Kantin Sekolah vs Perpustakaan Sekolah
Mall vs Perpustakaan Daerah
Memang di mall biasanya terdapat toko buku, seperti Gramedia, Gunung Agung, dan sebagainya. Namun, tentu saja pengunjung mall di area games atau toko pakaian dan pernak-pernik lainnya lebih penuh pengunjung dari pada di toko bukunya. Sebab toko buku di mall sangat nyaman dan terang-benderang; harum, megah, dilengkapi AC, pelayan nan cakep-cakep, dan loka duduk nan empuk. Dapat membuat betah.
Perpustakaan daerah tentu saja tak sebagus toko buku di mall. Ruangannya terkadang panas, sebab tak ada kipas angin apalagi AC. Buku-bukunya juga berantakan sehingga pengunjung kesulitan mencari buku nan dibutuhkan. Apakah kita harus membenahi semua ini? Bagaimana jika perpustakaan daerah, terutama di daerah-daerah kecil di Indonesia, kita sulap menjadi toko buku seperti di mall.
Bila perpustakaan daerah berubah menjadi hal nan demikian, maka perpustakaan daerah akan lebih ramai pengunjung, karena gratis. Kalau di mall buku harus dibeli dahulu, kecuali buku nan sudah dibuka sampulnya, itu pun tak dapat dibawa ke rumah.
Warung Internet vs Warung Buku
Warung internet itu memang ada segi positif dan negatifnya. Di warung internet tentu dapat membaca juga. Minat baca pelajar akan lebih tinggi bila membaca di laptop atau komputer, sebab di komputer lebih banyak gambar-gambar animasi nan hidup. Di komputer Anda dapat juga membaca gambar model pemahaman, misalnya tentang bagaimana pengaruh medan magnet terhadap benda di sekitarnya.
Namun di sisi lain, segi negatifnya juga cukup banyak. Awalnya memang berniat membuka internet buat kepentingan pengetahuan, membaca, membuat tugas, dan sebagainya. Akhirnya, tak sporadis seseorang menjadi larut pada fasilitas nan lain, sebut saja seseorang dapat "anteng" duduk berjam-jam internetan hanya buat memperluas jejaring sosialnya melalui facebook-an atau twitter-an.
Warung buku? Warung buku tentu saja tak seindah jika membaca buku lewat internet. Namun, kelebihan di warung buku, Anda bisa membacanya kapan saja, tak perlu menghidupkan Komputer dahulu baru dapat membaca. Duduk berjam-jam membaca buku di warung buku juga tak akan menghabiskan kocek sebesar jika Anda nongkrong berjam-jam di warung internet.
Selain itu saat ini sudah banyak warung buku nan melengkapi fasilitasnya dengan juga menyediakan kafe dan loka membaca nan nyaman. Misalnya saja dengan menyediakan sofa-sofa empuk dilengkapi cahaya nan memadai sehingga tak akan merusak mata ketika membaca buku.
Ada juga beberapa warung buku nan di dalamnya Anda bisa bertukar pikiran, saling mengeluarkan pendapat, mendapat surat keterangan buku-buku nan baik, bagus, dan bermutu, atau sekedar bertanya mengenai buku nan sedang dibaca.
Kantin Sekolah vs Perpustakaan Sekolah
Inilah citra generik tentang minat baca pelajar di sekolah. Mereka lebih banyak mengunjungi kantin sekolah daripada mengunjungi perpustakaan sekolah. Entah motivasi apa nan harus kita tanamkan kepada pelajar agar mereka membuat suatu sugesti positif tentang mengunjungi perpustakaan sekolah.
Salah satu bukti mengapa perpustakaan sekolah sangat rendah pengunjung, yaitu kepala ruangan perpustakaan sekolah membuat suatu sayembara. Mereka nan paling banyak membaca buku atau mengunjungi perpustakaan sekolah akan diberikan hadiah dan diumumkan, siapa nan berhak menerima hadiah itu ke depan lapangan saat upacara.
Itulah salah satu daya tarik perpustakaan sekolah. Hal ini menandakan bahwa minat baca pelajar masih rendah. Mereka belum menjadikan buku sebagai salah satu kebutuhan mereka, namun mereka masih membuat buku sebagai gaya-gayaan. Tentu saja masih ada pelajar nan sudah sadar akan pentingnya membaca. Tentu saja daya pikir atau main consept dari anak nan hobi membaca buku akan sangat berbeda dengan anak nan tak suka membaca buku.
Waktu Belajar vs Waktu Nonton
Sebenarnya buat permasalahan ini, dibutuhkan anggaran dan didikan orang tua nan cukup jelas terhadap anak. Bahwa waktu menonton televisi tak lebih banyak daripada waktu bermain dan belajar. Memang fenomena pada abad sekarang ini, televisi telah menjadi salah satu kebutuhan primer pada seluruh lapisan masyarakat, selain handphone nan juga menjadi salah satu kebutuhan primer.
Di dalam televisi tercakup kebutuhan masyarakat dari mulai buat menikmati hiburan, mengetahui perkembangan warta lebih lanjut baik di Indonesia maupun dunia, Untuk menambah wawasan, misalnya bagi ibu-ibu dengan menonton acara masak, dan lain sebagainya.
Namun anak-anak pada dasarnya tak memahami hal itu. Film kartun sering menjadi pilihan tontonan anak-anak. Di sini peran orang tua sangat diperlukan, terutama memilah mana film nan layak tonton ataupun tidak, sekalipun hanya film kartun. Karena dalam film kartun pun seringkali terdapat unsur-unsur kekerasan dan prilaku amoral lain nan bisa mengubah mental anak.
Orang tua kebanyakan tak mampu mendampingi dengan baik saat anak-anak menonton televisi, dapat disebabkan terlalu sibuk bekerja, atau justru merasa lebih baik menonton televisi daripada membiarkan anak di luar rumah sebab sudah niscaya harus memberikan perhatian ekstra.
Kesibukan menonton televisi tentu saja cukup menyita waktu anak-anak dan membuat mereka tak lagi memiliki banyak waktu buat bermain dan membaca. Kegiatan nan terakhir ini, kini telah banyak ditinggalkan anak-anak sebab televisi lebih menjanjikan visual dan audio nan paripurna dibandingkan harus berimajinasi sendiri dengan membaca. Kegiatan membaca tak lagi memiliki sisi hiburan, tetapi hanya dilakukan ketika berada di sekolah atau belajar pelajaran sekolah di rumah.
Tips Meningkatkan Minat Baca
Bagimanakah cara buat meningkatkan minat baca itu sendiri di kalangan pelajar nan semakin sedikit memiliki kegemaran membaca? Sebenarnya usaha ini krusial buat dilaksanakan oleh pemerintah, agar semakin banyak pelajar nan berbibit unggul dan berguna buat bangsa dan negara di masa nan akan datang.
Bicara terkait dengan budaya membaca, dari faktor luar, tak lepas dengan adanya peran krusial sebuah perpustakaan terlebih di lingkungan sekolah. Sebuah perpustakaan harus memberikan pelayanan dan manajemen nan baik dalam memberikan kebutuhan surat keterangan siswa di sekolah.
Promosi gerakan getol membaca di lingkungan sekolah. Cara buat melakukan promosi ini dapat bekerjasama dengan pihak kepala sekolah bersama jajaranya. Akan lebih baik lagi jika kepala sekolah, guru, dan staff sekolah menjadi orang pertama nan mengawali gerakan getol membaca di sekolahnya.
Cara lain dapat juga dengan cara kebijakan sekolah nan mewajibkan semua siswa pada seminggu sekali atau dua kali diwajibkan buat membaca sebuah buku di perpustakaan nan kemudian memerintahkan mereka buat merangkum buku nan dipinjam serta menjelaskan apa poin krusial dari buku nan sudah mereka baca.
Memberikan penghargaan buat mereka nan rajin membaca. Caranya dapat dilakukan dengan kerjasama antara pihak perpustakaan dan kepala sekolah melalui kebijakan. Hadiah tersebut dapat diberikan kepada siswa nan paling sering meminjam buku di perpustakaan. Namun perlu dicatat bahwa pemberian hadiah ini juga harus dilihat bukan hanya pelajar nan hanya suka meminjam buku perpustakaan saja tapi harus dilihat prestasinya.
Menyediakan buku murah. Atau dengan menyelenggarakan pameran buku. Selain menyediakan buku-buku baru, juga sebaiknya menyediakan buku-buku bekas nan berharga murah namun masih dalam kondisi nan bagus. Sehingga pengunjung terutama pelajar, punya keinginan buat membeli buku nan murah dan membacanya.
Pengemasan buku nan menarik. Tidak hanya kemasan dari luar saja, kemasan dalam segi isi buku juga diperlukan. Kebanyakan para pelajar suka membaca buku fiksi seperti komik dan novel. Dan kebanyakan dari mereka juga tak suka membaca buku ilmiah sebab dianggap membosankan. Maka dari itu, hal tersebut bisa diakali dengan mengemas buku ilmiah dalam bentuk nan menarik dan berbeda.
Pelajar juga perlu melakukan sesuatu agar bisa menumbuhkan dan selanjutnya meningkatkan minat bacanya, dengan cara :
1) Konfiden bahwa getol membaca merupakan hal nan terbaik buat bisa bersaing di era global;
2) memiliki niat nan tulus buat membaca;
3) library visit, sering mendatangi perpustakaan setiap ada waktu luang;
4) menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih buat membeli buku, minimal satu buku setiap bulannya,bukan membeli pulsa;
5) memulai membaca sebuah buku dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu;
6) mencatat setiap ada informasi krusial dari buku nan Anda baca;
7) having funs with book, bersenang-senang dengan buku dan;
8) Book talks, menceritakan atau menyampaikan informasi nan telah diperoleh setelah membaca buku kepada teman, begitu juga sebaliknya.
Orang tua juga harus turun dalam meningkatkan dan menumbuhkan minat baca dengan cara:
- Menyediakan waktu luang buat membacakan buku buat anak Anda setiap hari
- Mengelilingi anak-anak anda dengan berbagai bukubacaan
- Membuat waktu membaca bersama keluarga
- Memberikan dukungan pada berbagai aktivitas membacamereka
- Membiasakan pergi ke perpustakaan
- Terus mengikuti perkembangan membaca anak anda
- Lebih perhatian pada anak, apakah mereka bisa membaca dengan lancar atau tidak
- Mencari pertolongan secepatnya jika ada masalah dalam membaca
- Memakai cara nan bervariasi buat membantu anak anda
- Memperlihatkan antusias kita saat anak membaca buku bacaannya.