Contoh Puisi Kanon
Salah satu aliran sastra ialah puisi. Dalam catatan sejarah, puisi sudah dikenal berabad-abad lamanya. Puisi sudah dikenal sejak zaman Yunani-Romawi kuno. Di Indonesia, puisi merupakan pengembangan dari sastra lama, seperti gurindam, pantun, dan mantra.
Definisi atau pengertian puisi dari setiap pakar bisa berbeda-beda. Di antaranya, puisi bisa dimaknai sebagai ungkapan pikiran dan perasaan penyair. Diungkapkan dengan kata-kata nan tepat, indah, dan ditulis dalam bentuk bait dan baris. Kiranya pengertian puisi tersebut cukup buat mewakili pemahaman generik tentang batasan puisi.
Puisi Sebagai Aliran Sastra nan Bersifat Bebas
Setiap penyair boleh menuliskan puisi dengan gaya apa pun, dalam bentuk apa pun. Takada lagi suatu gaya nan harus dipatuhi oleh penyair. Setiap persoalan nan direvitalisasi di dalam puisi sugesti akan menuntut suatu gaya tersendiri, suatu bentuk tersendiri: mungkin suatu bentuk baru, atau sekadar pengulangan bentuk lama, mungkin juga perpaduan bentuk baru dan lama.
Maka, nan terpenting dalam puisi sugesti, bukanlah masalah bentuk dan gaya pengucapan, tetapi lebih kepada isi persoalan. Sebagai seorang penyair nan merdeka, maka sang penyair boleh menulis puisi dengan bentuk, gaya, dan kovensi keindahan apa pun, nan terpenting ia tahu apa isi persoalan nan hendak disampaikannya.
Menulis puisi ialah suatu usaha buat menemukan pengucapan puisi nan sugestif, asosiasi-asosiasi permutatif nan merangsang buat memerdekakan kesadaran, serta mencatat secara estetis sekaligus kritis setiap kesaksian di dalam situasi epikolonial nan begitu realistis terjadi. Juga suatu usaha buat mencoba merevitalisasi setiap kenyataan — menemukan kembali spirit pertama — dalam setiap mobilitas kebudayaan nan tidak sejenis di negeri ini.
Di dalam proses kreatif penciptaan puisi, kita bisa memasuki ruang-ruang ilmu pengetahuan, kebudayaan, filsafat, sains dan teknologi, empiris sosial dan politik, hingga religiusitas. Di samping itu, secara teknik, kita juga bisa mencoba berbagai bentuk pengucapan puitik, seperti ekspresionisme, surealisme, konkritisme, dan realisme kritis nan disublimasikan dengan kekuatan rimatik puisi-puisi pantun. Inilah nan disebut puisi sugesti oleh sastrawan. Semua bentuk pengucapan puisi nan ada, bukan lagi sesuatu nan esensial di dalam proses kreatif penciptaan puisi.
Penyair-penyair sugesti tak menulis puisi dari ilusi-ilusi fantasianisme, atau dari global bawah sadar, atau dari global mimpi nan samar-samar; sebaliknya mereka menulis puisi dengan berakar pada persoalan sehari-hari, persoalan nan ada di depan matanya, hidungnya, telinganya, pikirannya, dan emosinya.
Mereka menuliskan puisi dengan penuh kesadaran, pencerahan akan adanya penindasan, akan adanya struktur-struktur ketidakadilan, dan akan adanya epikolonialisme. Teknik-teknik permutasi, kalimat stakato, dan simulasi semiotik nan lahir dalam puisi sugesti, tak digunakan demi kepentingan keindahan bentuk semata, tetapi lebih kepada suatu perlawanan terhadap penguasaan makna nan telah diberikan oleh kebudayaan modernisme, semacam perlawanan kultural terhadap intervensi penafsiran logosentrisme nan makin bergeser menjadi konsep "positioning" di dalam global periklanan.
Jadi, di dalam puisi sugesti, setiap bentuk dan isi, gaya dan tema, semuanya dijiwai oleh suatu spirit sugesti, suatu spirit perlawanan terhadap intervensi kultural di dalam situasi epikolonial, spirit buat merdeka: berpikir merdeka, berkata merdeka, dan bertindak merdeka sebagai manusia.
Lain halnya dengan puisi sugestif, ada pula nan disebut puisi berestetika skizofrenia nan kelak diungkapkan oleh Ribut Wijoto dalam esainya nan membahas bagaimana Afrizal Malna membuat sebuah konstruksi bernada skizofrenik dalam kumpulan puisinya nan mayoritas bertema kematian. Hal ini merupakan hal baru nan dapat ditelaah sebagai pemunculan gejala estetik baru pada karya sastra bergenre puisi.
Puisi Sarat Akan Makna
Sebagai salah satu aliran sastra, puisi sangat berbeda dengan aliran sastra lain. Disparitas puisi dan aliran sastra lain bisa dilihat dari struktur dan isi. Secara tipologi, bentuk atau struktur puisi amat sederhana. Terdiri atas baris demi baris atau bait kalimat. Dapat dikatakan, bahasa dalam puisi padat dan singkat. Ada juga tipologi puisi nan unik, seperti puisi-puisi mbeling karya Sutardji Calzoum Bachri.
Sementara itu, aliran sastra lain, seperti cerpen, novel, dan drama bentuknya sudah merupakan uraian-uraian analitik atau dramatik dengan dialog-dialog antartokoh.
Dilihat dari segi isi, puisi sarat dengan makna sebab adanya pemadatan kata. Untuk mewakili ungkapan perasaan, penyair sering memadatkan kata lewat penggunaan diksi (pilihan kata). Biasanya, penyair sering menggunakan gaya bahasa atau majas. Oleh sebab itu, isi atau makna puisi dapat menjadi multitafsir, bergantung dari sudut pandang oleh siapa puisi itu dimaknai. Dapat jadi, pesan atau kesan nan diinginkan si penyair sama dengan pembaca, atau bahkan berbeda.
Persamaan dan disparitas pemaknaan sebuah puisi bergantung pada latar belakang seseorang. Latar belakang tersebut berupa pengalaman pribadi, lingkungan sosial, dan jenjang pendidikan.
Keindahan puisi juga bisa dilihat dari pilihan kata dan irama nan ditimbulkannya. Estetika sebuah puisi juga terlihat pada penggunaan ungkapan, majas, kiasan-kiasan, atau ketidaklengkapan dalam kalimat. Estetika sebuah puisi bisa terasa saat dibacakan melalui sebuah deklamasi. Estetika sebuah puisi akan lengkap jika apa nan dituangkan atau diungkapkan sarat akan pesan.
Contoh Puisi Kanon
Anda, meskipun bukan seorang penyair atau sastrawan, bisa menuliskan sebuah puisi walaupun hanya satu atau dua baris kalimat. Bahkan, dapat jadi puisi nan Anda tulis lebih bagus dibandingkan orang nan sudah terbiasa menulis puisi sebab puisi ialah ungkapan atau aktualisasi diri jiwa. Jadi, Anda pun bisa menulis puisi.
Puisi merupakan wahana pengungkapan perasaan nan bebas. Biasanya, orang nan sedang jatuh cinta atau patah hati sering menuangkan perasaannya melalui catatan harian. Di zaman sekarang, ungkapan perasaan seseorang bisa muncul pada status pribadi dalam jejaring sosial. Seorang sastrawan pernah berkata, “Jika ingin menulis sebuah puisi, sering-seringlah jatuh cinta”.
Dalam menulis puisi, jangan takut akan masalah tata bahasa baku. Karena puisi ialah kebebasan berekspresi, ungkapkanlah perasaan Anda dalam rangkaian kata demi kata nan mewakili perasaan. Pilihlah kata-kata nan bisa menggugah jiwa pembaca.
Berikut ialah contoh-contoh puisi kanon nan mendapatkan loka di dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Puisi berjudul "Angin" karya Sutan Takdir Alisjahbana dan Puisi "Panggilan Krisna" karya Armijn Pane ialah contoh puisi nan memberikan makna bagi kemajuan sastra dan budaya di Indonesia pada zamannya.
Angin
Angin,
Kata orang engkau mengerang,
bila menderu di pohon kayu
Selalu ngembara di mulia buana.
Aku tahu mereka tidak tahu
Mengapa sanak serlalu bergerak
Selalu gelisah selalu pindah
Selalu dikejar selalu mengejar.
Ah, angin,
Tiadakan tahu mereka segala,
girang gerak, suka ngembara
Kakinya berat tangannya sendat
Hatinya lumpuh angannya lesu.
Panggilan Krisna
Pandangan melayang dari samping patung,
Sepi candi, tanaman, gunung dan burung,
Bagai ciptaning rasa simpuh nekung,
Jiwaku tenang merenung ke tepi gunung,
Jebul terhampar memanah cahaya,
Terkuak kabut hilang melayang,
Terang gunung, tanaman dan candi,
Ayam berkokok menembus sepi,
Melambai-lambai puncak pohonan,
Terang benderang dalam jiwaku,
Terdengar memanggil Krisna di Kurusetra.