbagai macam suasana, terutama dalam masalah pekerjaan.
Yang jadi pertanyaan, apakah mungkin bagi seseorang buat dapat mengendalikan atau mengelola stres nan tengah dialaminya? Jawabannya tentu saja bisa. Lalu, bagaimana cara mengendalikan atau mengelola stres, terutama nan diakibatkan oleh pekerjaaan? Meskipun tak sepenuhnya dapat dihilangkan, stres nan diakibatkan oleh suatu pekerjaan dapat dikelola oleh individu nan bersangkutan.
Nah, artikel kali ini akan menyuguhkan informasi mengenai cara mengelola stres nan diakibatkan oleh pekerjaan. Namun, sebelum terjun lebih dalam, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu tentang pengertian pengelolaan atau manajemen stres tersebut. Anda penasaran, bukan? Simak uraian berikut.
Pengertian Pengelolaan Stres
Pengelolaan atau manajemen stres dikenal juga dengan istilah coping . Menurut R. S. Lazarus dan Folkman, coping ialah proses mengelola tuntutan, baik tuntutan internal maupun eksternal, nan dianggap sebagai beban sebab berada di luar jangkauan kemampuan diri individu. Karena tuntutan nan di luar jangkauan, seperti beban kerja nan tinggi, inovasi masalah baru nan belum ada solusinya, dan sebab penyebab lainnya, maka si individu akan mengalami stres.
Adapun cara melakukan pengelolaan stres ( coping ) sendiri terdiri atas beberapa upaya-upaya nan berorientasi kepada kegiatan dan intrapsikis buat mengelola tuntutan internal dan eksternal, maupun konflik nan dihadapi. Upaya-upaya nan dapat dilakukan individu buat mengelola stres biasanya berupa menuntaskan, mengurangi, tabah, hingga meminimalkan tuntutan-tuntutan nan berada di luar kemampuan tersebut.
Sementara itu, coping menurut Weiten dan Lloyd ialah upaya-upaya nan dilakukan individu buat mengurangi, mengatasi atau menoleransi setiap ancaman dan beban perasaan nan timbul sebab adanya stres.
Dalam melakukan coping , tentu diperlukan juga dukungan atau faktor-faktor nan setidaknya mampu memengaruhi keberhasilan usaha buat mengelola stres tersebut. Faktor-faktor nan bisa memengaruhi usaha pengelolaan stres ini akan penulis bahas dalam uraian berikut.
Faktor-faktor nan Memengaruhi Pengelolaan Stres
Seperti nan sudah disinggung sebelumnya, bahwa keberhasilan melakukan pengelolaan stres itu memerlukan dukungan atau faktor penunjang lain. Adapun faktor-faktor nan mampu memengaruhi pengelolaan stres atau coping sebagai upaya meminimalkan atau mengatasi stres, di antaranya ialah dukungan sosial dan kepribadian.
Bagaimana kedua faktor tersebut mampu memengaruhi taraf keberhasilan dalam upaya pengelolaan stres? Berikut ialah klarifikasi lengkapnya.
1. Dukungan Sosial sebagai Faktor Pendukung Pengelolaan Stres
Dukungan sosial memiliki peranan nan sangat signifikan sebagai faktor pendukung upaya pengelolaan stres. Dukungan sosial di sini bisa diartikan sebagai pemberian pertolongan atau donasi dari orang lain nan memiliki interaksi dekat (saudara atau teman) kepada si penderita stres. Ada pula pengertian lain dari dukungan sosial ini, yakni sebagai pemberian informasi dari orang lain nan dicintai, seperti kekasih, teman, suami/istri, maupun orangtua dan forum keagamaan kepada si penderita stres.
Sebagaimana nan dikemukakan oleh House, dukungan sosial ini setidaknya memiliki empat fungsi primer dalam upaya pengelolaan stres. Keempat fungsi tersebut, yakni sebagai berikut.
- Emotional Support. Emotional support merupakan bentuk dukungan sosial nan meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian terhadap penderita stres. Dengan adanya dukungan sosial seperti ini, si penderita stres akan merasa diperhatikan dan memiliki “pegangan atau sandaran” ketika sedang berada dalam kondisi stres.
- Appraisal Support. Appraisal support merupakan bentuk dukungan sosial nan diberikan orang lain kepada penderita stres nan dilakukan dengan cara mengembangkan pencerahan terhadap permasalahan nan sedang dihadapi si penderita stres. Usaha-usaha buat mengklarifikasi hakikat permasalahan nan dihadapi serta pemberian nasihat dan umpan balik tentang hikmah di balik masalah tersebut termasuk ke dalam bentuk appraisal support ini.
- Informational Support. Informational support ini merupakan donasi dari orang lain dalam upaya mereduksi taraf stres nan diderita seseorang nan dilakukan dengan cara berbagi informasi. Upaya berbagi informasi ini dilakukan dengan cara berdiskusi atau personal sharing tentang bagaimana cara terbaik buat mengatasi permasalahan nan tengah dialami si penderita stres .
- Instrumental Support. Fragmental support merupakan donasi orang lain kepada penderita stres nan meliputi donasi material. Misalnya, pemberian uang atau loka tinggal sementara bagi si penderita nan tengah mengalami stres sebab kebutuhan financial nan tak terpenuhi.
Dengan adanya dukungan sosial tersebut, stres nan diderita oleh seseorang akan sedikit berkurang. Bahkan, dengan seiringnya waktu, bukan mustahil jika stres nan dialaminya itu akan hilang.
2. Kepribadian sebagai Faktor Pendukung Pengelolaan Stres
Selain dukungan sosial, ternyata faktor lain nan sangat memengaruhi upaya pengelolaan stres ialah kepribadian nan dimiliki si individu bersangkutan. Ya, kepribadian ini juga memiliki pengaruh nan tak dapat dikatakan kecil. Taraf keberhasilan pengelolaan stres nan primer setelah bentuk dukungan sosial ternyata bersumber dari kepribadian si individu sendiri.
Di antara tipe atau ciri kepribadian nan bisa memengaruhi taraf keberhasilan pengelolaan stres ialah sebagai berikut.
- Hardiness. Hardiness atau daya tahan dan ketabahan Indvidu ini bisa diartikan sebagai ciri kepribadian nan ditandai dengan sikap komitmen, internal locus control, dan pencerahan akan setiap tantangan atau challenge . Bahkan, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kesehatan fisik dan mental nan baik sangat berkorelasi positif dengan karakteristik hardiness ini. Tak hanya itu, individu nan memiliki ciri hardiness biasanya akan terhindar dari stres dan perasaan-perasaan negatif.
- Optimisme. Optimisme merupakan ciri individu nan merupakan suatu kesamaan generik buat mengharapkan hasil-hasil nan baik. Ciri optimis ini memiliki kesamaan nan sangat tinggi terhadap keberhasilan pengelolaan stres nan diakibatkan oleh pekerjaan dan hal lainnya. Individu dengan ciri optimis bisa mengelola stres dengan lebih efektif dan bisa mengurangi risiko nan mungkin ditimbulkannya, seperti jatuh sakit atau lebih parahnya lagi gangguan kejiwaan.
- Humoris. Beruntunglah individu nan memiliki ciri humoris. Hunoris atau orang nan bahagia humor cenderung lebih toleran dalam menghadapi situasi apapun, termasuk situasi nan bagi orang lain bisa menyebabkan stres. Berbeda dengan individu nan tak suka humor. Kesamaan buat mengalami stres sangatlah tinggi. Sebagaimana nan ditemukan Mc. Crae dalam penelitiannya, bahwa 40 % ciri humor itu dapat mengurangi taraf stres. Sedangkan Dixon mengemukakan bahwa humor, candaan, atau joke, bisa berfungsi sebagai upaya buat menilai kembali situasi stres dengan cara nan tak terlalu mengancan dan bisa melepaskan emosi-emosi negatif nan terpendam dalam diri individu.
Kiat-kiat Mengelola Stres
Beberapa peneliti, yakni Carver, Scheier, dan Weintraub pernah mengembangkan instrumen pengukuran nan dinamakan “The Cope”. Hasil penelitaian mereka sukses mengidentifikasi 14 startegi atau kiat-kiat mengelola stres, yakni sebagai berikut.
- Coping aktif.
- Perencanaan.
- Penekanan terhadap kegiatan nan lebih penting.
- Menahan diri.
- Mencari dukungan instrumental.
- Mencari dukungan emosional.
- Menafsirkan situasi secara positif.
- Menerima kenyataan.
- Kembali ke agama.
- Melepaskan emosi negatif.
- Menolak situasi nan mungkin terjadi.
- Melakukan suatu kegiatan atau aktivitas.
- Melepaskan beban mental.
- Melepaskan tekanan pekerjaan.
Nah, bagi Anda nan ingin terhindar dari ancaman stres dampak tekanan kerja, informasi ini dapat dijadikan acum buat mengelola stres nan Anda alami. Semoga bermanfaat.