Pakaian Untuk Musim Dingin Masyarakat Indonesia
:
Saat musim dingin tiba, terkadang kita memerlukan baju spesifik buat menahan hawa dingin nan menusuk. Sandang musim dingin berguna buat membuat badan kita tetap hangat sehingga meminimalisir potensi terserangnya penyakit flu. Sebab, flu sering menyerang ketika musim hujan tiba. Indonesia memang hanya mempunyai dua musim saja, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sandang musim dingin mungkin dibutuhkan hanya saat musim hujan tiba, namun tak sedikit pula nan memakainya di malam hari kendati pada musim kemarau.
Apalagi di masa sekarang ini di mana cuaca sering sulit buat diprediksi, misalnya,yang seharusnya musim hujan malah panas, dan sebaliknya. Oleh sebab itu, persediaan baju hangat memang absolut diperlukan agar siap dipakai setiap saat. Sandang nan diperlukan buat menahan dingin jenisnya bermacam-macam. Ada jaket, switter, jumper, syal, topi rajut, sarung, kaos kaki, kaos tangan, epilog kepala dan muka, baju training, dan masih banyak lagi.
Penyesuaian Terhadap Musim Dingin
Di negara-negara Eropa , setiap orang nan berada di luar rumah dipastikan memakai baju hangat ketika musim salju tiba. Pasalnya, udara di luar rumah saat musim salju memang sangat dingin, sedangkan aktivitas harus tetap dilakukan seperti biasanya. Lain halnya saat berada di dalam rumah nan nisbi lebih hangat sebab biasanya telah memakai mesin penghangat ruangan.
Dari waktu ke waktu, baju spesifik musim dingin selalu mengalami perkembangan dan inovasi. Bahkan, tak sporadis baju nan sebenarnya berguna pada musim dingin justru menjadi tren dan dipakai oleh kebanyakan orang kendati di musim panas sekalipun. Tak hanya itu, para desainer terkemuka di global pun banyak nan merancang baju buat musim dingin dengan majemuk keistimewaannya dan bisa dimiliki tentunya dengan harga sangat mahal.
Sandang spesifik buat menahan dingin sebenarnya sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Ketika musim dingin tiba, manusia pra-sejarah memanfaatkan kulit binatang nan dijadikan baju agar tubuh tetap hangat. Bahkan, tidak sporadis manusia purba menggunakan dedaunan atau kulit pohon supaya tak kedinginan. Selain baju dari alam, manusia di zaman dulu juga sudah mengenal barah buat menghangatkan diri. Di dalam gua nan menjadi loka tinggal mereka, keluarga manusia purba membuat barah unggun supaya kondisi tetap hangat dan nyaman.
Tak hanya manusia, binatang pun punya cara spesifik buat menjaga tubuh dari terpaan hawa dingin. Kucing atau anjing, misalnya, akan tidur dengan melingkarkan badannya agar badannya tetap hangat. Begitupula dengan hewan-hewan nan hayati liar di alam bebas. Mereka berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan gejala alam dengan caranya masing-masing supaya dapat tetap survive dan bertahan hidup.
Terkadang, sekelompok hewan liar secara rutin melakukan migrasi ke loka nan lebih hangat menjelang pergantian musim. Namun, ada pula nan bertahan di habitatnya semula dan berusaha melalui musim dingin dengan cara-cara tertentu. Untuk manusia, baju musim dingin memang menjadi kebutuhan nan cukup penting. Apalagi bagi mereka nan hayati dan menetap di wilayah-wilayah nan selalu berhawa dingin, misalnya di daerah pegunungan, di gurun pasir nan sangat dingin ketika malam hari tiba, atau ada pula manusia nan hayati di kutub bumi.
Ya, mereka nan hayati di ujung global itu biasa kita kenal sebagai orang Eskimo. Secara umum, terdapat dua kelompok besar di kalangan orang Eskimo, yaitu Suku Inuit nan menetap di utara Alaska, Kanada, dan Greenland, serta Suku Yupik nan hayati di barat Alaska dan Timur Jauh Rusia. Orang-orang Eskimo dalam kesehariannya memakai baju nan sangat tebal dan terdiri dari banyak lapisan. Sandang nan dikenakan orang-orang nan hayati di kutub itu berupa jaket tebal nan biasanya berbulu, lengkap dengan epilog kepala nan tebal pula. Hal itu sangat wajar sebab hawa di kutub bumi sangat dingin sedangkan masyarakat Eskimo harus tetap menjalani aktivitas di luar rumah.
Tidak hanya pakaiannya saja nan khusus, orang-orang Eskimo juga mempunyai loka tinggal atau rumah spesifik pula. Rumah masyarakat Eskimo ini biasa dikenal dengan istilah Igloo. Uniknya, rumah berbentuk setengah lingkaran dengan pintu masuk berbentuk silinder ini justru dibangun dari es. Meskipun dibuat dari es, Igloo mempunyai rancang bangun cukup kuat dan tak mudah meleleh. Selain itu, keluarga orang Eskimo nan berada di dalamnya akan tetap merasa hangat dan nyaman sebab tak terpengaruh suhu dingin dari luar. Bahkan, masyarakat Eskimo melakukan semua kegiatannya di dalam Igloo apabila suhu di luar sedang mencapai puncak dinginnya.
Selain orang-orang Eskimo nan menghuni kutub bumi, masih ada beberapa kelompok masyarakat lainnya nan juga hayati di daerah dingin sehingga mengandalkan baju hangat buat menjalani aktivitas sehari-hari. Salah satunya ialah orang-orang Mongolia. Suku Mongolia dikenal sebagai masyarakat pengembara nan hayati berpindah-pindah loka alias masyarakat nomaden. Kondisi alam dan geografis Mongolia sebagian besar berupa tanah nan gersang dan tak produktif buat ditanami.
Dalam konteks politik, negara Mongolia merupakan wilayah di kawasan Asia Timur nan cenderung terisolasi dari global luar. Namun, negara ini memiliki wilayah seluas 1.564.116 km². Meskipun terkesan menutup diri, namun bangsa Mongol pernah menjadi bangsa sangat besar. Para pemimpinnya juga legendaris seperti Jenghis Khan dan Kubilai Khan nan pernah sangat berjaya dan ditakuti di masa silam.
Wilayah Mongolia sendiri berbatasan dengan Rusia dan Siberia di sebelah utara, Cina di selatan, Turkestan di barat, dan Manchuria di timur. Sebagian wilayah Mongolia merupakan areal pegunungan berhawa sangat dingin sebab terletak di ketinggian. Di musim dingin, suhu di Mongolia dapat mencapai -30 derajat Celcius.
Bahkan, Ulan Bator nan merupakan ibukota Mongolia menjadi salah satu kota dengan suhu terendah di dunia. Tak hanya itu, ada beberapa wilayah di Mongolia selalu diguyur hujan sepanjang tahun.
Oleh sebab itu, seringkali masyarakat Mongolia menggunakan baju nan tebal dan berbulu buat menjaga badan tetap hangat dan melindungi tubuh dari serangan, baik dari musuh, hewan, maupun perubahan cuaca ekstrim. Terlebih saat musim dingin tiba, orang-orang Mongolia pun memakai baju musim dingin khusus.
Pakaian Untuk Musim Dingin Masyarakat Indonesia
Di Indonesia pun sebenarnya ada beberapa wilayah nan selalu akrab dengan hawa dingin . Sebagai contoh misalnya masyarakat Suku Tengger nan hayati di lereng Gunung Bromo, Jawa Timur. Persebaran orang-orang Suku Tengger meliputi daerah-daerah di sekitar Gunung Bromo , seperti Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Berkehidupan di lereng gunung tentunya harus berhadapan langsung dengan hawa dingin setiap waktu. Oleh sebab itu, masyarakat Suku Tengger di sekitar Gunung Bromo biasa memakai baju nan menurut mereka dapat menangkal hawa dingin.
Namun, bila dibandingkan dengan orang Eskimo maupun bangsa Mongol, baju nan dikenakan oleh masyarakat Tengger masih terbilang sederhana dan cenderung apaadanya, semisal sarung, jaket, epilog kepala, dan seterusnya. Semoga ulasan ini memberikan kegunaan bagi para pembaca.