Kekuatan Media Online - Sorotan Untuk Real Madrid vs Barcelona
Mungkin sebuah negara online akan muncul pada 10 hingga 20 tahun lagi. Ya, kita sering melihat betapa digdayanya media online dalam menciptakan gerakan massa nan kadang disumbat pemerintah atau instansi eksklusif di "dunia nyata". Kasus Prita Mulyasari, Penggembosan Ketua KPK nan terkenal dengan istilah "Cicak vs Buaya", dan beberapa contoh lain menunjukkan betapa hebatnya media online dalam mempengaruhi sebuah gerakan.
Khusus sepakbola, kekuatan media online membangun opini publik dapat dilihat dalam kasus-kasus berikut ini.
Kekuatan Media Online - Mario Balotelli
Mungkin, pemain paling unik di global ialah Mario Balotelli. Ia arogan, nakal, cerdas, sekaligus memiliki talenta nan begitu luar biasa. Mana ada pemain nan bangga memakai kostum rival klub nan dibelanya? Hal ini pernah dilakoni Balotelli di Italia. Ia memakai seragam AC Milan padahal ia bermain buat Internazionale Milan.
Di tanah Inggris, ketika bermain buat Manchester City, Balotelli juga tidak kalah heboh. Ia beberapa kali melakukan tindakan konyol. Misalnya, menendang pemain lawan. Balotelli juga pernah begitu tak berniat mencetak gol. Ketika ada mitra nan lebih leluasa, Balotelli justru menendang bola dengan tumit ke luar lapangan seolah tidak suka jika bukan dirinya nan mencetak gol. Kejadian ini berlangsung di tur pra musim 2011/2012.
Namun, sisi jelek Balotelli jauh lebih sedikit daripada aksi memukaunya. Gol-gol nan dilahirkan, hampir semuanya berkelas. Bahkan di Inggris, nan memang kebanyakan fansnya menyukai pemain bengal, tapi jenius, Balotelli ialah pahlawan nan disukai oleh suporter versus dan tim sendiri. Sayang, warta media online di Indonesia tentang Balotelli kurang berimbang sehingga ia lebih sering dianggap jelek di negeri kita.
Kekuatan Media Online - Propaganda Marca dan Mundo Deportivo
Sudah bukan misteri lagi kalau Real Madrid dan Barcelona memiliki rivalitas abadi. Keduanya bersaing buat mendapatkan nan terbaik, entah gelar La Liga, Copa del Rey, atau Perserikatan Champions. Duel mereka nan bertajuk El Clasico selalu menyita perhatian dunia. Siapa pun nan menang dalam laga tersebut akan disanjung setinggi langit, sedangkan nan kalah dihujat habis-habisan, apalagi jika bermain buruk. Di luar perseteruan abadi ini, ada Marca dan AS , dua harian Kota Madrid nan menjadi corong Real Madrid. Mereka menyampaikan berita-berita propaganda nan menunjukkan keunggulan Los Blancos , julukan Real Madrid. Namun, propaganda tersebut tetap dikemas melalui data-data terkini sehingga tak berkesan kampungan.
Di kubu Barcelona, setidaknya ada Sport dan Mundo Deportivo . Mereka selalu membela Blaugrana , julukan Barcelona. Yang unik, dua kubu pewarta warta ini sering menyoroti kejadian-kejadian nan merugikan tim nan dibela atau menguntungkan tim musuh bebuyutan. Sebagai contoh, kalau Real Madrid mendapatkan hadiah penalti kontroversial, Sport dan Mundo Deportivo akan menayangkan cuplikan kejadian tersebut di situs online mereka. Sebaliknya, jika Barcelona diuntungkan wasit, Marca dan AS juga memamerkan kesalahan keputusan wasit tersebut di situs online pula.
Yang paling mengasyikkan ialah gaya penulisan media online Spanyol. Mereka dengan jitu menggunakan metafora-metafora indah, bahkan termasuk dengan mengutip ayat dalam kitab kudus (Injil) sehingga kualitas pemberitaan media online ini begitu berbobot.
Kekuatan Media Online - Sorotan Untuk Real Madrid vs Barcelona
El Clasico memang menjadi duel paling panas di dunia. Apa pun nan tersaji sebelum hingga setelah laga, selalu menjadi sorotan media. Spesifik buat para pemain, ada beberapa pesepakbola nan mesti menikmati pahitnya kekuatan media online dalam membuat opini publik nan negatif terhadap mereka, di antaranya aksi brutal Pepe.
Bek internasional Portugal ini sudah dua kali merasakan hantaman dari media online. Yang pertama terjadi pada semifinal Perserikatan Champions musim 2010/2011. Kala itu, aksi brutalnya nyaris mematahkan kaki Dani Alves. Sejak saat itu, julukan Sang Binatang inheren pada Pepe. Ia juga kembali terlibat dalam permainan kasar pada musim 2011/2012. Pepe terbukti sengaja menginjak Lionel Messi nan tengah terduduk. Efeknya, luar biasa. Bahkan, pemain seperti Wayne Rooney nan dikenal temperamental, menyebut Pepe sebagai idiot.
Media massa online global pun sempat sepakat buat menghukum Pepe. Banyak nan mengkritik Real Madrid pada masa-masa tersebut sebab menurunkan pemain culas nan hanya akan merusak reputasi klub. Gambaran Pepe sendiri cukup jelek di mata penikmat sepakbola di global online. Setiap kali ada artikel tentang Pepe dan biasanya selalu berkaitan dengan hal-hal buruk, dipastikan ada ribuan komentar negatif dari pengunjung situs online.
Aksi Diving Para Pemain Barcelona dan Sikap Manis Wasit
Sebaliknya, media online juga cukup kritis terhadap Barcelona. Pemain mereka seolah akan jatuh hanya sebab tertiup angin. Sering pelanggaran nan tak berbahaya dari para pemain Real Madrid, akan menyebabkan pemain Barcelona terguling kesakitan selama semenit, meski setelahnya pemain tersebut dapat berlari kencang. Bahkan, sampai-sampai ada seorang pengguna Youtube nan membentuk kompilasi aksi diving para pemain Barcelona.
Hingga saat ini, banyak nan berkomentar terhadap strategi kurang terpuji para pemain El Barca di Youtube sebagai loka melihat video secara online. Meskipun video tersebut terlalu hiperbola sebab beberapa di antaranya diset sedemikian rupa sehingga terlihat betapa liciknya para pemain Barcelona, banyak nan mempercayai video tersebut.
Sementara, pada taraf pemberitaan situs online, biasanya pembicaraan mengarah pada sikap manis wasit terhadap Barcelona. Ada kecenderungan, banyak pemain versus nan diberi kartu kuning atau merah ketika menghadapi Barcelona. Ada dua kemungkinan tentang hal ini. Pertama , El Barca terlalu andal sehingga aksi mereka harus dihentikan dengan cara kasar. Kedua , sebab permainan cantik Barcelona nan enak ditonton, membuat wasit memberikan kredit tersendiri dengan memproteksi para pemain El Barca sedikit berlebihan. Dengan segala kontroversinya, wajar kalau banyak pembaca media online , terutama remaja labil, cukup pedas memberi komentar buat Barcelona.
Kekuatan Media Online - "Pembunuhan Karakter" Chelsea dan Arsenal
Dailymail , sebuah kanal warta online terbesar di Inggris Raya dan dunia, sudah jamak diketahui sebagai pendukung Manchester United. Banyak warta mereka nan mengandung keberpihakan terhadap Setan Merah, julukan Manchester United. Namun tidak jarang, Dailymail memandang negatif terhadap klub-klub nan menjadi seteru United. Terutama, nan bersaing dengan Manchester United dalam memburu puncak klasemen. Sebagai contoh, Chelsea. Klub ini, sejak zaman Jose Mourinho, selalu mendapatkan agresi dari Dailymail .
Ketika Jose Mourinho masih melatih Chelsea, setiap pernyataannya nan kontroversial dikutip dan ditambah-tambahi dengan bumbu nan memanaskan telinga. Misalnya, instruktur Chelsea mengkritik pemainnya nan malas. Maka, Dailymail akan menulis, instruktur Chelsea bertengkar dengan pemain tersebut. Demikian pula jika ada pemain-pemain versus nan tampil begitu buruk. Misalnya, pemain dengan harga transfer 50 juta poundsterling , Fernando Torres. Kalau ia tak mencetak gol, Dailymail akan menjadi media online pertama nan menyemprot kegagalannya.
Kasusyang sama juga terjadi buat Arsenal, Manchester City, atau klub besar lain nan berpotensi mengganggu Manchester United di klasemen. Bukan berarti Dailymail tak menyampaikan warta nan berimbang, mereka hanya mengompori sebuah kejadian kecil buat menjadi headline .
Sayangnya, kadang media online Indonesia, nan mengutip atau menerjemahkan artikel Dailymail , menelan mentah-mentah informasi nan diberikan media online ini. Misalnya, ada rumor transfer pemain A ke klub B. Meskipun Dailymail menggunakan isu itu buat sekadar mencari rating pembaca, kebanyakan media online Indonesia tak menangkap hal ini sebagai gosip, melainkan fakta. Alhasil, kadang gosip ringan nan disulap menjadi gosip besar oleh Dailymail , berubah seolah menjadi warta faktual di situs online Indonesia.