Perbedaan Novel dan Film

Perbedaan Novel dan Film

Film dan novel Harry Potter merupakan film dan novel serial fantasi nan fenomenal. Hampir setiap orang di seluruh global mengenalnya. Novel ini ditulis oleh JK. Rowling, seorang pengarang berkebangsaan Inggris.



Novel Harry Potter nan Mendunia

Seri pertamanya berjudul " Harry Potter and The Philosopher’s Stone " (Harry Potter dan Batu Bertuah) nan diterbitkan pada tahun 1997. Sejak kehadirannya, novel ini disambut baik masyarakat seluruh dunia. Terbukti dengan penjualannya nan menembus angka fantastis. Empat serial novel ini dinobatkan sebagai buku dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah.

Novel nan juga mencampurkan unsur fantasi dengan misteri, petulangan, dan roman ini sudah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa di seluruh dunia, termasuk bahasa Indonesia.

Di Indonesia, novel ini juga mendapatkan sambutan nan baik dan menembus penjualan paling tinggi di setiap serialnya. Bahkan, pada tahun 2011 saja, novel ini menembus angka 450 juta kopi di seluruh dunia. Angka fantastis tersebut menobatkan JK. Rowlling sebagai penulis terkaya sepanjang sejarah sastra dan penerbitan buku fiksi di dunia.

Novel nan penjualannya sangat fantastis ini mengisahkan petualangan sihir seorang anak yatim piatu bernama Harry Potter. Sejak berusia sebelas tahun, Harry menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan sihir.

Lalu, dia pun mendapatkan undangan buat mengikuti pelajaran sihir dari sebuah sekolah sihir tua bernama Hogwarts . Di sekolah tersebut, Harry belajar banyak mengenai ilmu sihir dan berpetualang bersama kedua sahabatnya, yaitu Ron Weasley dan Hermione Granger.

Terdapat tujuh serial novel Harry Potter. Setiap serial mengisahkan petualangan Harry bersama sahabatnya, Hermione dan Ron, di sekolah Hogwarts. Setiap serial mengisahkan petulangan Harry selama satu tahun.

Latar nan digambarkan di dalam novel tersebut ialah global sihir nan paralel dengan global nyata. Global tersebut berada bersama global nyata, namun keberadaannya terpencil dan tak diketahui oleh muggle, yaitu manusia biasa nan tak memiliki kekuatan sihir.



Ekranisasi Cerita Harry Potter

Selain itu, novel ini juga telah dialihwahanakan ke dalam bentuk film. Setiap terbitan dari novelnya telah difilmkan dengan menunjuk aktor Daniel Radcliffe buat memerankan tokoh Harry Potter.

Sedangkan kedua sahabat Harry Potter, Hermione diperankan oleh aktris Emma Watson dan Ron Weasley diperankan oleh aktor Rupert Grint. Sama halnya dengan novelnya, film Harry Potter juga mendapatkan laba nan sangat besar, menembus angka fantastis melebihi laba film James Bond, Star Wars, dan The Lord of The Rings .

Alihwahana merupakan perpindahan (transformasi) sebuah karya seni dari satu bentuk ke bentuk lain. Misalnya, dari novel ke film atau sebaliknya. Alihwahana dari film ke bentuk novel disebut novelisasi, sedangkan alihwahana dari bentuk novel ke film disebut ekranisasi atau filmisasi.

Film Harry Potter merupakan bentuk ekranisasi sebab filmnya diangkat dari novel. Bahkan, setiap novel nan diterbitkan telah dijadikan film seluruhnya. Sebuah karya hasil alihwahana seringkali berbeda dari karya aslinya.

Misalnya, sebuah film nan diangkat dari sebuah novel akan memiliki disparitas di antara keduanya. Hal itu disebabkan novel dan film merupakan dua bentuk karya nan berbeda.

Novel ialah karya seni sastra nan ditulis dalam bentuk narasi sedangkan film ialah karya seni nan dikemas dalam bentuk audio visual. Novel tak dibatasi ruang dan waktu, sedangkan film akan terbatas pada durasi (waktu), maka tak semua nan tertulis dalam novel akan bisa dialihkan ke dalam bentuk film.

Jadi, sangat mungkin apabila novel nan banyaknya ratusan halaman berbeda dengan film nan durasinya hanya sekitar satu jam, baik dari segi isi cerita dan pengisahan.

Begitu juga nan terjadi dengan film Harry Potter nan diangkat dari novelnya. Banyak penonton film memiliki asa agar film tersebut sama dengan isi novelnya.

Padahal, hal tersebut tak akan terjadi. Bagaimana pun novel dan film ialah dua bentuk karya seni berbeda. Jadi, penonton film nan diangkat dari novel seharusnya tak berpikir bahwa nan mereka tonton ialah novel nan mereka baca. Di dalam film Harry Potter, penonton akan melihat banyak disparitas antara film dengan novelnya.



Perbedaan Novel dan Film

Perbedaan antara film dan novel Harry Potter mencakup berbagai hal. Yang pertama dari isi cerita. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa film tak akan bisa menjelaskan secara detail apa nan telah ditulis di dalam novel.

Dengan demikian, film berbentuk lebih padat daripada novel, maka wajar saja ketika latar belakang cerita mengenai tokoh Wormtail, Moony, Prongs, dan Padfoot tak diceritakan di dalam film sebagaimana tertulis di dalam novel.

Di dalam film juga tak dijelaskan mengapa tokoh Snape sangat membenci Sirius dan Lupin. Di dalam novel juga diceritakan bahwa tokoh Hermione mengalami tekanan mental nan cukup kuat sebab jadwal pelajaran nan padat dan dampak dari alat pembalik waktu, namun hal itu tak dikisahkan dalam film.

Selain itu, cerita-cerita nan tak diceritakan di dalam film padahal tertulis di dalam novelnya, antara lain saat tokoh Harry Potter tertangkap oleh tokoh Snape ketika dirinya mencari Peter Pettigrew.

Selain itu, di dalam novel juga tokoh Harry digambarkan tertangkap oleh Malfoy saat mengenakan jubah gaib. Ada juga cerita mengenai poci susu nan pecah di Hagrid sebab seseorang menjatuhkannya nan di dalam film diubah menjadi pecah sebab dilempari batu oleh Hermione.

Begitu juga dengan cerita persahabatan Ron dan Hermione. Kedua sahabat Harry Potter itu digambarkan lebih dramatis di dalam film, sehingga terasa lebih romantis. Hal tersebut terlihat pada adegan saat mereka berdua mendengar suara kapak nan terjatuh, Hermione langsung menangis secara tiba-tiba dan memeluk erat Ron.

Selain pada isi cerita, disparitas antara film Harry Potter dan dan novelnya juga terdapat dalam penggambaran tokoh. Banyak karakter tokoh di dalam novel tak diperlihatkan di dalam film.

Beberapa karakter tersebut ialah Molly Weasley, Bill Weasley, Charlie Weasley , Percy Weasley, Dudley Dursley, Vermon Dursley, Petunia Dursley, Ludo Bagman, Ollivander, dan Narcissa Malfoy. Begitu juga dengan guru-guru Hogwarts nan hanya terdapat beberapa karakter, seperti Moody di dalam film.

Selain dihilangkannya beberapa karakter di dalam film, disparitas juga mencakup pada porsi kemunculan tokoh eksklusif di dalam film nan diceritakan lebih luas di dalam novelnya.

isalnya, karakter Prita Skeeter nan tak menonjol seperti di dalam novelnya. Padahal di dalam novelnya, Prita Skeeter ialah salah satu tokoh krusial sebab dirinya diketahui sebagai animagus ilegal.

Dia juga pernah menulis cinta segitiga Harry, Hermione, dan Krum. Begitu juga dengan karakter Sirius nan muncul hanya dalam satu adegan di dalam film. Padahal, di dalam novelnya perannya dijelaskan secara luas, seperti saat dia diceritakan kembali ke Hogsmeade agar dapat lebih dekat dengan Harry.

Demikian sejumlah disparitas nan terdapat di dalam film dan novel. Disparitas tersebut bukanlah bentuk kelemahan dari salah satu bentuk karya, melainkan pengetahuan bahwa karya seni nan diciptakan berdasarkan karya seni nan lain sangat mungkin berbeda, termasuk film nan diangkat dari novel.

Kedua karya seni tersebut ialah dua hal nan berbeda. Jadi, menikmati film Harry Potter pun tak perlu bergantung pada novel Harry Potter dan berharap film dan novel Harry Potter tersebut akan sama.