Teori Organisasi Klasik 2 - Teori Administrasi

Teori Organisasi Klasik 2 - Teori Administrasi

Tahukah Anda bahwa, alam semesta ini tercipta sebagai suatu sistem organisasi nan nan sangat besar dan sangat teratur. Kerapian sisitem kehidupan bisa kita ketahui mulai dari taraf ekuilibrium nan besar hingga pada taraf ekuilibrium nan sekecil-kecilnya. Ruapanya melalui hal ini Tuhan mengajarkan kita buat membuat tatanan organisasi nan baik kepada manusia. Tuhan tahu bahwa, manusia kelak akan hayati dalam perkembangan nan sangat pesat sehingga membutuhkan teori organisasi nan baik. Ketika manusia sudah semakin maju dan banyak hal nan harus diurus, tentu kebutuhan pokoknya dalah organisasi nan baik.

Peradaban manapun membutuhkan keteraturan, tak dapat rambang dan kacau. Kekacauan ialah kerusakan, itu berarti sistem nan tak berjalan dengan semestinya. Dalam global nan semakin komplek, kebutuhan akan organisasi semakin menetukan kemajuan. Banyaknya tantangan baru nan muncul dengan semakin luasnya instrumen kehidupan, memberi manusia dorongan buat mengelola segala sesuatunya dengan suatu sisitem nan baik, maka teori organisasi pun mengalami pertumbuhannya dari masa ke masa. Oleh karena itu, mari kita pelajari tentang evolusi teori organisasi berikut ini.

Teori organisasi merupakan teori nan mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi. Salah satu kajian teori organisasi, di antaranya membahas tentang bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang di dalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut.

Teori organisasi pertama kali muncul pada abad ke-19 sebab pengaruh Revolusi Inggris. Secara umum, teori organisasi merupakan rangkuman konsep, ikhtisar, tinjauan, dan pendapat nan berkaitan dengan metode pemecahan masalah organisasi agar mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Berdasarkan perkembangan nan dialaminya, teori organisasi selalu mengalami evolusi dari masa ke masa. Secara garis besar, evolusi teori organisasi dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yakni teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern.



Teori Organisasi Klasik

Teori organisasi nan berkembang mulai awal abad ke-19 digolongkan ke dalam teori organisasi klasik atau disebut juga "teori tradisional" atau "teori mesin". Pada masa ini, organisasi divisualisasikan sebagai sekelompok orang nan membentuk lembaga. Tiap-tiap bagian organisasi tersebut memiliki spesialisasi dan sentralisasi dalam tugas dan wewenang.

Dalam teori organisasi klasik ini, dinyatakan bahwa sebuah organisasi terdiri atas empat unsur pokok, yakni sebagai berikut.

  1. Kegiatan nan tersistem dan terkoordinasi.
  2. Adanya sekelompok orang dengan spesialisasi tertentu.
  3. Kerja sama antara sekelompok orang dengan spesialisasi nan berbeda.
  4. Adanya kekuasaan dan kepemimpinan nan mengendalikan sistem tersebut.

Para penganut teori organisasi klasik meyakini bahwa organisasi bergantung pada kekuasaan, saling melayani, doktrin, dan disiplin. Teori organisasi klasik kemudian berkembang menjadi tiga aliran, yaitu teori birokrasi, administrasi, dan manajemen ilmiah.



Teori Organisasi Klasik 1 - Teori Birokrasi

Teori organisasi birokrasi berkembang dalam ranah ilmu sosiologi dan menekankan pada aspek legal-rasional. Sah dalam hal ini dimaknai sebagai bentuk wewenang nan dirumuskan dengan jelas berkaitan dengan anggaran mekanisme dan peranan masing-masing elemen. Sementara rasional, mengacu pada suatu tujuan nan jelas dan ditetapkan bersama.

Salah satu tokoh pengusung teori organisasi klasik ialah Max Weber (21 April 1864-14 Juni 1920), seorang pakar ekonomi politik dan sosiolog Jerman. Dalam salah satu karyanya nan terkenal, The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism dan The Theory of Social and Economic Organization , Weber menjelaskan mengenai ciri birokrasi nan tersusun atas hal-hal berikut ini.

  1. Pembagian kerja.
  2. Hirarki wewenang.
  3. Program rasional.
  4. Sistem prosedur.
  5. Sistem anggaran hak kewajiban.
  6. Hubungan antarpribadi nan bersifat impersonal.


Teori Organisasi Klasik 2 - Teori Administrasi

Teori administrasi dalam teori organisasi klasik menekankan pada aspek makro dan praktik langsung manajemen. Beberapa tokoh pengusung teori administrasi ialah Henry Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, serta James D. Mooney dan Allen Reily dari Amerika.

Dalam buku Admistration industrtrielle et Generale karya Henry Fayol (terbit 1916), misalnya, industrialis asal Prancis itu menyebutkan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial bisa dibagi menjadi 6(enam) kelompok, yakni:

  1. kegiatan-kegiatan teknikal;
  2. kegiatan-kegiatan komersial;
  3. kegiatan-kegiatan financial;
  4. kegiatan-kegiatan keamanan;
  5. kegiatan-kegiatan akutansi; dan
  6. kegiatan-kegiatan manajerial.

Selain itu, Fayol juga menyatakan bahwa terdapat 14 dasar nan menjadi kaidah perkembangan teori administrasi. Kaidah manajemen tersebut terdiri atas pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, mendahulukan kepentingan umum, balas jasa, sentralisasi, rantai skalar, tata tertib, keadilan, kelanggengan personalia, inisiatif, dan semangat korps.

Sementara itu, James D Mooney dan Allen Reilly berpendapat bahwa koordinasi memegang peranan krusial dalam sebuah perencanaan organisasi. Sebuah organisasi harus menerapkan tiga prinsip utama, yakni sebagai berikut.

  1. Prinsip koordinasi.
  2. Prinsip skalar dan hirarki.
  3. Prinsip fungsional.


Teori Organisasi Klasik 3 - Teori Manajemen Ilmiah

Berbeda dengan teori administrasi, manajemen ilmiah lebih memusatkan teori organisasi pada aspek makro organisasi. Teori ini banyak berkembang di Mesir, Cina, dan Romawi.Salah satu tokoh pengusung teori ini, FW Taylor, memberi definisi teori manajemen ilmiah sebagai seperangkat prosedur buat meningkatkan efesiensi kerja.

Lebih jauh, FW Taylor menjelaskan bahwa organisasi memiliki empat kaidah, yaitu sebagai berikut.

  1. Metode-metode kerja dalam praktik mulai digantikan dengan berbagai metode nan dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja ilmiah nan benar.
  1. Agar memungkinkan para karyawan bekerja sebaik-baiknya sinkron dengan spesialisasinya, perusahaan harus rutin mengadakan seleksi, latihan-latihan, dan pengembangan para karyawan secara ilmiah,
  1. Agar para karyawan memperoleh kesempatan buat mencapai taraf upah nan tinggi, sementara manajemen bisa menekan biaya produksi menjadi rendah, pengembangan ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan.
  1. Perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya buat menimbulkan suasana kolaborasi nan baik dan tercapainya kegunaan manajemen ilmiah.


Teori Organisasi - Teori Neoklasik

Aliran teori organisasi Neoklasik muncul sebagai dampak dari ketidakpuasan terhadap teori organisasi klasik, ketiga teori organisasi nan tergabung dalam teori organisasi klasik tersebut dinilai sangat kaku dan mengabaikan interaksi manusiawi. Teori organisasi neoklasik memberi perhatian spesifik pada aspek psikologis dan sosial pada diri anggota organisasi, baik sebagai individu maupun kelompok kerja.

Salah satu pencetus teori ini ialah Hugo Munsterberg, tertuang dalam bukunya, Psychology and Industrial Effeciency nan terbit pada 1913, dan dinilai sebagai rantai penghubung evolusi teori manajemen ilmiah menuju neoklasik.



Teori Organisasi - Teori Modern

Teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik ternyata dinilai belum memuaskan buat tuntutan manajemen modern. Banyak kelemahan dan ketimpangan nan masih ditemukan sehingga mendorong munculnya teori organisasi modern pada 1950.

Teori organisasi modern ini kemudian dikenal dengan nama "analisis sistem" atau "teori terbuka" nan memandang organisasi sebagai satu kesatuan dari berbagai unsur nan saling bergantung. Beberapa disparitas mencolok antara teori modern dengan teori klasik ialah sebagai berikut.

  1. Teori organisasi klasik menitikberatkan pada analisis dan deskripsi, sementara teori organisasi modern menekankan pada keterpaduan dan perancangan secara menyeluruh.
  2. Teori organisasi klasik terfokus pada konsep, skalar, dan interaksi vertikal, sementara teori organisasi modern cenderung horizontal, dinamis, dan multidimensi.


Teori Organisasi di Indonesia

Berdasarkan teori organisasi nan elah dibeberkan di atas, kiranya ada sedikit kesulitan buat menentukan teori organisasi mana nan banyak dipakai di Indonesia. Namun, secara kasat mana bisa penulis simpulkan bahwa organisasi-organisasi di Indonesia saat ini banyak dipengaruhi oleh teori organisasi modern.

Organisasi di Indonesia tak menekankan analisis dan pelukisan sendiri-sendiri. Selain itu, konsep dinamis, horizontal, dan multidemensi nan ditunjukkan sebagian besar organisasi di Indonesia semakin memperkuat pandangan penulis bahwa teori organisasi nan diterapkan di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh teori organisasi modern. Dan itulah nan kita alami sekarang.

Nah, itulah sekelumit citra mengenai perkembangan atau lebih tepatnya evolusi teori organisasi nan terjadi mulai dari awal hingga keberadaannya saat ini. Untuk mencapai kesejahteraan bersama antara karyawan dan perusahaan dan organisasi, maka teori-teori tersebut dapat diaplikasikan. Semoga tulisan ini dapat menambah pemahaman Anda mengenai teori-teori organisasi.

Dan semoga dengan semakin memahami masalah keorganisasian, kita kan semakin baik dalam menata kehidupan. Itulah cara kita bersyukur kepada Tuhan nan telah mengajarkan kita buat pandai berpikir dan mengambil hikmah organisasi nan telah dicontohkan oleh Tuhan di alam nan kita huni ini.