Sindikat Paspor Palsu di Balik Kasus Gayus
Anda tentu pernah mendengar kasus Gayus Tambunan. Ya. Dialah salah satu koruptor terbesar di Indonesia. Sejak kemunculannya, kasus Gayus telah menyedot perhatian publik. Terlebih, dengan predikatnya sebagai seorang terpidana korupsi nan masih bisa menjalani aktivitas secara bebas, seperti liburan ke luar negeri.
Jika ada pertanyaan, berapa banyak kasus korupsi nan sudah tercium hukum Indonesia? Sangat banyak. Kasus Gayus Tambunan hanyalah salah satunya. Sayangnya, berbagai kasus korupsi tersebut seakan mendapat penyelesaian nan lamban. Sebut saja kasus Edy Tansil nan tenggelam begitu saja seiring kaburnya sang koruptor.
Kasus Gayus – Semua Tentang Uang
Uang, uang, uang, dan lagi-lagi uang. Urusan uang memang seolah tak akan menemui batas akhir pembahasan. Setiap orang tentu sangat memerlukan uang buat mencukupi berbagai kebutuhan hidup. Persoalan nan kemudian muncul ialah fakta bahwa tak semua orang memiliki uang dalam jumlah cukup. Akhirnya, kejahatan nan berkenaan dengan penggelapan uang kian marak terjadi.
Memang cukup miris, Indonesia nan begitu terkenal sebagai negara kaya sumber daya alam ternyata tak mampu memperkaya penduduknya. Predikat kaya hanya milik mereka nan memang sudah beruntung terlahir dari keluarga kaya. Di daerah terpencil, kekayaan merupakan hal nan mustahil. Begitu banyak masyarakat nan hayati dalam kondisi serba kekurangan.
Lagi-lagi, semua itu sebab uang pemerintah nan tak merata penyebarannya. Penggelontoran dana nan seharusnya digunakan buat kesejahteraan rakyat justru dibelokkan ke kantung-kantung para petinggi. Padahal, mereka termasuk kategori orang nan sangat kaya tetapi merasa belum puas dengan jubelan uangnya hingga tega mencekik rakyat kecil.
Koruptor. Ya. Itulah sebutan paling cocok bagi orang-orang korup. Mereka ialah para pelaku korupsi uang rakyat demi kepentingan diri dan keluarganya. Anehnya, hukum pun seolah tumpul bagi para koruptor. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan leletnya penyelesaian perkara korupsi di negeri ini. Para penyidik seolah tunduk pada intervensi para koruptor dan uang haramnya.
Jangan Terlalu Membenci Gayus
Ketika disinggung mengenai kasus Gayus Tambunan, bisa dipastikan bahwa semua orang di negeri ini akan berkata “tidak” buat mafia pajak ini. Bagaimana tidak, uang pajak nan seharusnya dipakai buat membangun berbagai wahana dan prasarana negara malah dimasukkan ke kantung pribadi oleh seorang petugas pajak, Gayus Tambunan.
Menilik fakta nan demikian keji, kasus Gayus Tambunan sudah niscaya mengundang banyak hujatan dan kebencian dari seluruh rakyat Indonesia. Namun, sadarkah kita bahwa kasus Gayus bukan satu-satunya kasus korupsi terbesar di Indonesia? Kita tentu masih ingat dengan nama Edy Tansil nan dijuluki “garong gede”.
Ya. Edy Tansil ialah salah satu orang terkorup nan pernah hayati di negeri ini. Sayangnya, ia begitu licin hingga kasusnya tak pernah terselesaikan. Bahkan, kasus Edy Tansil boleh dibilang sudah tutup buku dan berganti dengan kasus Gayus.
Membenci seorang koruptor memang tindakan nan sangat wajar, bahkan absolut dilakukan. Namun, adilkah jika kita hanya membenci seorang pelaku korupsi itu? Tidak. Terutama dalam kasus Gayus, banyak sekali pihak-pihak nan terlibat dan mempermudah langkah Gayus buat mondar-mandir ke luar negeri serta menikmati berbagai fasilitas mewah di dalam sel.
Gayus Tambunan hanyalah seorang pegawai rendahan di Direktorat Jenderal Pajak, namun ia memegang peran sangat krusial sehingga tampil layaknya seorang pembesar serta memiliki bargaining power nan sangat kuat. Akhirnya, para petinggi negeri nan bertanggung jawab buat menyelesaikan kasus Gayus harus menyerah pada seorang Gayus. Termasuk, memperbolehkannya liburan ke luar negeri.
Peristiwa semacam ini tentu tak akan terjadi jika penegak hukum serta pihak lain terkait lebih tegas buat menghentikan langkah Gayus. Namun, apa mau dikata. Toh, pihak-pihak tersebut turut menerima dan menikmati genre uang haram Gayus. Akhirnya, Gayus dibiarkan berlaku sebebasnya daripada membongkar keterlibatan pihak tertentu.
Menutupi masalah dengan masalah. Ya. Itulah faktanya. Para penegak hukum memberi kebebasan pada Gayus buat bepergian ke mana pun semata-mata demi keamanan mereka. Jika sudah demikian, masih pantaskan kita hanya mengutuk Gayus Tambunan seorang? Bagaimana dengan pihak-pihak lain penerima suap Gayus nan notabene seorang koruptor?
Intinya, kebebasan nan didapatkan oleh seorang Gayus Tambunan tak semata-mata sebab kebobrokan seorang Gayus. Ada beberapa pihak nan turut terlibat di balik kasus Gayus sehingga seolah memberikan berbagai kemudahan bagi Gayus. Jika semua pihak penegak hukum sadar akan perannya sebagai pengayom masyarakat, mereka hendaknya dapat mematikan langkah dan kasus Gayus.
Sindikat Paspor Palsu di Balik Kasus Gayus
Keleluasaan Gayus Tambunan buat bepergian ke luar negeri disinyalir sebab penggunaan paspor palsu atas nama Sony Laksono. Paspor palsu itu tentu saja dibuat melalui jalur nan tak resmi. Dugaan kuat akan kepalsuan paspor tersebut dilatarbelakangi oleh pernyataan pihak imigrasi Jakarta Timur nan tak pernah mengeluarkan paspor atas nama Sony Laksono.
Hal tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa ada sindikat nan menukangi paspor palsu atas nama tersebut. Tim pemeriksaan pun memfokuskan inspeksi pada petugas imigrasi Bandara Soekarno Hatta nan saat itu bertugas sebagai petugas keberangkatan.
Kejanggalan pun terjadi. Sejak pembicaraan mengenai kasus Gayus nan kerap bepergian ke laur negeri, beberapa petugas imigrasi di Bandara Soekarno Hatta banyak nan tak masuk kantor. Bahkan, petinggi kantor tersebut mulai menghilang tanpa keterangan pasti.
Dengan demikian, kita bisa berasumsi bahwa salah satu pihak nan turut membantu kasus Gayus ialah badan imigrasi. Sungguh memprihatinkan. Betapa kasus Gayus Tambunan telah menyeret berbagai pihak, bahkan nan semestinya menghukum Gayus malah turut menikmati dana haramnya.
Kasus Gayus – Bukti Lemahnya Penegakan Hukum Indonesia
Tidak bisa disangkal, kasus Gayus Tambunan lagi-lagi semakin memperkuat asumsi masyarakat mengenai lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Sebelumnya, gambaran Polri di mata masyarakat memang sudah kurang baik terkait lambannya penyelesaian kasus hukum secara adil.
Munculnya kasus Gayus semakin memberburuk gambaran Polri di mata masyarakat Indonesia. Akhirnya, masyarakat sudah tak terlalu percaya terhadap kinerja Polri. Kasus Gayus pun hadir buat mempertegas rasa tak percaya masyarakat terhadap aparat hukum. Sebuah fakta nan cukup miris mengingat peran Polri sebagai pengayom masyarakat.
Pelajaran dari Kasus Gayus
Kasus Gayus memang sangat menyedot perhatian terkait aksinya dalam menimbun uang haram hingga miliaran rupiah. Namun, kasus Gayus ternyata menyimpan pelajaran berharga nan harusnya membuka mata rakyat dan para petinggi negeri ini. Berikut ini merupakan beberapa pelajaran berharga di balik kasus Gayus Tambunan.
1. Pelajaran dari Kasus Gayus – Pernyataan Gayus Tambunan
Gayus pernah melontarkan pernyataan, “Saya memang bukan orang baik, tetapi aku bukan penjahat.” Berdasarkan pernyataan tersebut, Gayus telah sukses membuktikan bahwa sebenarnya ia memiliki itikad baik dengan tak melarikan diri ke luar negeri seperti nan dilakukan Edy Tansil.
Meskipun kerap bepergian ke luar negeri dan ke luar kota di Indonesia, pada akhirnya Gayus selalu kembali ke dalam sel. Padahal, Gayus Tambunan dapat mengambil langkah serupa dengan Edy Tansil seandainya ia tak punya itikad baik dan mengakui kesalahan.
2. Pelajaran dari Kasus Gayus – Tamparan bagi Rakyat Indonesia
Selama menjadi tahanan Brimob, Gayus memang kerap bepergian ke luar negeri. Hal itu tentu menimbulkan kecaman dari rakyat Indonesia. Namun, sikap Gayus sebenarnya telah membuktikan bahwa ternyata masih banyak penjahat nan bisa disuap buat membuat paspor serta memberi kebebasan buat keluar tahanan.
Kasus Gayus ini pun telah membuktikan bahwa Indonesia memiliki begitu banyak pihak nan kebal hukum. Bahkan, orang-orang nan terlibat di balik keleluasaan Gayus buat pelesiran pun belum tentu dapat dihukum.
3. Pelajaran dari Kasus Gayus – Membuktikan Banyak Pihak nan Kebal Hukum
Kasus Gayus pun telah sukses membuktikan bahwa banyak pihak nan sebenarnya lebih parah dari seorang Gayus Tambunan. Pihak-pihak tersebut seharusnya dijerat sanksi nan berat, misalnya orang-orang pajak, pegawai imigrasi, pihak kepolisian, serta pihak lain nan tak pernah diusut sebab terlampau sibuk menghakimi Gayus.
4. Pelajaran dari Kasus Gayus – Banyak Kejujuran Diungkap Gayus
Terungkapnya kasus Gayus Tambunan telah sukses mengungkapkan berbagai fakta lain. Gayus pun mulai mengungkapkan kejujuran dengan mengakui keberangkatannya ke luar negeri serta menyuap pihak-pihak tertentu.
Kejujuran nan diungkap Gayus seharusnya menyadarkan masyarakat bahwa pihak-pihak nan menerima suap dari Gayus tak kalah jahat. Sayangnya, mereka tak diusut sebab ada pihak-pihak nan melindungi.
5. Pelajaran dari Kasus Gayus – Gayus Siap Dihukum Mati
Dalam persidangan kasus Gayus, Gayus Tambunan pernah mengatakan bahwa ia siap menerima sanksi wafat asalkan semua penjahat di Indonesia, termasuk nan menukangi kasusnya, benar-benar diberantas. Sebagai key person, Gayus tentu memiliki banyak bukti buat membongkar kasus korupsi di Indonesia.
Itulah beberapa pelajaran berharga di balik kasus Gayus nan seharusnya menjadi tamparan bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Artikel ini bukan berarti menunjukkan sikap pro terhadap kasus Gayus, melainkan sebuah pengungkapan fakta nan sebenarnya patut diketahui. Selanjutnya, bagaimana tanggapan Anda mengenai kasus Gayus?