Seputar Daftar Barang Impor Indonesia
Tahukah Anda daftar barang impor Indonesia ? Global perdagangan semakin kompetitif dewasa ini. Perjanjian perdagangan antarnegara juga semakin mempermudah melakukan transaksi. Pasar dunia dan perindustrian pun berjalan lebih bebas. Dalam kegiatan perdagangan antarnegara, kita mengenal adanya istilah ekspor dan impor. ekspor ialah kegiatan menjual barang ke luar negeri, sedangkan impor ialah membeli barang dari luar negeri.
Berbagai kemudahan dalam bertransaksi seperti perjanjian pembayaran nan saling menguntungkan dan tak membahayakan bagi kedua belah pihak seperti kesepakatan membuka Letter Of Credit (LC) dan pertukaran barang nan dibutuhkan di negara masing-masing serta kerjasama dengan pemerintah nan mengurangi bea impor bagi produk tertentu, semakin memicu tingginya lalu lintas perdagangan internasional.
Alasan mengimpor barang dari luar negeri antara lain ialah sebagai berikut.
- Barang-barang nan dibeli dari luar negeri sebagian merupakan barang nan memang kesulitan diproduksi dalam negeri atau belum ada industri nan memproduksi bahan impor ini namun keberadaannya sangat diperlukan buat sebuah proses produksi, misalnya zat kimia eksklusif buat produksi farmasi, suku cadang buat industri otomotif atau barang elektronik.
- Produk nan diimpor merupakan hasil kegiatan pertanian, perkebunan nan dihasilkan di negara asal sinkron dengan musim. Contohnya: buah pir, kurma, apel Washingotn, anggur red globe, jeruk Lookam.
- Bahan pokok buat kebutuhan hayati sehari hari nan semestinya dihasilkan sebagai produk pertanian dalam negeri namun sebab suatu hal (gagal panen sebab endemi besar atau musim nan tidak menentu) kesediaannya jauh dari ekspektasi pasar buat memenuhi permintaan konsumen, contohnya beras, bawang merah, bawang putih.
- Produk nan diimpor sebenarnya serupa dengan nan telah diproduksi di dalam negeri namun produk impor dinilai lebih menarik konsumen sebab ragam pilihan dan ciptaan nan ditunjukkan sehingga nilai jualnya pun lebih tinggi, contohnya alat tulis dan peralatan kantor/sekolah, mainan anak-anak, bahan tekstil, sepatu.
Seputar Daftar Barang Impor Indonesia
Berdasarkan jenis, kegunaan, manfaat, dan tujuan diadakannya barang dari luar negeri itulah, barang impor bisa dibagi dalam tiga garis besar, yaitu barang impor bahan baku, bahan kapital atau penolong, serta barang konsumsi.
Barang impor bahan standar dan barang kapital ini mencakup mesin besar, suku cadang hingga kendaraan built in dan pesawat terbang. Bahan kapital atau penolong contohnya zat adiktif buat proses produksi barang tertentu. Sedangkan barang konsumsi, selain produk pertanian dan perkebunan berbagai macam aksesori, mainan, juga produk pakaian serta kosmetik.
Data di Departemen Perindustrian dan APerdagangan menunjukkan bahwa selama semester awal di tahun 2012 (kurun waktu Januari – Agustus 2012), impor barang kapital mengalami pertumbuhan 28,6%, impor bahan standar atau penunjang tumbuh sebesar 6,9%, sedangkan impor bahan barang konsumsi sukses ditekan hingga hanya menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 1,8% dibandingkan periode nan sama setahun sebelumnya (Januari – Agustus 2011).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya di pertengahan tahun 2011, laju impor Indonesia pada bulan Mei 2012 tercatat mencapai angka sebesar US$17,04 miliar masih lebih besar dibandingkan jika ekspor Indonesia pada Mei 2012 nan hanya mencapai US$16,83 miliar. Bisa dikatakan neraca perdagangan Indonesia pada saat itu mengalami defisit.
Impor barang di Indonesia didominasi oleh produk nonmigas dengan data pada tahun 2012 sebagai berikut.
1. Mesin dan Peralatan Mekanik
Semester I-2012: nilai impor 13,95 miliar. Mesin dan peralatan mekanik nan diimpor ini biasanya ialah mesin berat buat keperluan produksi barang consumer goods hingga alat berat buat pertanian seperti traktor. Adakalanya barang impor ini merupakan bagian dari perjanjian nan dilakukan investor, proses produksi dilakukan di Indonesia namun mesin dan peralatannya harus didatangkan dari Negara tertentu
2. Mesin dan Peralatan Listrik
Semester I-2012: 9,47 miliar. Laju perindustrian nan sedemikian pesat turut menyumbang tingginya permintaan akan pengadaan mesin dan peralatan listrik sebab tak semua peralatan listrik bisa diproduksi di dalam negeri, hal ini juga biasanya dipengaruhi kebijakan dari investor serta spesifikasi produk eksklusif nan memerlukan peralatan dari mancanegara.
3. Besi dan Baja
Semester I-2012: 5,306 miliar. Seiring meningkatnya pembangungan infrastruktur di segala bidang, keberadaan akan besi dan baja terutama sangat dibutuhkan oleh industri nan bergerak di bidang konstruksi. Apalagi pabrik baja sekelas Krakatau steel dan Ispatindo berada di Indonesia dan sebagian bahan bakunya harus didatangkan dari luar negeri.
4. Kendaraan Bermotor dan Bagiannya
Semester I-2012: 4,93 miliar. Semakin maraknya pertumbuhan otomotif di Indonesia termasuk munculnya varian motor baru protesis non Jepang (dahulu Indonesia hanya mengenal sepeda motor nan identik dengan Jepang seperti Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Suzuki) impor kendaraan bermotor dan suku cadangnya menunjukkan kenaikan nan signifikan pula.
5. Bahan Kimia Organik
Semester I-2012: 3,57 miliar. Zat kimia organik ini biasanya dibutuhkan oleh industri makanan, farmasi hingga proses produksi pupuk.
6. Plastik dan Barang dari Plastik
Semester I-2012: 3,52 miliar. Seperti nan kita ketahui, produk plastic rumah tangga semakin diminati konsumen sebab relative lebih awet, tahan lama dan perawatannya pun mudah.
7. Pesawat Terbang dan Bagiannya
Semester I-2012: 2,35 miliar. Meski sempat memiliki PT. Dirgantara Indonesia nan terbukti mampu memproduksi pesawat CN 235, buat memenuhi permintaan industri jasa penerbangan, pesawat terbang dan suku cadangnya harus diimpor sebab pesawat penumpang sekelas Boeing hingga Sukhoi masih diproduksi di manca Negara.
8. Barang dari Besi dan Baja
Semester I-2012: 2,30 miliar. Barang dari besi dan baja nan masih harus diimpor antara lain ialah sekrup, pegas dan bagian-bagian eksklusif buat produk elektronika.
9. Serealia
Semester I-2012: 1,72 miliar. Impor serealia ini berkaitan dengan pesatnya industri makanan di Indonesia, dari pabrik tepung hingga produksi roti dan sereal siap saji.
10. Pupuk
Semester I-2012: 1,54 miliar. Meski terdapat pabrik pupuk di Indonesia namun produksinya masih jauh dari sasaran buat memenuhi kebutuhan pupuk nasional.
Sebagai perbandingan, nilai impor Indonesia pada bulan Maret 2013 menunjukkan trend penurunan sebesar 4,01% disbanding pada bulan Februari 2013 atau setara dengan USD 14,70 miliar.
Namun, nilai impor buat sektor minyak dan gas (migas) justru tercatat mengalami peningkatan nan cukup signifikan. Data BPS menunjukkan bahwa pada bulan Maret 2013, nilai impor migas mencapai angka USD 3,71 miliar atau naik 1,72% atau setara dengan USD 0,07 miliar.
Selain produk nan tercatat di atas, data dan catatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Badan Pusat Statistik memaparkan fakta bahwa barang nan diimpor menunjukkan bertentangan dengan harapan tersendiri. Seperti contohnya impor beras, gula, garam, buah, daging sapi hingga batik!
Sebagai negara berkembang nan memiliki potensi cukup besar buat meningkatkan produksi dalam negeri, ditunjang dengan kekayaan alam nan begitu luas, Indonesia diharapkan mampu memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Sungguh ironis dalam kenyataannya beberapa produk nan seharusnya bisa dihasilkan secara optimal di dalam negeri terpaksa harus diimpor dan membuat kita bertanya-tanya apa nan telah terjadi pada negeri ini.
Sebagai contoh ialah saat Indonesia mengimpor beras dari Thailand, Kamboja, dan Vietnam, mengimpor gula dari negara lain, padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan luas huma pertanian mencapai 15 juta ha. Namun hasil produksinya masih kurang buat mencukupi jumlah penduduknya. Puluhan Pabrik gula di Indonesia, huma tebu nan melimpah ternyata tak mampu mencukupi produksi dalam negeri dengan alasan kurangnya pabrik rafinasi.
Di saat petani garam di Madura menjerit sebab harga jual garam nan dinilai tak mampu bersaing dengan taraf inflasi, data di BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012, Indonesia telah mengimpor garam sebesar 2,2 juta ton dengan nilai nan mencapai US$ 108 juta dengan negara pemasok garam primer ialah Australia (sebanyak 1,6 juta ton dengan nilai US$ 80,9 juta), disusul India (sebesar 566 ribu ton setara US$ 25,4 juta), dan Selandia Baru sebesar 1.574 ton dengan nilai US$ 596 ribu. Tak ketinggalan China sebesar 5.981 ton setara US$ 475 ribu dan Jerman dengan 429 ton setara US$ 362 ribu.
Lebih bertentangan dengan harapan lagi, batik nan dibanggakan sebagai produk Indonesia nan mendunia ternyata sebagian produknya dicetak di negara China seperti data BPS nan menunjukkan bahwa sepanjang 2012 tercatat 1.037 ton produk batik masuk dari China ke Indonesia nan setara dengan 285 miliar rupiah.
Sadar bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia nan berlimpah, tentu kita berharap bahwa secara bertahap pembangunan dan pertumbuhan industri serta sektor pertanian di negara kita akan mampu bangkit mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kita tidak perlu menunggu satu dasawarsa lagi buat menjadikan produk lokal merajai negeri sendiri.
Itulah ulasan seputar daftar barang impor Indonesia. Cintailah produk-produk dalam negeri!