Larutan Berwujud Zat Padat

Larutan Berwujud Zat Padat

Larutan dalam kimia ialah campuran sejenis atau cairan nan manunggal dan terdiri atas dua atau lebih zat nan terdapat di dalamnya. Dalam sebuah larutan, ada pelarut dan zat nan terlarut atau nan biasa dikenal dengan istilah solut.

Biasanya zat pelarut jumlahnya lebih banyak dibandingkan zat terlarutnya. Walaupun demikian, sebuah larutan biasanya justru dinamakan berdasarkan zat solut atau zat terlarutnya. Komposisi antara keduanya disebut konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran atara keduanya dinamakan solvasi atau pelarutan.

Larutan nan seringkali kita jumpai dalam kehidupan biasanya larutan nan berasal dari pencampuran zat dalam wujud padat dengan zat nan wujudnya berupa cairan. Misalnya pada larutan oralit atau komposisi antara air teh dengan gula nan menjadi teh manis.

Sebenarnya, ada banyak sekali jenis larutan nan dapat kita dapatkan berupa pencampuran berbagai jenis zat, tak melulu harus dalam bentuk zat cair dengan zat padat. Berikut jenis-jenis larutan berdasarkan fase zat terlarut atau solut dengan pelarutnya.



Larutan Berwujud Gas

Jika zat terlarut dalam bentuk gas dilarutkan ke dalam zat pelarut berwujud gas juga, maka akan menghasilkan larutan dalam wujud gas. Contohnya yaitu larutan udara, di mana di dalamnya terdapat komposisi antara oksigen dengan gas-gas lainnya nan terdapat dalam nitrogen.

Larutan gas lainnya yaitu ketika sebuah zat dalam bentuk gas sebagai pelarut dikombinasikan dengan cairan, maka akan menghasilkan larutan nan juga berwujud gas. Contoh larutan tersebut ialah uap air di udara nan menghasilkan kelembapan udara.

Selain itu, kita juga seringkali temui larutan gas berupa bau dari zat padat nan larut dalam larutan gas. Contohnya yaitu pada kapur barus nan berwujud menjadi suatu bau kapur barus. Sementara itu, ketika gasnya mulai larut dengan zat padat tersebut nan berbentuk kapur barus, kapur barusnya hilang dan meninggalkan baunya saja. Bau inilah nan merupakan perwujudan dari larutan gas tersebut.



Larutan Berwujud Cairan

Larutan nan berbentuk cairan atau berwujud benda cair salah satu contohnya ialah air soda atau air terkarbonasi. Ini ialah hasil perpaduan antara zat nan berwujud cairan sebagai pelarut nan berupa air dan zat terlarut nan berwujud gas karbondioksida. Ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil pada larutan ini. Apabila dimampatkan dalam ruang tertutup kemudian dikocok dengan cepat, maka ketika wadahnya dibuka, air akan keluar dengan kecepatan tinggi berbentuk menyerupai busa.

Larutan jenis lainnya nan berwujud zat cair ialah pencampuran antara zat terlarut nan berwujud cair dan zat terlarut nan juga berwujud zat cair. Contohnya ialah campuran berbagai hidrokarbon pada minyak bumi, etanol dalam air, susu kental manis dalam air, dan lain sebagainya. Hasil dari pencampuran pelarut dan zat telarut nan berbentuk cair juga merupakan larutan berwuzud zat cair.

Selain itu, larutan cair hasil pencampuran lainnya ialah pencampuran pelarut nan wujudnya ialah zat cair nan dicampur atau melarutkan zat berwujud padat sebagai zat terlarut. Larutan ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh larutan berwujud cair ini di antaranya pecampuran gula (yang dalam kimia dinamakan sukrosa) dengan air nan wujudnya sering dinamakan air manis. Lalu pencampuran garam klorida atau biasa kita kenal dengan sebutan garam dapur dengan air nan kita kenal dengan larutan garam atau air asin. Contoh lainnya yaitu amalgam emas nan dilarutkan dalam air raksa, dan lain sebagainya.



Larutan Berwujud Zat Padat

Larutan jenis lainnya ialah larutan nan bentuknya dalam wujud zat padat atau padatan. Ini ialah hasil pencampuran antara zat padatan dengan zat padat, zat cair atau dengan zat gas. Larutan hasil pencampuran antara zat padat sebagai pelarut dan zat berwujud gas sebagai zat terlarutnya yaitu hidrogen nan larut dalam logam nan biasanya kita kenal dengan sebutan platina.

Zat pelarutnya tiada lain ialah logam nan berwujud zat padat, sedangkan zat terlarutnya berupa hidrogen nan wujudnya berupa gas. Hasil pencampurannya berwujud padat nan kita kenal dengan logam platina.

Larutan yan berwujud padat lainnya yaitu larutan nan dikombinasikan dengan zat cair sebagai zat terlarutnya. Dalam hal ini, konsentrasi zat padatnya jauh lebih besar dibandingkan zat cairnya sebaa zat terlarut. Salah satu contohnya yaitu uap air dalam arang kayu. Dalam larutan ini arang aktif sebagai pelarut, sedangkan air sebagai zat terlarutnya. Wujud akhir nan merupakan hasil pencampuran kedua zat ini, di mana konsentrasi arang aktifnya nan lebih besar, menghasilkan larutan nan berwujud zat padat atau padatan.

Selain itu, ada juga larutan nan wujudnya berupa padatan nan merupakan campuran antara zat padat sebagai zat pelarut dan zat gas sebagai zat terlarutnya. Dalam larutan ini, tentunya zat padatlah nan memiliki konsentrasi paling banyak dalam larutan sehingga hasil akhirnya ialah larutan nan wujudnya zat padat. Contohnya yaitu larutan padat hasil pecampuran antara Aloi logam seperti baja dengan duralumin. Hasil akhirnya ialah larutan nan berwujud padat.



Sifat Larutan dan Faktor nan Memengaruhinya

Salah satu sifat dari larutan ini ialah terdapatnya dua istilah, yaitu larutan jenuh dan titik maksimal. Larutan jenuh ini ialah larutan nan memiliki konsentrasi zat terlarut dalam jumlah eksklusif sehingga zat pelarutnya sudah tak dapat lagi melarutkan zat terlarut tersebut. Jumlah eksklusif inilah nan dikenal dengan istilah titik maksimal tersebut. Di mana jumlah atau konsentrasi zat terlarutnya sudah mencapai titik maksimal eksklusif nan bhineka antara satu zat dengan zat terlarut lainnya.

Tercapainya keadaan jenuh pada suatu larutan ditentukan oleh beberapa faktor.

  1. Suhu. Konsentrasi atau jumlah suatu zat nan bisa terlarut dalam zat terlarut tertetu atau kita kenal dengan istilah "kelarutan" biasanya sebanding dengan suhu nan ada pada suatu lingkungan tetentu loka di mana larutan tersebut berada. Hal ini terutama berlaku ketika zat terlarut tersebut berbentuk zat padat walaupun memang kadang kala terjadi pengecualian. Salah satunya yaitu kelarutan gas dalam air nan justru berbanding terbalik dengan suhu. Sementara kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya tak begitu peka pada suhu lingkunganya dibanding dengan kelarutan gas dalam zat cair atau padatan.
  1. Tekanan. Ketika tekanan udara semakin tinggi, maka suhu akan semakin rendah. Akibatnya, terjadi disparitas kelarutan nan terjadi antara zat terlarut nan satu dengan zat terlarut lainnya dalam suatu larutan tertentu. Larutannya dapat dalam bentuk larutan cair atau larutan padat maupun nan berwujud gas. Dalam hal ini berlaku juga dispensasi seperti pada pengaruh suhu terhadap zat-zat tertentu. Sebuah larutan bisa dikatakan ideal apabila tekanan uap pelarut nan berwujud zat cair berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam sebuah larutan. Hukum inilah nan dinamakan dengan hukum Raolt.
  1. Kontaminasi. Kontaminasi di sini berkaitan dengan volume antara zat terlarut dan zat pelarut dalam suatu larutan. Sebuah larutan dikatakan ideal apabila volumenya tiada lain ialah hasil penjumlahan tepat antara zat pelarut dan terlarutnya. Dalam hal ini jumlah komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Jika tak tepat, larutan tersebut merupakan larutan nan non-ideal.

Jenis-jenis larutan berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarutnya ini membuktikan bahwa larutan tak selalu menghasilkan larutan dalam bentuk cair, melainkan dapat dalam bentuk larutan zat padat dan juga zat nan berwujud gas. Selain itu, dalam larutan ini, kita juga mengenal istilah larutan elektrolit dan non-elektrolit. Penggolongan ini tentunya berdasarkan kandungan elektrolit nan terdapat dalam larutan eksklusif nan merupakan hasi pencampuran antara pelarut dan zat terlarut.

Membedakan keduanya ialah berdasarkan kemampuan larutan ini buat menghantarkan listrik. Larutan nan mengandung elektrolit pada umunya memiliki kemampuan buat menghantarkan listrik. Hal tersebut dikarenakan terdapatnya kandungan elektrolit nan fungsinya buat menghantarkan listrik.

Sebaliknya, larutan non-elektrolit tak memilik kandungan elektrolit di dalamnya, sehingga tak memiliki kemampuan buat meghantarkan listrik. Larutan elektrolit ini biasanya digunakan pada alat elektronik sebagai media buat menghantarkan listrik, sedangkan larutan non elektrolit justru digunakan buat menghambat genre listrik tersebut agar tak mengalir ke loka eksklusif nan diisi larutan.