Kuil Dewa Surya

Kuil Dewa Surya

Surya ialah matahari. Tentunya kita akan menjawab dengan impulsif ketika ada nan bertanya apa arti surya? Kata surya sebenarnya berasal dari India, dan konsep tentang surya memiliki tradisi nan sangat tua di dalam masyarakat tersebut. Surya dalam bahasa India berarti cahaya nan paling tinggi atau "Supreme Light". Suraya atau Phra Athit merupakan dewa paling tinggi dalam tradisi Hindu.

Dalam tradisi tersebut, Surya dikenal sebagai dewa dengan rambut dan senjata perangnya nan terbuat dari emas. Secara generik Surya bermakna matahari. Dewa Surya dikatakan berkendara ke surga dengan kereta nan ditarik oleh tujuh ekor kuda atau seekor kuda berkepala tujuh nan mewakili tujuh rona pelangi atau tujuh cakra. Hari buat mengagungkan Dewa Surya ialah hari Minggu.

Di India, patung Dewa Surya kadang ditemukan dengan dua teratai nan dipegang di kedua tangannya. Kadang Dewa Surya juga digambarkan memiliki empat tangan nan masing-masing memegang kembang teratai, cakra, keong, dan tongkat.



Penyembahan Dewa Surya

Di seluruh India, surya disembah dalam berbagai bentuk. Di India Utara dan Timur, surya disebut sebagai "Arka". Candi-candi nan dibangun buat menyembah Arka misalnya Candi Konarka di Orissa, Candi Uttararka dan Lolarka di Uttar Pradesh, dan Candi Balarka di Rajasthan.

Pada awal abad ke-10 pernah dibangun kuil Dewa Surya nan disebut Balarka Surya Mandir, nan didirikan oleh Raja Tilokchand Arkawanshi. Sayangnya kuil ini hancur pada saat invansi Turki. Selain dikenal sebagai Arka, Surya juga sering disebut sebagai 'Mitra" nan berarti teman. Para penyembah genre kawan ini terutama dapat ditemukan di Gujarat.

Dalam tradisi Hindu juga terdapat sebuah kelompok nan terbiasa melakukan ibadah menyembah Dewa Surya nan dilakukan pada saat matahari terbit. Tradisi ini dikenal sebagai Surya Namaskara, nan bermakna memberi salam kepada matahari. Terdapat sepuluh gerakan yoga nan diasumsikan sebagai gerakan mengalir nan runtut buat menyelesaikan satu namaskar.

Setidaknya ada dua belas mantra kudus Hindu nan didaraskan bergiliran selama upacara penyembahan berlangsung. Kedua belas mantra buat menyembah Dewa Surya itu ialah aum mitrāya namah, aum ravayé namah, aum sūryāya namah, aum bhānavé namah, aum khagāya namah, aum pushné namah, aum hiranyagarbhāya namah, aum mārichāyé namah, aum ādityāya namah, aum sāvitré namah, aum ārkāya namah, aum bhāskarāya namah.



Surya dalam Cerita Rakyat Bangsa India

Dalam cerita rakyat bangsa India, Dewa Surya diceritakan memiliki tiga ratu yaitu Saranyu (juga disebut Saraniya, Saranya, Sanjna, atau Sangya), Ragyi, dan Prabha. Saranyu ialah ibu dari Vaivasvata Manu atau Manu Sraddhadeva, Yama kembar Yami nan merupakan anak kembar. Dalam Ramayana, Surya digambarkan sebagai ayah dari Raja Sugriwa, nan membantu Rama dan Lakshmana dalam mengalahkan raja iblis, Rahwana. Dia juga melatih Hanuman sebagai gurunya.

Para Suryavanshi / Suryavansha dinasti raja-raja, Rama menjadi salah satu dari mereka, juga mengklaim keturunan dari Surya. Dalam Mahabharata, Putri Kunti menerima instruksi dari Durwasa nan bijak buat mengucapkan sebuah mantra nan akan memanggil dewa apapun dan memiliki anak darinya.

Untuk menjajal kekuatan mantra ini, Kunti mengucapkan mantra ini dan memanggil Dewa Surya. Tetapi ketika Surya muncul, Kunti merasa takut dan meminta dia buat kembali. Namun, Surya memiliki kewajiban buat memenuhi mantra sebelum kembali. Surya mampu membuat Kunti hamil tanpa menodai keperawanannya. Kunti kemudian melahirkan seorang anak nan diberi nama Karna, nan tumbuh menjadi salah satu tokoh sentral dalam pertempuran besar di Kurukshetra.

Dalam astrologi bangsa India, Surya dianggap mewakili jiwa, haus kekuasaan, ketenaran, mata, kesehatan umum, keberanian, kerajaan, ayah, orang nan disegani dan memiliki kekuasaan. Surya memiliki asosiasi sebagai berikut:

  1. warna - tembaga atau merah
  2. logam - emas atau kuningan
  3. batu permata - ruby
  4. arah - timur dan musim musim panas.

Padi-padian nan terkait dengan Dewa Surya ialah gandum.



Kuil Dewa Surya

Ada banyak sekali kuil Dewa Surya di seluruh India. Yang paling terkenal ialah situs Warisan Global yaitu Kuil Sun, Konark, dan Orissa. Selain Konark, ada kuil matahari dua di Orissa disebut Biranchi Narayan Sun Temple di Buguda, Ganjam, dan Kuil Biranchinarayan, Palia, Bhadrak.

Ada pula Kuil Surya di Modhera, Gujarat, dibangun oleh Raja Bhimdev dari dinasti Solanki. Sementara itu Kuil Surya di Martand di Jammu dan Kashmir dan kuil di Multan merupakan beberapa contoh kuil nan telah hancur.

Masyarakat Gujarat memiliki banyak Kuil Surya nan didirikan selama periode abad pertengahan. Kuil matahari nan dikenal sebagai Jayaditya dibangun oleh Gurjar raja Nandipuri, Jayabhatta. Kuil ini terletak di dekat Kotipura Kapika di Bharukachha. Candi Surya di Bhinmal dikenal sebagai Jagaswami.



Festival Dewa Surya

Penghormatan terhadap Dewa Surya juga diwujudkan dalam berbagai festival di India. Makara Sankaranthi ialah festival nan paling generik dirayakan oleh masyarakat Hindu di India. Orang-orang berterima kasih kepada Dewa Surya buat menjamin panen nan baik dan mendedikasikan butir pertama kepadanya.

Festival Hindu lainnya nan didedikasikan buat Surya ialah Chhath. Festival ini diyakini dimulai oleh Karna, putra dari Surya, nan menjadi seorang pejuang besar dan berperang melawan Pandawa dalam Perang Kurukshetra.

Sementara itu Samba Dashami merupakan festival dirayakan di negara bagian pantai timur Orissa, India. Festival ini diselenggarakan sebab putra Kresna bisa disembuhkan dari kusta dengan berdoa kepada Surya.

Ada pula festival Ratha Saptami ialah festival Hindu nan jatuh pada hari ketujuh (Saptami) dari setengah terang bulan Maagha Hindu. Hari ini juga dikenal sebagai Surya Jayanthi sebab merayakan kekuatan dari Dewa Matahari nan diyakini penjelmaan Dewa Wisnu.

Dewa Wisnu dalam bentuk sebagai Surya biasanya disembah pada hari tertentu. Biasanya, Rathasapthami dimulai di rumah masing-masing dengan mandi buat membersihkan jiwa raga, dengan menggunakan daun calotropis di kepala seseorang dan bahu saat mandi dan menyanyikan sebuah ayat buat memohon kebaikan Sang dewa.



Dewa Surya di Berbagai Peradaban Kuno

Selain dalam tradisi bangsa India, surya atau matahari juga disembah dalam berbagai kebudayaan antik dunia. Di Mesir, dikenal istilah Dewa Ra atau Re nan berarti dewa matahari. Banyak gambar cakram ditemukan dalam heliograf, nan diyakini sebagai simbol dari dewa matahari.

Masyarakat Mesir antik percaya bahwa Dewa Ra melintasi langit pada saat siang hari dengan menunggang kereta perang. Raja Mesir atau Faraoh juga diyakini mendapat konservasi dari Dewa Ra. Sementara itu bangsa Yunani mengenal surya sebagai Helios.

Dalam kebudayaan Romawi biasa menyebutnya sebagai Sol Invictus. Helios juga diceritakan sebagai sisi nan berbeda dari Dewa Apollo. Kisah Dewa Helios menunggang kereta perang nan melintasi angkasa juga hampir mirip dengan kepercayaan masyarakat Mesir antik tentang Dewa Surya.

Dewa Helios bermahkotakan lingkaran halo nan sangat terang dan tugasnya ialah memberikan cahaya dari surga buat bumi. Dalam tradisi bangsa Inca juga melakukan penyembahan terhadap dewa matahari atau surya, nan disebut sebagai Inti, nan merupakan dewa paling tinggi nan mereka yakini.

Suku Inca percaya bahwa peradaban mereka diturunkan langsung oleh Dewa Inti (Dewa Surya) melalui anaknya Manco Capac, nan merupakan Raja Inca nan pertama kalinya. Maka tidak heran jika masyarakat Inca menganggap bahwa mereka ialah anak-anak matahari. Upacara besar tahunan menyembah dewa matahari niscaya mereka gelar dengan mempersempahkan berbagai hasil bumi.

Bangsa Maya dan suku Aztec juga menyembah Dewa Surya. Dalam kebudayaan Maya, dewa matahari disebut sebagai Kinich-ahau. Sementara suku Aztec menyembah dewa perang nan disimbolkan sebagai matahari, nan disebut sebagai Huitzilopochtli. Dewa Huitzilopochtli bertugas mengenyahkan kegelapan nan menyelimuti langit sehingga datanglah siang hari, buat membedakannya dengan malam hari.

Terdapat pengorbanan manusia dalam peradaban suku Aztec, yaitu dengan memberikan persembahan jantung manusia setiap harinya agar Dewa Huitzilopochtli (Dewa Surya) terus dapat melaksanakan tugasnya memberi terang bagi bumi.

Bangsa Jepang tak dapat dilupakan dalam hal penyembahan terhadap matahari. Bahkan negara mereka pun dijuluki sebagai negeri matahari terbit. Agama orisinil Jepang nan menyembah Dewa Surya ini disebut Shintoisme, dengan dewa mataharinya nan disebut Amaterasu. Kepercayaan ini masih kental dipraktikkan masyarakat Jepang hingga hari ini.



Pemanfaatan Energi Surya

Pada dasarnya dan dalam arti nan luas, energi nan berasal dari sang surya bukan saja terdiri atas penyinaran langsung oleh pancaran matahari ke bumi, akan tetapi sebenarnya termasuk seluruh imbas tak langsung, seperti tenaga air, tenaga angin dan energi dari laut. Bahkan juga termasuk segala macam bentuk energiyang berasal dari biomassa dan energi surya .

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pemanfaatan energi nan berasal dari pancaran energi surya secara langsung, atau bisa juga dikatakan sebagai energi surya langsung. Dalam aplikasi pemanfaatan energi surya, bisa dibedakan menjadi tiga cara:

  1. Cara pertama ialah dengan prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar-sinar surya memanasi langsung benda nan akan dipanaskan, atau memanasi secara langsung mediator atau medium, misalnya air nan akan dipanaskan. Kemudian air panas tersebut bisa digunakan buat mandi.
  2. Cara kedua bisa juga dengan pemanasan air oleh tenaga surya, namun air tersebut tak langsung digunakan, melainkan dilakukan konversi energi listrik dari panas air tersebut.
  3. Cara ketiga ialah dengan cara fotovoltaik. Dengan cara ini maka energi surya langsung dikonversi menjadi energi listrik.


Surya - Pemanasan Langsung dari Energi Surya

Pemanasan energi surya secara langsung telah dikenal oleh manusia sejak zaman dahulu. Pemanfaatan energi surya ini tak membutuhkan peralatan tambahan. Anda pun sering melihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh nan paling generik ialah kegiatan menjemur pakaian. Sedangkan contoh dalam bidang industri ialah pembuatan ikan kering dan membuat garam dari laut. Dengan cara pemanasan langsung dari energi surya ini, suhu nan diperoleh tak akan melampau 100 derajat Celcius.

Efektivitas pemanfaat energi surya dengan cara pemanfaatan langsung bisa ditingkatkan jika menggunakan pengumpul-pengumpul panas nan biasa disebut kolektor. Sinar-sinar matahari dikonsentrasikan dengan kolektor ini pada suatu tempat, sehingga diperoleh suatu suhu nan lebih tinggi. Bentuk kolektor bisa bermacam-macam, diantaranya ialah kolektor pipih atau bentuk datar, kolektor parabolik silindris, kolektor parabolik bulat dan kompor surya dengan cermin parabolik.

Prinsip kompor surya merupakan landasan dari kolektor parabolik bulat. Kompor surya dengan cermin parabolik memang cukup menarik, namun kendalanya ialah orang nan memasak harus melakukan kegiatannya di panas terik matahari. Pada saat ini penggunaan terbanyak dari sistem-sistem pemanasan dengan memanfaatkan energi surya secara langsung ini ialah buat pemanasan air kolam dan air buat mandi.



Konversi Suya Termis Elektris

Teknologi nan cukup mempunyai potensi ialah Konversi Surya Termis Elektris (KSTE) atau Solar Thermal Electric Conversion (STEC) . Pada prinsipnya KSTE membutuhkan suatu konsentrator optik buat memanfaatkan radiasi surya. Konsentrator optik ialah suatu alat nan berfungsi buat menyerap energi nan dikumpulkan, suatu sistem pengangkut panas, dan suatu mesin nan agak konvensional buat pembangkitan tenaga listrik.

Pada tahun 1920, sistem KSTE besar ini pertama kali dibuat di Meadi, Mesir dengan kapasitas 45 kW. Tungku surya nan dibangun di Odeillo, Perancis, mempunyai suatu instalasi dari 1000 kW. Dua perusahaan swasta, yaitu Ansaldo di Italia dan MBB di Republik Federal Jerman bekerja sama buat membuat instalasi KSTE berlandaskan rancangan dari Profesor Francia, dengan unit-unit hingga 1 MW listrik, buat dijual secara komersial.

Diperkirakan bahwa suatu unit KSTE dari 100 MW listrik mempunyai 12500 heliostat dengan permukaan masing-masing seluas 40 meter per segi, suatu menara penerima setinggi 250 meter nan memikul suatu penyerap buat membuat uap bagi suatu turbin selama enam hingga delapan jam sehari. Rancangan-rancangan Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) dilengkapi dengan suatu boiler biasa agar sentral listrik bekerja siang dan malam.



Konversi Energi Surya dengan Fotovoltaik

Energi radiasi surya bisa diubah menjadi arus listrik searah dengan memakai lapisan-lapisan tipis dari silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya. Namun silikon merupakan bahan nan banyak digunakan, selain itu silikon juga banyak terdapat di alam. Demi keperluan sebagai semikonduktor, maka silikon harus dimurnikan hingga suatu taraf pemurnian nan sangat tinggi, yaitu kurang dari satu atom pengotoran per 10 pangkat 10 atom silikon.

Sel surya fotovoltaik merupakan suatu alat nan bisa mengubah energi sinar surya secara langsung menjadi energi listrik. Pada dasarnya sel surya tersebut merupakan suatu dioda semikonduktor nan bekerja menurut suatu proses spesifik nan dinamakan proses tak seimbang ( non-equilibrium process ) dan berlandaskan imbas ( photovoltaic effect ).

Umumnya, dalam proses ini suatu sel surya menghasilkan tegangan antara 0,5 hingga 1 volt, tergantung intensitas cahaya dan zat semikonduktor nan digunakan. Sel-sel surya dihubungkan satu sama lain, sejajar dan atau dalam susunan seri, tergantung dari kebutuhan buat menghasilkan daya dengan kombinasi tegangan dan arus nan dikehendaki. Daya guna konversi energi radiasi surya menjadi energi listrik berdasarkan imbas fotovoltaik sudah mencapai kurang lebih 25%. Sehingga produksi daya listrik nan maksimal bisa dihasilkan oleh sel surya berjumlah 250 watt per meter persegi. Sehingga luas satu hektar bisa menghasilkan daya listrik 2,5 MW.

Jika ingin menghasilkan 100 MW maka dibutuhkan luas 40 hektar. Dan buat mendapatkan daya 1000 MW atau 1 GW tinggal dikalikan saja 10 menjadi 400 hektar. Terlepas dari masalah harga sel surya fotovoltaik pada umumnya tak akan bisa dimanfaatkan buat sistem-sistem besar bagi penggunaan di permukaan bumi, karena luas wilayah nan diperlukan terlalu besar. Maka dari itu pemakaian sel surya fotovoltaik akan terbatas pada sistem-sistem nisbi kecil, terutama di loka terpencil atau buat penggunaan-penggunaan khusus.

Jika listrik tenaga surya itu ditempatkan pada suatu satelit nan berada pada suatu orbit. Maka pada suatu satelit nan diperkirakan bergerak di luar geosfer secara sesuai dengan gerakan bumi, terpasang pusat listrik tersebut. Sehingga diperoleh tiga keuntungan. Pertama, bahwa intensitas radiasi surya di luar geosfer jauh lebih tinggi, yaitu hingga enam kali daripada di permukaan bumi. Kedua, persolanan luas loka tak lagi menjadi masalah. Ketiga ialah kemampuan satelit menerima energi matahari selama hampir 24 jam sehari. Dari pemikiran tersebut, maka pusat listrik tenaga surya satelit (PLTSS) itu mentransmisikan energi nan diterimanya ke suatu stasiun eksklusif nan terletak di permukaan bumi buat dikonversi menjadi tenaga listrik.

Sel-sel surya pada PLTSS mengubah energi surya menjadi energi listrik, nan kemudian diubah lagi menjadi energi dalam bentuk gelombang mikro ( microwave ) atau laser. Penelitian dan pengembangan secara intensif dilakukan oleh berbagai lembaga, antara lain di Amerika Perkumpulan oleh Department of Energy (DOE) dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) , nan mempelajari pembuatan suatu PLTSS raksasa dengan daya terpasang 5.000 MW atau 5 GW. Dalam PLTSS ini, sel-sel surya dijajarkan pada suatu loka seluas lk 60 kilometer persegi, nan akan menyerap sebanyak 800 juta kW tenaga surya. Dengan efisiensi 20% maka 160 juta MW nan bisa ditransmisikan ke bumi.

Dalam rancangan ini energi listrik diubah menjadi energi gelombang mikro nan ditransmisikan melalui antena-antena raksasa nan mempunyai diameter sepanjang 1 kilometer. Stasiun bumi akan mempunyai antena penerima spesifik nan berbentuk elips buat menyearahkan. Antena penerima tersebut dinamakan rektena ( receiving-rectifying antenne, rectenna ). Dengan areal seluas lk 40 kilometer persegi, maka stasiun bumi akan bisa mengkonversikan 5 hingga 10 MW daya listrik. Jika Anda ingin mencari solusi tenaga listrik nan ramah lingkungan maka salah satu alternatifnya ialah menggunakan energi surya.