Faktor Pendongkrak Penjualan Batik Pamekasan

Faktor Pendongkrak Penjualan Batik Pamekasan

Kota Pamekasan merupakan salah satu kota nan patut diperhitungkan di pulau garam Madura. Kota nan terdiri dari 13 kecamatan ini kini terus bebenah. Setelah daya tarik wisatanya nan menawan, kini Pamekasan patut berbangga diri. Hasil karya anak negeri telah mampu menembus pasar dunia. Batik Pamekasan ialah salah satu karya tersebut.

Tak heran rasanya bila batik pamekasan begitu diincar, seperti halnya pribadi dan semangat masyarakat dari pulau garam nan tidak pernah menyerah dengan nasib. Mereka nan tidak kenal takut dan patah semangat demi wujudkan tujuan hidup.

Kepribadian masyarakat madura tergambar dalam paduan corak dan warna. Warna-warna nan berani dengan motif nan latif dan tidak biasa, menjadikan batik madura memiliki bukti diri tersendiri. Sebuah jati diri nan membawanya pada kemajuan.

Indonesia cukup berbangga, bahwa batik pamekasan kini semakin dikenal, produk lokal nan memiliki daya jual nan tinggi. Tidak hanya di Indonesia bahkan di mancanegara. Awalnya membatik bagi masyarakat Pamekasan hanyalah kegiatan mengisi waktu di kala senggang.

Saat tidak ada lagi hal nan dapat dikerjakan buat mendulang rupiah, mengisi kegiatan di waktu nan tersisa. Namun seiring berjalannya waktu dan permintaan pasar nan terus meningkat, membatik kini telah berubah menjadi kebutuhan. Hasil dari membatik kini tak kalah dengan hasil bekerja di sektor lain.

Para pembatik nan umumnya buruh tani dengan penghasilan pas-pasan kini bisa tersenyum lega. Aktivitas nan sebenarnya telah dilakukan jauh sebelum berdirinya republik ini, kini mulai dilirik investor. Berbagai tawaran menanamkan kapital di usaha ini telah banyak dilontarkan, namun rupanya masyarakat pamekasan cukup cerdas dalam mengambil sebuah keputusan.

Tekad dan semangat nan mereka miliki merupakan kapital nan kuat buat maju dan mengembangkan usaha ini dengan segenap kemampuan. Mereka memahami berapa besar laba nan mereka dapatkan bila dikelola sendiri. Tidak hanya mereka nan merasakan, namun juga menjadi kebanggaan bagi masyarakat pulau garam lainnya.

Sementara bila mereka menerima tawaran investor tentunya laba tidak akan sebesar dikelola sendiri. Lihatlah di mana-mana di setiap sudut kota Pamekasan akan kita jumpai para wanita nan sedang menghabiskan residu waktunya dengan membatik. Kurang lebih ada enam sentra batik di daerah Pamekasan nan tersebar di beberapa kecamatan dan desa.

Kini membantik telah menjadi mata pencaharian primer bagi sebagian penduduk pamekasan. Hal ini muncul buat memenuhi kebutuhan pasokan buat Jakarta dan surabaya nan jumlahnya hingga puluhan ribu lembar batik pamekasan.

Batik pamekasan memiliki motif batik nan berkembang mengikuti perkembangan permintaan pasar domestik dan luar negeri nan terus meningkat. Kuncinya ialah harus mau terus berkreasi mencari dan menciptakan motif-motif baru nan lebih segar.

Kini masyarakat madura mulai mengembangkan batik dengan motif ekspresionis dan beberapa motif sinkron permintaan pasar. Berbagai cara dilakukan buat menambah keterampilan dalam membatik.
Catatan pada dinas perindustrian pamekasan, terdapat 105 pengrajin batik nan tersebar di desa Klampar dan desa Toket kecamatan Propo.

Belum lagi para pengrajin batik rumahan nan belum terdata. Kita semua berharap adanya Batik Pamekasan ini akan mengharumkan nama Indonesia di era perdagangan nan bebas ini. Sehingga tak hanya sisi gelap negara kita nan dikenal oleh masyarakat dunia, namun prestasi dan hasil karya anak bangsa nan ditonjolkan. Mendulang devisa melalui pengembangan karya-karya batik nan funtastik dan fenomenal.

Semakin dikenalnya batik Pamekasan, harus dilengkapi dengan konservasi terhadap karya itu sendiri. Seperti nan sudah-sudah, prestasi dan karya nan diraih dengan perjuangan hilang begitu saja sebab hak patennya dikuasai oleh negara lain.

Perlindungan itu bisa berupa pembuatan hak paten atas batik dan motifnya, sehingga para pengrajin bisa melayangkan keberatan saat terjadi pemalsuan produk batik Pamekasan .



Faktor Pendongkrak Penjualan Batik Pamekasan

Keberhasilan penjualan batik Pamekasan tak terlepas sebab terbukanya akses masuk nan lebih mudah ke pulau Madura. Adanya jembatan Suramadu nan menghubungkan Jawa dan Madura membuat jalur perdagangan menjadi lebih mudah. Banyak uris nan datang ke pulau Madura meski awalnya hanya sekadar ingin menikmati jembatan Suramadu.

Kedatangan para wisatawan domestik dan mancanegara telah menjadi ajang promosi nan sangat efektif nan telah mengakar di Indonesia. ‘Getuk Tular” media promosi murah meriah, tanpa ada biaya nan harus dikeluarkan namun mengena. Umumnya para wisatawan akan membawa batik pamekasan sebagai oleh-oleh ke daerah asal masing-masing.

Itulah awal batik pamekasan dikenal di masyarakat di luar pulau Madura. Biasanya tak lama setelah kunjungan itu, sebagian dari mereka akan datang buat mencari peluang bisnis pemasaran batik Pamekasan. Hingga kini penjualan batik Pamekasan telah sampai pasar Singapura dan Malaysia.

Diharapkan melalui kota Singapura, batik Pamekasan mampu mengembangkan sayap lebih lebar lagi tuk menjangkau negara lainnya. Selain itu usaha-usaha pemerintah dalam mengenalkan batik Pamekasan patut kita hargai. Adanya Pameran batik nan pernah di gelar di Estonia juga merupakan ajang promosi nan bagus.

Selain hal tersebut, ada faktor lain nan secara tak langsung meningkatkan penjualan batik Pamekasan, yaitu pengakuan. Pengakuan terhadap suatu produk memang sangat krusial sama pentingnya dengan pengakuan sebuah kedaulatan.

Produk apapun nan telah mendapat pengakuan baik secara nasional maupun internasional akan lebih mudah melenggang ke pasar bebas. Konsumen akan lebih memilih suatu produk nan telah diakui kualitasnya dengan harga nan lebih tinggi daripada produk nan belum mendapatkan pengakuan.

Demikian pula halnya dengan batik Pamekasan. Pengakuan Batik sebagai warisan budaya nusantara telah mendongkrak penjualan batik Pamekasan di pasar domestik. Supik nan merupakan salah seeorang pedagang batik pamekasan mengatakan bahwa terjadi peningkatan omzet nan cukup besar pada penjualannya pasca dibukanya jembatan Suramadu dan pengakuan terhadap karya batik Indonesia.

Kenaikan omzet tersebut mencapai dua kali lipat dari sebelumnya. Terutama pada akhir pekan. Biasanya Supik menerima permintaan dari seorang konsumen asal Padang. Hal nan sama dirasakan pula oleh Fatimah (40 tahun) seorang pedagang batik di pasar Tujuh Belas Agustus.

700 pangkas kain batik nan biasanya hanya terjual separuh dengan harga berkisar Rp30.000 hingga Rp250.000 habis terjual. Dalam sehari para pedagang batik di pasar ini meraup omzet hingga jutaan rupiah. Bahkan seorang pedagang bernama Miskiyah (40 tahun) mampu mencapai omzet 3 juta rupiah seharinya. Sebuah nominal nan cukup funtastik.

Besarnya animo masyarakat terhadap batik Pamekasan disebabkan kualitas batik, warna, dan motifnya. Batik Pamekasan mempunyai kekhasan pada warnanya nan tajam dan motifnya nan variatif. Belum lagi Batik Pamekasan juga tersedia dalam bentuk motif cap dan batik tulis, sehingga bisa memenuhi permintaan beberapa golongan pecinta batik tulis dan batik cap.

Kalau kita berbicara tentang pembatikkan, proses pembatikkan memang dilakukan dengan dua cara, yaitu cap dan batik tulis. Batik dengan proses cap umumnya nisbi lebih murah dibanding batik tulis sebab pengerjaannya lebih cepat. Sedangkan batik tulis pengerjaannya lebih lama sebab murni mengandalkan kreativitas manusia.

Adanya peningkatan pencerahan masyarakat menggunakan batik juga didorong oleh adanya pengakuan dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Liga Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Itulah masyarakat Indonesia, apa nan menjadi trend global selalu menarik buat diikuti, demikian halnya dalam pencerahan menggunakan batik, perlu pengakuan dari luar dahulu baru berkenan menggunakannya. Batik nan dahulu identik dengan baju rumahan nan tak pantas digunakan buat acara resmi kini telah bergeser menjadi salah satu baju nan anggun dan elegan.

Siapapun percaya diri menggunakannya, bahkan batik kini telah meluas pengguanaannya menjadi salah satu trend mode dunia.