Suara Karya Online
Ada banyak surat kabar nan pernah hadir di Indonesia. Namun, hanya beberapa nan mampu bertahan menghadapi persaingan nan begitu ketat. Salah satu surat kabar nan mampu bertahan hingga kini dan terus menyajikan berita-berita nan berkualitas ialah harian generik Suara Karya. Harian ini bahkan menjadi salah satu barometer di global surat kabar Indonesia.
Suara Karya ialah salah satu harian generik nasional nan telah berkiprah selama 41 tahun. Surat kabar ini diterbitkan buat pertama kali pada 11 Maret 1971. PT. Suara Karya Membangun nan menerbitkan harian generik ini mengantongi surat ijin keputusan menteri penerangan nomor 070/SK/MENPEN/SIUPP/a.7/1986 tanggal 1 Maret 1986.
Nama-nama besar berdiri di belakang harian generik ini.
Tiga nama tokoh berpengaruh di Indonesia duduk sebagai penasihatnya, yakni Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, dan Akbar Tandjung. Selain ketiga tokoh tersebut, masih ada tiga tokoh ternama lainnya nan berada di balik kelahiran harian generik ini, yaitu Ali Moertopo, Soedjono Hoemardani, dan Sapardjo.
Melihat nama-nama tokoh nan berada di belakang harian generik ini, mungkin Anda menerka-nerka adanya keterkaitan harian ini dengan salah satu partai politik di Indonesia. Ya, harian ini memang selalu dikait-kaitkan dengan salah satu partai politik semenjak pertama kali dirintis.
Maklum saja, nama-nama tokoh pioner dan penasihatnya tersebut memang aktif di salah satu partai politik, yakni Golongan Karya.
Nah, bila Anda ingin menambah wawasan mengenai harian generik ini dan mengetahui kiprahnya, cobalah simak secuil informasi berikut ini.
Suara Karya dan Golongan Karya
Berawal dari sebuah dialog panjang di antara kader-kader Golongan Karya di tahun 1970-an. Muncullah kesepakatan buat menerbitkan sebuah surat kabar nan mengemban misi menyukseskan pembangunan nasional. Obralan ini lantas diwujudkan dengan mendirikan sebuah surat kabar nan kemudian diberi nama Suara Karya.
Ketika pertama kali beredar, harian ini memasang logo Golkar pada headmaster -nya dengan isi nan sederhana sebab bersifat perkenalan. Informasi nan disajikan, baru sebatas berita-berita laporan tanpa wawancara, tanpa liputan khusus, dan tanpa warta nan istimewa.
Selanjutnya di masa-masa awal penerbitannya, harian ini acapkali mengusung istilah-istilah nan bernuansa modernisasi. Yang dipandang sebagai suatu usaha buat mengikis unsur-unsur Orde Lama.
Di masa-masa awal ini pula, begitu banyak kader Golkar nan aktif dalam harian generik ini. Seperti Cosmas Batubara, A.R. Rangkuti, A. Rahman Tolleng, Midian Sirait, Djamal Ali, dan sederet nama-nama lainnya nan berasal dari golongan partai nan sama. Karena itulah, harian ini kemudian disebut-sebut sebagai corong parta Golkar.
Namun pada tahun 1986 tepatnya di tanggal 1 Oktober, harian ini menyatakan dirinya sebagai media independen nan berorientasi pada pasar dan konsumen. Suara Karya menolak dikait-kaitan dan disebut-sebut sebagai corong bagi salah satu partai politik.
Suara Karya membuktikan dirinya sebagai harian generik nan independen dengan menyajikan warta secara berimbang, baik mengenai pemerintah, kemasyarakatan, maupun mengenai pembangunan. Harian ini berusaha buat memihak pada kepentingan rakyat dan selalu berusaha memberikan kritik solutif dan positif kepada pemerintah.
Independensi ini terus dijaga agar tetap konsisten dengan terus menyajikan pemberitaan secara objektif dan proporsional. Harian ini juga tidak segan-segan memberikan koreksi atas kinerja organisasi, termasuk koreksi buat Golongan Karya.
Pernyataan senada mengenai independensi ini juga diungkapkan pada bulan Maret 2005, tepatnya pada acara Peluncuran Kembali Suara Karya. Jusuf Kalla sebagai salah satu penasihat Suara Karya mengingatkan agar harian ini mengemas informasinya sehingga dapat dibaca oleh semua kalangan.
Suara Karya dan Perkembangannya Saat Ini
Dalam perkembangannya, harian generik Suara Karya sudah mengalami beberapa kali pergantian pemimpin. Pada pergantian-pergantian pimpinan ini, angin segar selalu dihembuskan agar harian ini semakin maju dan berkembang.
Salah satu angin segar nan dibawa ialah mengenai perubahan visi dan misi serta taktik nan digunakan oleh harian ini. Taktik nan dimaksud ialah mempertajam segmen pasar, menambah sarana, dan melakukan pembangunan sumber daya manusia. Perubahan pengelolaan, mengarahkan harian ini pada tiga bidang utama. Yakni bidang ekonomi (termasuk usaha kecil dan menengah), bidang politik dan keamanan, serta bidang hukum.
Harian generik ini juga mengangkat tokoh-tokoh nan berpengaruh dan mengulasnya dalam rubrik tokoh sebagai suatu bentuk penghargaan buat tokoh-tokoh tersebut. Tokoh-tokoh muda pun tidak ketinggalan diangkat dan dipublikasikan oleh harian ini melalui rubrik Senggang. Tokoh-tokoh muda nan diangkat ialah tokoh-tokoh muda nan berprestasi sehingga dapat menjadi inspirasi bagi kaum muda lainnya.
Mengusung moto “Kritis, Objektif, Proporsional, dan Independen”, harian generik ini berusaha menampilkan informasi dari narasumber nan tenang, namun kritis dari berbagai kalangan. Mulai dari kalangan akademisi, politisi, pejabat pemerintahan, hingga masyarakat umum. Kritik-kritik terhadap masalah nan terjadi pun tidak luput dikelola oleh harian ini dan berusaha disampaikan secara cerdas melalui rubrik Om Karyo.
Saat ini, harian generik Suara Karya dipimpin oleh Airlangga Hartarto. Selain sebagai pimpinan generik harian Suara Karya, putera Indonesia nan dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur ini juga tercatat sebagai anggota DPR. Tepatnya, Ketua Komisi VI DPR nan berasal dari Fraksi Partai Golkar buat daerah pemilihan Jawa Barat V.
Dan sebagai wakil pemimpin generik harian ini ialah Lalu Mara Satriawang. Beliau saat ini menjabat sebagai wakil sekretaris jendral parta Golkar .Sekaligus menjadi juru bicara Aburizal Bakrie.
Sementara itu, pemimpin redaksi harian Suara Karya saat ini dipegang oleh Ricky Rachmadi. Lulusan Magister Hukum Bisnis dari Universitas Padjajaran, Bandung ini memiliki segudang pengalaman berorganisasi dan memegang beberapa posisi krusial di beberapa perusahaan.
Pengalaman organisasinya antara lain, pengurus dewan pimpinan pusat Partai Golkar, wakil sekjen DPP ormas MKGR, ketua Gerakan Pemuda Reformasi Indonesia, dan sederet pengalaman berorganisasi lainnya. Beberapa posisi krusial nan dijabat selain menjadi pemimpin redaksi harian generik Suara Karya ialah komisaris PT. Fokus Indonesia, direktur riset CV. Sukses Kandidat Konsultan, peneliti eksekutif CIDES, direktur primer pabrik tenun Sinar, dan sejumlah posisi krusial lainnya.
Dan satu lagi tokoh krusial di harian ini ialah Bambang Soesatyo selaku redaktur senior. Saat ini, beliau juga menjabat sebagai wakil bendahara generik DPP Golkar dan anggota komisi III DPR.
Sedangkan sederet nama nan menjadi redaktur harian ini ialah Lerman Sipayung, Singgih Budi Setiawan, Sabpri Piliang, AAGDWA Ariwangsa, Ami Hermawan, Pudja Rukmana, Andrian Novery, Dwi Putranto Agus Asianto, Mohamad Guntur S, Kentos Reza Artoko, dan Yudiarma.
Suara Karya Online
Seiring dengan perkembangan teknologi, surat kabar juga dituntut buat mengikuti perkembangan ini agar tetap dapat bertahan di tengah persaingan surat kabar di Indonesia. Harian generik ini rupanya juga memahami perkembangan ini. Buktinya, harian ini telah memiliki versi online yang dapat diakses kapan saja melalui alamat website www.suarakarya-online.com .
Dalam website -nya, harian generik ini mengelompokkan informasi mutakhir nan dimiliki ke dalam beberapa kategori, Yakni politik, hukum, ekonomi, bisnis, metropolitan, nusantara, olahraga, internasional, hiburan, opini, hingga kategori humor. Sementara itu, informasi nan dikupas secara mendalam disajikan dalam kategori Liputan Khusus.
Sedangkan bagi Anda nan ingin memperoleh informasi ringan namun dapat menambah wawasan, tersedia beberapa kategori informasi, seperti kategori informasi nan berkaitan dengan wanita, kesehatan, tren teknologi, wisata, budaya, dan griya.
Nah, sekelumit informasi di atas semoga dapat menambah wawasan Anda mengenai profil harian generik Suara Karya. Lepas dari keterkaitan harian ini dengan salah satu partai politik, paling tak harian generik ini mampu menyajikan informasi nan bisa menambah wawasan pembacanya dan mencerdaskan bangsa.