Media Sekuler Tidak Objektif
Sejauh mana ketertarikan Anda dalam menganalisa peran media nan menyajikan berbagai warta di tanah air? Sehari-harinya kita bisa memantau warta nan terjadi di bumi pertiwi melalui media masa, seperti koran ( Tempo koran , kompas, dan lain-lain), televisi, radio, hingga internet. Warta nan disajikan pun majemuk mulai dari warta politik, agama, pendidikan, hingga warta kriminal memenuhi media. Warta paling hangat belakangan ini ialah warta tentang teroris.
Sekali lagi aku bertanya, seberapa kritis Anda menilai, menganalisa, mengamati, dan membuka pikiran buat menyaring pemberitaan nan selalu hadir mewarnai media masa di tanah air ini lewat media sekuler nan lebih banyak merusak otak daripada menyehatkan pikiran masyarakat Indonesia?
Lewat tulisan ini aku ingin mengajak Anda, generasi muda tanah air agar lebih cerdas dalam mengkritisi pemberitaan nan disajikan oleh media sekuler nan dimotori oleh kaum kufar buat membodohkan dan memecahbelah umat muslim di tanah air jika kita tak bisa menyaring warta tersebut dengan cerdas.
Tempo koran bukanlah satu-satunya media warta nan ada di tanah air, masih banyak nan lainnya, sebut saja Republika, Kompas, Jawa Pos, dan lain-lainnya.
Tutup Mata dari Media Sekuler, Apakah Tempo Koran Salah Satunya?
Sejak beberapa tahun belakangan aku sudah menutup pikiran dari pemberitaan media sekuler di tanah air. Demi Allah, aku hanya ingin mendapatkan warta nan sahih tanpa rekayasa jurnalis dan wartawan nan malah mendatangkan mudarat kepada masyarakat, terlebih kepada masyarakat awam nan rata-rata berpendidikan rendah sehingga manut-manut atau percaya saja dengan semua pemberitaan nan disajikan media di bumi pertiwi.
Saya tetap mencoba buat memantau warta di internet, berharap menemukan sebuah sumber warta nan bisa dipercaya, warta nan murni sinkron dengan apa nan terjadi di lapangan, nan tak menipu dan berlebihan dalam bohong nan disajikan secara sengaja ataupun tidak.
Alhamdulillah, media Islam ialah jawaban dari permohonan aku buat sebuah warta nan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebut saja Ar- Rahmah, Voice of Islam, Era muslim, dan lain-lain. Semua warta nan mereka sajikan tidaklah mengada-ada, insya Allah.
Sejak hari itu aku menutup mata sepenuhnya dari pemberitaan media sekuler tanah air. Kenapa? Karena bukti konkret nan terjadi beberapa waktu nan lalu tentang aksi massa “Indonesia Tanpa Liberal” di bundaran HI nan berjumlah ribuan orang, tapi oleh media detik.com dan tempo interaktif memberitakan hanya berjumlah ratusan orang saja.
Inilah salah satu kelicikan para pengemis dollar lakantullah. Apakah seperti ini budi pekerti seorang muslim dalam menyebarkan warta kepada sesama saudara muslim? Apakah mereka lupa bahwa berbagi warta nan sahih ialah bagian dari dakwah buat mendapatkan ridha Allah dan menjadi pahala nan baik di sisi Allah? Mengapa pada kenyataannya mereka menggunakan media buat menyesatkan dan meracuni pikiran masyarakat dengan berita-berita bodoh nan penuh kelicikan.
Terakhir, sejak hadirnya warta itu aku semakin penasaran, Tempo Interaktif apakah juga bersaudaraan dengan Tempo Koran dan Majalah Tempo? Sungguh jika hal itu benar, terkutuklah mereka para pemberita nan telah menjadikan media sebagai jalan buat membohongi publik lewat warta nan disajikan.
Sebagaimana nan difirmankan oleh Allah di dalam Al Qur'an surat Al Hujurat ayat 6 nan artinya :
“Hai orang-orang nan beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya nan menyebabkan menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurot :6)
Oleh sebab itu, perlu Anda ketahui bahwa warta nan berasal dari orang fasiq harus diklarifikasi dan dianalisa dengan baik terlebih dahulu. Nah, apalagi jika warta tersebut berasal dari orang kafir dan murtad, apakah kamu juga akan menerima begitu saja pemberitaan mereka? Nauudzubillah mindzalik!
Peran Jurnalis dalam Pemberitaan di Media (TV, Koran, dan Radio)
Banyak masyarakat di pedesaan dan perkotaan nan berlangganan koran (mulai dari Republika, Tempo Koran, Kompas, dan banyak lainnya) demi mendapatkan kelanjutan warta nan berkembang seputar apa nan terjadi di tanah air.
Sebagai masyarakat awam, kita juga perlu mengetahui sedikit tentang kaidah dalam sebuah jurnalistik nan umum, yaitu dalam bidang jurnalistik selama mekanisme nan ditempuh sahih maka setiap warta nan diturunkan meskipun itu salah maka pekerja jurnalistik tak dapat disalahkan.
Dalam hal mekanisme nan ditempuh selama proses pemilihan nan menyangkut peliputan, proses meliput, penulisan, pemutusan di dewan redaksi, sampai kepada pemuatan berita, jurnalis tak dapat disalahkan meskipun warta nan dimuat mempengaruhi pemikiran konsumen media tersebut. Hmm, apakah hal ini dapat diterima dengan nalar sebagai seorang konsumen nan cerdas?
Satu hal lagi nan sangat perlu diketahui bahwa fungsi dari bidang jurnalistik itu salah satunya ialah dalam hal edukasi pemikiran. Semua media memiliki format edukasi nan mendukung bagi perkembangan pemikiran, tapi sangat sedikit nan memperhatikan kegunaan edukasi buat pemikiran dalam hal keagamaan.
Belakangan ini sangat banyak media nan berbelok haluan menjadi media sekuler, tapi sangat sedikit masyarakat nan menyadari hal ini sebab faktor pendidikan awam nan tak begitu mengambil pusing buat menganalisa warta nan ada. Bagi mereka nan krusial dapat mendengar warta dan mengetahui perkembangan kasus korupsi di tanah air, itu sudah lebih dari cukup. Sangat memprihatinkan jika hal ini dibiarkan berlarut-larut begitu saja.
Sebagai masyarakat Indonesia kita memiliki tanggung jawab buat membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan buat memperbodoh dan mengontrol pemikiran mereka dengan tipuan. Itulah hebatnya media sekuler nan mampu membungkus dengan sanagt rapi kejahatan pemikiran mereka buat membodohi konsumen nan polos sehingga mereka bisa meracuni pikiran konsumen.
Sejak meninggalkan tanah air, sesekali aku masih mencoba memantau perkembangan informasi lewat media detik.com dan tempo interaktif (berhubung tak dapat melacak warta dusta lainnya lewat Tempo Koran), rasa sedih sering menyelinap d hati sebab mendapati kemiringan warta nan tersaji di media tersebut.
Mohon maaf kepada para pembaca setia Tempo koran atau pun media sekuler lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, tapi racun nan mereka tebar lewat pemberitaan tersebut semakin menjangkiti pemikiran masyarakat.
Media Sekuler Tidak Objektif
Sudah menjadi misteri generik bahwa media sekuler tak objektif dalam menyajikan warta nan terjadi di lapangan dengan nan apa nan mereka beritakan. Hangatnya warta dusta nan disajikan oleh saudaranya Tempo Koran, yaitu Tempo Interaktif dan detik.com merupakan bukti konkret bagi kita semua tentang aksi massa Indonesia tanpa JIL.
Berikut ini contoh pernyataan dari detik.com tentang aksi massa “Indonesia Tanpa JIL” beberapa waktu lalu:
“Demo sekitar 150 orang massa dari Front Pembela Islam (FPI) membuat lalu lintas Bundaran HI macet parah. Massa memarkir motor dan mobil nan mereka gunakan di buat mencapai Bundaran HI diparkir di sekitar kawasan itu,” ungkap detik.com dalam lansirannya.
Secara logika kita dapat berpikir, bagaimana mungkin demo nan dilakukan oleh 150 orang bisa menyebabkan stagnasi nan parah? Tidak masuk akal. Itu ialah bukti kebohongan nan sangat jelas dari wartawan media sekuler.
Tidak jauh berbeda oleh apa nan disampaikan media sekuler lain, seperti Tempo Interaktif mengenai warta tersebut. Tentu saja warta tersebut membuat kekecewaan besar kepada mayoritas umat Islam nan anti liberalisme sebab pada faktanya aksi tersebut diikuti oleh ribuan Umat Islam.
Media Islam mutakhir yaitu Arrahmah.com ketika mewawancarai Munarman, SH di lokasi aksi mengatakan bahwa massa nan mengikuti aksi tersebut berjumlah sekitar 10.000 orang. Kenyataan nan memprihatinkan dan berdampak jelek terhadap perkembangan pemikiran masyarakat awam tentang berita-berita nan disajikan media sekuler sebab tak objektifnya penyampaian informasi nan mereka paparkan.
Kepada Anda nan cerdas, mari tutup mata terhadap media sekuler agar kita mendapatkan warta nan sahih dari media nan jujur. Arrahmah.com, VOA, era muslim ialah beberapa contoh media nan dapat memberikan kesadaran kepada umat muslim. Semoga artikel tentang Tempo Koran ini bermanfaat.