Semua Diuntungkan
Kejelian Berbisnis
Para pebisnis itu ialah pemerhati lingkungan nan luar biasa. Mereka dapat mengetahui tentang kemauan masyarakat atau calon konsumennya. Dari pengamatan itu, mereka mencoba melakukan pendekatan dan membuat bisnis nan luar biasa. Ada nan bermodalkan uang dari orang lain dan tak mau berutang ke bank. Ia berpikir bahwa laba bisnisnya harus dari ketja keras dan bukan dari kredit nan besar ke bank.
Uang nan banyak belum tentu dapat membuat bisnis menguntungkan. Kalau tak benar, utang di bank itu malah tak memberikan keberkahan sebab mengambil kredit dengan skema nan tak sinkron dengan syariah. Ternyata banyak juga orang nan berjaya dengan bisnis nan hebat dan laba nan besar tetapi tak mempunyai utang di bank manapun. Inilah janji Allah Swt bahwa siapa nan bersungguh-sungguh, ia akan mendapatkannya.
Memang harus sabar dan ikhlaskan hati menerima takdir. Tetapi suatu saat niscaya akan terwujud sebab keyakinan nan luar biasa bahwa Allah Swt akan mengabulkannya. Inilah juga nan diyakini banyak pengusah asal Yogyakarta. Misalnya usaha angkringan. Janga dikira usaha ini tak menguntungkan. Kalau dalam semalam dapat memberikan penghasilan higienis 200 ribu, maka dalam sebulan dapat mendapatkan penghasilan 6 juta. Penghasilan sebesar itu sudah sama dengan gaji pekerja dengan posisi menengah di kota besar.
Bisnis lain nan juga tidak akalh menggiurkan ialah bisnis barang bekas. Pendatang dapat dipastikan membutuhkan beberapa perabot atau barang-barang nan diperlukan selama menetap di kota ini. Sementara nan telah menyelesaikan pendidikannya, biasanya akan meninggalkan perabotan dan barang-barang nan dipunyainya. Tidak semua orang nan datang itu mempunyai latar belakang dari keluarga nan mempunyai uang banyak.
Yang mempunyai uang banyak pun berpikir panjang buat membeli barang nan dibutuhkan. Biasanya malah buat menghemat pengeluaran, banyak nan menumpang di masjid dan menjadi takmir masjid. Dengan demikian nan dibutuhkannya hanya pakaian. Lalu buat keperluanlain, ia dapat menggunakan fasilitas masjid. Misalnya, buat mengetik dapat menggunakan komputer masjid.
Begitu juga buat kebutuhan mencetak atau print hasilnya. Masjid nan besar itu biasanya mempunyai perlengkapan nan memadai. Selain itu, sebab masjid ini loka berkumpulnya orang baik, biasanya para mahasiswa nan tinggal di sana, malah diberi pinjaman banyak barang. Oleh sebab itu, kalau dapat menjadi muadzin dan mau tinggal di masjid, semua kebutuhan itu dapat terpenuhi.
Berbeda dengan anak perempuan. Mereka tentu saja tak dapat tinggal di masjid. Namun, mereka dapat tinggal di asrama loka asalnya atau tinggal di asrama pesantren. Satu kamar dapat diisi oelh 4-6 orang. Waktu mereka terjaga sebab pihak pesantren mempunyai banyak aktivitas nan harus diikuti oleh para penghuni asrama. Memang terkesan tak ada privasi. Namun, kebersamaan dan ilmu nan kegunaan nan didapatkan dengan harga nan murah itu, membuat mereka tumbuh menjadi generasi nan sangat hebat.
Untuk anak-anak nan tinggal di asrama, keperluan buat perabot tentu saja tak banyak. Bagaimana dengan anak-anak nan lebih memilih tinggal di kos. Saat ini harga melambung sangat tinggi. Kalau mau membeli semua nan baru, satu kamar ukuran kecil itu dapat menghabiskan dana hingga 5 juta rupiah. Apalagi kalau barang nan dibeli mempunyai kualitas nan bagus. Kipas angin atau bahkan AC, loka tidur, loka masak nasi dan air nan menggunakan listrik, lemari pakaian, meja belajar dan kursinya, dan lain-lain.
Kalau membeli nan bekas, kelihatannya memang tak terlalu mentereng dibandingkan dengan nan baru, namun terkadang kualitasnya malah lebih bagus dan lebih dapat diandalkan. Belum lagi harganya nan murah meriah. Kalau hanya tinggal di Yogyakarta selama 3-4 tahun, sepertinya memilih barang bekas, tak ada salahnya. Biasanya pedagang barang bekas ini sangat tahu bagaiman membuat barang nan sudah dipakai itu terlihat bagus lagi.
Bisnis Barkas
Kecenderungan seperti ini nan dilirik oleh pengusaha bisnis Barkas (barang bekas berkualitas) nan mulai banyak menjamur di Yogyakarta. Pendatang nan memiliki kantong cekak, akan menyerbu loka ini buat mendapatkan barang-barang kebutuhannya. Dari keadaan ini, sebenarnya pemikiran anak Yogyakarta itu sedang dilatih buat selalu berpikir mana nan terbaik. Kalau memang nan terbaik ialah membeli nan baru, apa konsekuensinya. Begitu juga kalau mau membeli barang bekas, apa akibatnya.
Pemikiran nan semakin matang akan membuat seorang mahasiswa tak akan mengalami kebingungan budaya atau kebingungan cara berpikir nan praktis dan cukup menguntungkan. Sementara mereka nan harus kembali ke daerah asalnya sebab telah menyelesaikan pendidikan, juga mendatangi loka ini buat menjual barangnya.
Pada mulanya, bisnis ini hanya melayani kebutuhan anak kost. Namun, lambat laun juga melayani kebutuhan rumah tangga dan kantor. Keberadaan bisnis Barkas ini dirasa menguntungkan bagi rumah tangga atau kantor nan tak memiliki loka buat menyimpan perabotan atau peralatan usang nan mereka milliki. Dengan adanya bisnis ini, perabotan atau peralatan rumah tangga dan kantor nan sudah out of date, dapat dijual di loka ini.
Beraneka barang bekas berkualitas dapat didapat di loka ini. Mulai kasur, meja, kursi, sofa, mesin faksimili, lemari, peralatan elektronik, dan sebagainya. Bahkan, tas dan kacamata dengan merk terkenal, adakalanya dapat didapat juga ditempat ini. Bisnis Barkas biasanya dijalankan dalam dua model. Kebanyakan dengan sistem titip jual sebab mempertimbangkan cashflow pemilik toko Barkas dan “kerelaan” pemilik barang dengan harga nan ditetapkan oleh pemilik toko.
Adakalanya, pemilik barang berkeberatan dengan taksiran harga dari pemilik toko, mengingat harga belinya dulu nan cukup mahal. Kalau hal ini nan terjadi, dapat juga ditawarkan lewat facebook. Sudah semakin banyak anak-anak nan telh lulus, mengiklankan barang-barang nan masih dapat dipakai dengan harga nan sangat bersahabat. Sayangnya Yogyakarta belum mempunyai loka spesifik nan dapat digunakan sebagai loka menyumbangkan barang-barang bekas tersebut.
Misalnya, bagi nan menginginkan barang nan telah disumbangkan itu, mereka tinggal memberikan sumbangan uang sekedarnya bersama dengan uang penjagaan atau administrasi nan tak terlalu besar. Sedangkan para penyumbang diberikan janji bahwa uang hasil dari para pengambil barangnya akan diberikan kepada nan membutuhkannya setelah dipotong dengan dana administrasi. Memang cukup sulit mengelola loka seperti ini.
Semua Diuntungkan
Pada situasi seperti penjual dan pembeli berbicara tentang harga barang, biasanya, pemilik barang nan akan menentukan harga jual, sedangkan pemilik toko mendapat komisi dari penjualan barang tersebut. Namun, dalam sistem seperti ini, masa waktu titip jualnya dibatasi. Bahkan, ada kalanya dikenakan biaya sewa loka buat barang-barang berukuran besar. Sementara buat barang-barang nan biasanya cepat laku, pemilik toko bersedia membeli tunai dengan harga nan sudah disepakati.
Bisnis ini punya prospek bagus karena memiliki segmen pasar potensial, terlebih mengingat situasi perekonomian Indonesia nan semakin tak menentu. Golongan masyarakat menengah ke bawah sangat terbantu oleh keberadaan bisnis ini. Hanya bisnis seperti inilah nan memungkinkan mereka buat bisa memiliki barang bekas berkualitas dengan harga terjangkau. Barang-barang itu memang sangat dibutuhkan. Hanya saja kalau barang elektronik, pembeli harus hati-hati.
Hal ini mengingat bahwa barang dahulu itu menggunakan listrik nan lebih banyak. Karena sekarang banyak juga kos-kosan nan menerapkan listrik dnegan pulsa, maka pemilik barang harus membayar lebih kalau mempunyai barang elektronik dengan listrik nan tinggi.
Selain menguntungkan pembeli, keberadaan bisnis Barkas ini menguntungkan pemilik barang. Mereka tak direpotkan lagi dengan urusan menyimpan barang usang nan sudah tak dia perlukan. Bahkan, dia dapat mendapatkan uang dari barang nan sudah tak ada kegunaan lagi baginya. Berkah barang bekas ini tentunya juga menyambangi pemilik toko Barkas sebab dengan sedikit modal, dapat memiliki bisnis dengan omset lumayan.