Bagian-bagian recorder

Bagian-bagian recorder

Banyak orang awam tak mengetahui apa itu alat musik nan bernama recorder sehingga mengira bahwa alat musik tersebut salah penyebutan nama. Padahal, memang sahih ada sebuah jenis alat musik nan namanya recorder . Apa sih alat musik tersebut? Seperti apa bentuknya? Dan bagaimana sejarah alat musik recorder hingga ada di global ini? Pertanyaan tersebut akan kita bahas di bawah ini.



Pengertian alat musik recorder

Jika Anda membayangkan bahwa alat musik recorder (Inggris) ini homogen alat musik modern nan menggunakan peralatan nan rumit, bentuknya mirip komputer dengan banyak tombol atau tuts seperti piano atau organ, maka maaf, Anda salah. Bentuk alat musik ini sangat sederhana, kecil, dan simpel.

Alat musik ini digolongkan kepada jenis aerophone atau alat musik tiup melodis nan terbuat dari kayu. Ya, recorder ialah homogen suling. Recorder dapat berbunyi sebab getaran udara nan melewati bagian dalamnya. Cara memainkannya hampir sama seperti meniup suling atau seruling. Udara nan ditiup oleh pemainnya ini nan akan menimbulkan bunyi atau suara nan merdu.

Recorder cukup mudah didapat di toko musik, dan harganya terjangkau. Tidak hanya itu, recorder ini bisa dimainkan oleh semua umur dan jenis kelamin karena tak dibutuhkan keahlian atau tenaga spesifik saat memainkannya. Merk nan disarankan buat jenis alat musik recorder ialah Yamaha, karena kualitasnya paling baik dan bahannya ialah dari plastik kualitas baik.

Saat ini, recorder menjadi alat musik nan kerap diajarkan di sekolah-sekolah, buat anak usia 8 – 15 tahun atau jenjang SD hingga SMP. Cara memainkannya nan gampang dan menyenangkan menyebabkan anak dari taraf SD pun tak kesulitan melakukannya. Dengan alat musik tersebut, kecintaan terhadap seni dan kehalusan perasaan serta kepekaan terhadap nada-nada telah mulai bisa diasah.



Sejarah alat musik recorder

Sebuah inovasi mengejutkan mengenai alat musik ini menunjukkan bahwa suling dapat jadi ialah alat musik tertua nan pernah ditemukan di bumi. Yaitu sebentuk tulang binatang nan diperkirakan berusia 40.000 tahun nan lalu atau ada sejak zaman Neanderthal. Tulang tersebut dipercaya digunakan sebagai alat musik bagi manusia dizaman tersebut seperti seruling .

Alat musik tiup nan satu ini setidaknya telah tercatat dalam dokumen nan ada pada abad ke-14, sejak Grove’s Dictionary menggunakan kata ‘ recorder’ pada laporan bahwa ada seseorang nan berasal dari rumah keluarga Earl of Derby nan memakai atau berlatih sebuah alat musik bernama Fistula Nomine Recordour . Peristiwa tersebut tercatat tahun 1388, dan orang nan berasal dari Earl of Derby tersebut kelak dikenal sebagai Raja Henry IV.

Sampai dengan abad ke-18, alat musik tiup tersebut dikenal dengan nama flauto yaitu berasal dari bahasa Italia, sebuah bahasa nan kerap digunakan dalam istilah-istilah musik. Kini, alat musik tiup tersebut masih disebut juga sebagai ‘ flauto traverso’ .
Mulai dari bentuk nan sederhana, alat musik recorder atau seruling nan bentuk awal hanya memiliki enam buah lubang buat menghasilkan nada suara nan berbeda. Namun dengan kemajuan pengetahuan seni nan makin tinggi, tahun 1670-an alat musik recorder atau flauto atau flute itu ditambahkan lagi satu buah lubang hingga memiliki kunci nada 7 buah.

Demikian masih belum cukup juga, ditambahkan lagi oleh Quantz sebuah kunci buat menghasilkan nada C# pada sekitar tahun 1722. Lalu dilengkapi oleh orang nan sama, Quants, tahun 1726 dengan nada D#. Selanjutnya Florio menambahkan nada G# di 1760.

Ada beberapa penemuan lagi sebelum akhirnya menjadi seperti alat musik recorder nan kita kenal sekarang. Semua dimulai dengan pencarian oleh para artis tersebut sebab nada-nada nan dirasa kurang tepat dan pas.



Jenis-jenis alat musik recorder

Recorder tak hanya satu jenis, walau mungkin kalangan awam hanya mengetahui satu jenis saja suling nan kerap digunakan buat kegiatan kesenian di sekolah. Ada beberapa jenis recorder nan terdapat di pasaran saat ini. Namanya ialah jenis recorder alto, dan soprano ( descant ), nan menjadi recorder paling sering digunakan. Lalu sopranino, tenor, serta terakhir ialah recorder bass.

Untuk jenis lain masih banyak lagi, terutama nan digunakan oleh kalangan profesional di bidang musik. Namun sebaiknya tak perlu dibahas kali ini. Yang perlu diketahui oleh kalangan pelajar hanya jenis nan terdapat di atas itu saja sementara.



Bagian-bagian recorder

Untuk bagian-bagian dari alat musik recorder atau blockflute (Jerman), atau flute a bec (Prancis), atau suling (Indonesia) ini terdiri dari: bagian kepala dimana terdapat lubang buat meniup ( mouthpiece ) dan lubang suara. Lalu bagian badan ( body ) nan terdapat tujuh buah lubang, dan bagian kaki ( foot ) nan terdiri atas lubang oktaf di bagian bawah.



Cara memainkan alat musik recorder

Seperti alat musik lainnya, ada cara spesifik buat memainkan suling alias recorder ini. Meski terlihat mudah, hanya meniup dengan mulut saja, namun teknik buat mendapatkan nada-nada eksklusif juga berlaku. Misalnya bagaimana cara meletakkan tangan nan benar, posisi tubuh nan benar, dan posisi jari-jemari tangan nan tepat.

Posisi tangan kiri adalah: ibu jari pada lubang oktaf (lubang nan letaknya di bagian belakang body suling) hingga menutupinya sempurna. Lalu telunjuk pada lubang pertama, jari tengah pada lubang kedua, jari manis pada lubang ketiga.

Posisi tangan kanan adalah: letak telunjuk ada pada lubang keempat, jari tengah pada lubang kelima, jari manis diletakkan pada lubang keenam, dan kelingking pada lubang nomor tujuh. Sementara jempol memegang bagian bawah body suling.

Posisi tubuh nan sahih adalah, kepala tegak dengan kedua bahu relaks. Kedua siku sebaiknya diangkat agar tak menempel di bagian dada. Dada membusung. Bibir menyentuh sewajarnya pada bagian ujung suling, usahakan tak terkena bagian gigi, apalagi sampai menggigit bagian ujung suling.

Pada nada-nada tinggi, maka tipsnya ialah sedikit membuka bagian lubang oktaf hingga setengah atau tiga per empat bagian dengan jempol tangan kiri Anda. Untuk mengeluarkan udara dengan teknik tiupan nan sempurna, maka posisi mulut nan baik ialah seperti posisi saat mengucapkan “Thu” dengan udara nan keluar.

Pada alat musik recorder atau suling, bisa pula dilakukan proses penyelarasan nada atau tuning apabila terdengar nada-nada nan dikeluarkannya sedikit fals. Caranya dengan sedikit memberi tarikan pada bagian kepala serta ekor, atau salah satu saja. Namun proses tuning ini hanya perlu dilakukan apabila naik turunnya nada lebih dari ½ nada. Cocokkan atau samakan nada dengan alat semacam garputala, keyboard, dan lain-lain.

Di Indonesia sendiri, alat musik seruling sudah menjadi salah satu alat musik tradisional, terutama di daerah Jawa Barat. Sejak zaman dahulu, alat musik ini telah digunakan oleh masyarakat desa sebagai alat musik buat mengiringi kesenian rakyat zaman baheula. Sayangnya tak ada nan mempelajarinya secara profesional, berbeda dengan sejarah alat musik recorder di atas.