Bukti Kehebatan Lumbricus Rubellus
Jurnal kesehatan ialah sebuah jurnal nan berisikan tentang info kesehatan. Sebuah pengalaman pribadi pun ternyata dapat kita untuk menjadi jurnal kesehatan nan bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain.
Bagi nan pernah menderita tipus atau orang-orang nan akrab dengan penyakit tipus, mungkin tak tahu dengan Lumbricus Rubellus. Tapi niscaya mereka tahu dengan cacing tanah.
Ya, Lumbricus Rubellus ialah homogen cacing tanah nan air rebusannya sering dipakai buat melawan ganasnya rasa lemas dan demam tinggi nan disebabkan oleh tipus. Sekarang tak perlu repot-repot menggali tanah mencari cacing, lalu merebusnya, dan menahan baunya nan cukup khas.
Cukup beli ekstraknya nan sudah terbungkus dalam kapsul. Harganya pun masih sangat terjangkau. Untuk isi 30 butir, harganya sekitar Rp37.000 – Rp42.000, tergantung di apotek mana Anda membelinya.
Mengapa Lumbricus Rubellus hebat?
- Lumbricus Rubellus mengandung asam archidonat, enzym lumbrikinase, katalase, peroksidase, selulose and lignase, nan berkhasiat membantu penyembuhan penyakit-penyakit, antara lain, asma, batuk malam hari, gatal-gatal, ginjal, stroke, dan lain-lain (lihat brosur dalam kemasan).
- Tidak ada imbas samping dan tak menyebabkan ketergantungan apabila dikonsumsi dalam waktu lama.
- Dapat dikonsumsi oleh segala umur.
- Mengandung 20 jenis asam amino dan protein (76%) lebih tinggi dibandingkan ikan maupun daging (Prof. Hembing).
- Mempercepat penyembuhan kerontokan rambut (Dr. Bambang, spesialis kulit dan kelamin).
Bukti Kehebatan Lumbricus Rubellus
Bukti pertama
Sebulan nan lalu, penulis mengalami kecelakaan di kolam renang. Bibir pecah. Bentuknya jangan ditanya, bengkak, dower, dan sangat sakit. Penulis mengkomsumsi kapsul lumbricus rubellus sebanyak 6 kapsul sehari, tiga kali minum.
Selama 2 minggu pertama koloit masih terlihat jelas. Minggu ke tiga, sudah mulai tak tampak, tapi masih terasa. Setelah satu bulan, koloit tak terlalu terasa, kini penulis mengkomsumsi hanya satu kapsul sehari.
Efek sampingnya adalah, kulit terlihat lebih halus seiring dengan menghilangnya jerawat-jerawat nan diakibatkan oleh perubahan cuaca ekstrem akhir-akhir ini. Bibir pecah-pecah dan kering sudah tak terasa lagi.
Bukti kedua
Salah satu anak teman penulis nan sangat akrab dengan tipus sebab sering kumat, mengkomsumsi lumbricus rubellus sejak 2 bulan nan lalu hingga sekarang. Kalau biasanya ada saja surat izin tak masuk sekolah nan harus ditulis, kini tak lagi.
Efek lainnya, koloit bekas lukanya pun hilang. Kulit wajahnya tampak lebih halus. Karena melihat imbas nan begitu nyata, sekarang bahkan hampir seluruh anggota keluarganya mengkomsumsi lumbricus rubellus.
Lalu, halalkah lumbricus rubellus ? Insyaallah halal. Untuk tak ragu-ragu, pilihlah produk nan sudah mengantongi label halal dari MUI. Memang harga produk nan ada label halalnya agak lebih mahal sekitar Rp1000 – Rp2000 per butir, tergantung loka Anda membelinya. Jadi, tunggu apalagi, silakan buktikan sendiri kehebatan si Lumbricus Rubellus.
Jurnal Kesehatan dan Kurang darah Gizi
Dalam jurnal kesehatan kita dapat menemukan banyak informasi mengenai global kesehatan. Salah satunya ialah masalah kesehatan masyarakat, kurang darah gizi. Letih, lelah, lesu, dan lemah sering disebut sebagai gejala kurang darah atau merupakan istilah nan disebut keadaan kurang darah. Kurang darah nan sangat generik dijumpai di Indonesia ialah kurang darah gizi.
Ditinjau dari segi kesehatan masyarakat, kurang darah gizi lebih disebabkan oleh kekurangan zat besi, dibandingkan dengan kekurangan zat gizi nan lain. Oleh sebab itu, kurang darah gizi sering disebut sebagai kurang darah kurang besi dan sekarang lebih populer hanya disebut sebagai anemia.
Anemia berdasarkan jurnal kesehatan, juga didefnisikan sebagai suatu keadaan ketika kadar sel-sel darah merah hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai keadaan normal. Nilai Hb ditentukan berdasarkan umur, misalnya nilai Hb normal buat balita ialah 11 g/100 ml. Jika nilai Hb anak berada di bawah nilai normal itu, berarti anak tersebut menderita anemia.
Untuk kelompok wanita dewasa, nilai Hb normal ialah 12 g/100 ml, sementara buat laki-laki dewasa ialah sebesar 13 g/100 ml. Mereka dikatakan menderita kurang darah jika nilai Hb berada di bawah nilai normal tersebut.
Kulit pucat merupakan salah satu dari ciri-ciri lain dari penderita anemia, nan disebabkan kadar Hb rendah. Ciri-ciri lain ialah napas pendek dan sedikit sesak, dampak kekurangan oksigen. Sel darah merah merupakan pembawa oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh. Jika terjadi anemia, berarti kadar Hb rendah, sehingga oksigen nan dibawa justru lebih sedikit atau berkurang. Karena iutlah penderita kurang darah kekurangan oksigen.
Biasanya, penyebab primer kurang darah ialah konsumsi zat besi nan rendah dari makanan. seluruh zat besi berasal dari makanan dan tak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa pangan sumber zat besi ialah sayuran berwarna hijau, daging sapi, ayam, ikan, dan kambing. Mutu pangan nan berasal dari hewan lebih baik daripada pangan nabati.
Sebab-Sebab Anemia
Ada tiga faktor nan bisa menimbulkan terjadinya anemia, yaitu kehilangan darah sebab perdarahan, terjadinya perusakan sel-sel darah merah, dan produksi sel darah merah nan tak mencukupi.
Kondisi individu nan sehat dan bergizi baik mempunyai persendian atau simpanan zat besi nan cukup di dalam tubuh. Namun, jika persendiaan besi terus menurun dan ekuilibrium zat besi tubuh terganggu, hal itu bisa menyebabkan persendian zat besi tubuh berkurang.
Berkurangnya persendiaan besi menyebabkan pembentukan hemoglobin terganggu. Akibatnya, kadar Hb terus menurun sehingga terjadilah anemia. Dalam kondisi itu, jika kadar Hb darah seseorang diperiksa, akan terlihat bahwa kadarnya berada di bawah normal.
Anemia nan paling generik ditemui di Indonesia ialah kurang darah nan terjadi sebab produksi sel-sel darah merah tak mencukupi, nan disebabkan oleh faktor konsumsi zat gizi, khususnya zat besi. Pada daerah-daerah tertentu, kurang darah bisa dipengaruhi oleh investasi cacing tambang. Cacing tambang nan menempel pada dinding usus dan memakan makanan membuat zat gizi tak bisa diserap secara sempurna.
Akibatnya, seseorang menderita kurang gizi, khususnya zat besi. Gigitan cacing tambang pada dinsing usus juga menyebabkan terjadinya perdarahan sehingga tubuh akan kehilangan banyak sel darah merah.
Perdarahan bisa terjadi pada kondisi internal maupun eksternal, misalnya pada waktu kecelakaan atau menstruasi nan banyak bagi perempuan remaja. Perdarahan bisa pula terjadi sebab perdarahan kronis, yaitu perdarahan nan terjadi sedikit-sedikit dampak kanker pada saluran pencernaan, wasir, dan lainnya. Perdarahan nan terjadi secara monoton itulah nan menyebabkan anemia.
Kerusakan sel-sel darah merah dalam pembuluh darah bisa terjadi sebab penyakit malaria dan talasemia sehingga menyebabkan anemia. Keadaan kurang darah itu disebut kurang darah hemolitik. Pembentukan sel-sel darah merah bisa terganggu sebab zat besi nan dikonsumsi melalui makanan tak mencukupi atau absorpsi zat besi nan rendah. Jika keadaan itu berlangsung lama, hal itu bisa menimbulkan terjadinya anemia.
Zat Besi dalam Makanan
Zat besi terkandung dalam berbagai makanan, antara lain hati, daging sapi, kambing, ikan, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan susu. Daging, ayam, hati, otak, dan usus merupakan sumber besi nan paling kaya, dengan variasi kandungan antara 1,5 mg/100 g sampai 6,6 mg/100 g.
Sayuran hijau seperti sayur bayam, kangkung, katuk, dan bluntas juga merupakan sumber zat besi primer dalam makanan, dengan kandungan antara 2,5 sampai 5,6 mg/100 g.
Bahan makanan botani lainnya nan kaya akan zat besi ialah kacang-kacangan, misalnya kacang hijau, kedelai, kacang tanah, dan kacang merah. Variasi kandungan zat besi dalam bahan makanan tersebut ialah antara 5,0 sampai 8,0 mg/100g.
Kandungan zat besi nan tersedia dalam bahan makanan tersebut harus diperhatikan agar kita tak kekurangan zat besi. Selain itu, faktor-fkator nan memengaruhi absorpsi zat besi juga perlu diperhatikan. salah satu faktornya ialah ragam bahan makanan itu sendiri.
Jumlah zat besi nan bisa diserap dari tumbuh-tumbuhan atau bahan makanan botani hanya sekitar 1 – 6%. Sementara itu, jumlah serapan zat besi nan berasal dari bahan makanan hewani dpat mencapai 7 – 22%.
Zat besi dalam bahan makanan bisa berbentuk besi heme, yaitu senyawa besi nan berikatan dengan protein dan ada dalam bentuk besi anorganik atau besi non-heme. Jadi, ketersediaan besi dibedakan dalam dua bentuk, yaitu besi heme dan besi non-heme.
Zat besi heme berasal dari hemoglobin dan mioglobin nan terdapat dalam darah bahan makanan hewani. Sementara itu, umumnya, zat besi non-heme terdapat dalam bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan, seperti sayuran dan kacang-kacangan. Zat besi non-heme terdapat dalam bentuk kompleks inorganik-Fe3+.
Dari berbagai penelitian dan jurnal kesehatan , dibuktikan bahwa besi heme nan bisa diserap hampir 30%, sedangkan besi non-heme hanya bisa diserap sebesar 5%. Namun, taraf penyerapan zat besi non-heme nan rendah itu bisa ditingkatkan dengan penambahan faktor nan mempermudah, yaitu vitamin C.