Terjadinya Konflik dalam Kehidupan Sosial Budaya
Beberapa pakar mengatakan mempelajari sosial budaya dasar berarti juga mempelajari sebuah peradaban, karena dikatakan bahwa peradaban ialah bagian dari kebudayaan nan sudah tak tumbuh atau berkembang lagi. Namun, ada pula nan menentang pendapat ini.
Menurut mereka nan menentang, peradaban adalah segala hal mengenai bidang kehidupan buat manfaat praktis (praktikal), sedangkan kebudayaan lebih mengarah kepada segala nan berasal dari keinginan dan gairah nan lebih murni.
Bagaimanapun, sosial budaya sebagai dasar peradaban manusia tidaklah terbantahkan, karena sebuah logika sederhana bisa dijadikan landasan, yakni suatu masyarakat nan telah dikatakan mencapai termin peradaban tertentu.
Jadi, masyarakat itu telah mengalami evolusi dan perkembangan kebudayaan pada taraf tertentu, nan terlihat dari tingkat intelektual, teknologi, maupun estetika kebudayaan tersebut.
Tujuh Unsur Kebudayaan
Menurut para ahli, terdapat tujuh unsur kebudayaan universal nan saling berkaitan dan terintegrasi, nan bisa dijadikan acuan buat melihat sebuah bentuk peradaban manusia, yaitu sebagai berikut.
- Sistem teknologi
- Peralatan
- Sistem mata pencaharian
- Organisme
- Sosial
- Religi
- Bahasa
Pemahaman sosial budaya dasar buat mempelajari peradaban manusia juga merupakan kunci buat menjaga keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Sebab, semakin menyadari dampak-dampak kebudayaan dalam kehidupan sosial, diharapkan pula Anda bisa mewujudkan kebudayaan-kebudayaan nan lebih baik dan minim imbas negatif.
Sosial budaya merupakan ilmu nan bisa dijadikan wadah pembelajaran dan panduan bagi manusia dan sekelompok manusia nan disebut masyarakat, agar memiliki kebudayaan dan peradaban tinggi tanpa perlu melakukan pengujian dan kesalahan berulang kali, nan dapat merugikan masyarakat secara luas.
Konsep Sosial Budaya Dasar dalam Filsafat
Hukum, sejarah, seni, teologi dan filsafat merupakan Pengetahuan Budaya (The Humanities). Filsafat ialah ilmu nan amat menarik dan istimewa, ilmu ini mencoba buat mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan nan tak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan nan biasa.
Filsafat dan budaya bisa berjumpa dalam satu hal, yaitu berpikir. Filsafat adalah berpikir dengan radikal, mendalam, universal, tapi sistematis. Sedangkan kebudayaan ialah cara pikir atau hasil cipta pikir.
Dengan kata lain, filsafat ialah cara hayati atau etos nan mengendalikan cara berpikir sebuah kebudayaan. Di balik setiap sosial budaya selalu ditemukan filsafat.
Sosial budaya dasar juga dipandang sebagai sebuah nilai buat mengetahui taraf peradaban manusia. Semakin tinggi nilai nan diwujudkan, maka semakin tinggi pula peradaban sebuah bangsa. Karena itulah, tiap-tiap bangsa atau negara di global ini taraf peradabannya amat berbeda.
Terjadinya Konflik dalam Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat sebenarnya sebuah proses tiada henti. Manusia tak berada di dalam masyarakat bukan bagai burung di dalam kurungannya, melainkan ia bermasyarakat. Masyarakat bukan wadah, melainkan aksi, yaitu social action . Masyarakat terdiri atas sejumlah pengertian, perasaan, sikap, budaya nan tak terbilang banyaknya.
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut buat bisa bekerjasama dengan orang lain, baik buat kepentingan pribadi atau orang lain, buat terciptanya kehidupan nan kondusif dan damai. Berikut ini beberapa pendapat para pakar mengenai manusia ialah makhluk sosial.
Dr. Johannes Garang menyebutkan bahwa nan disebut sebagai makhluk sosial ialah makhluk nan hidupnya berkelompok dan makhluk tersebut tak bisa hayati secara individu atau sendiri.
Selain itu, Aristoteles menyebutkan bahwa makhluk sosial disebut juga sebagai zoon politicon. Maksudnya manusia itu dikodratkan buat hayati secara bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain.
Dari pendapat para pakar tersebut, bisa ditarik simpulan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sebab dalam kehidupannya manusia tak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain dan manusia bukan makhluk nan individu atau menyendiri.
Interaksi sosial nan dilakukan oleh manusia banyak ragamnya. Tergantung kebutuhan manusia itu sendiri, apakah membutuhkan hubungan dengan invidu lagi atau dengan kelompok lain.
Dalam kebudayaan tercermin segala fenomena nan bernilai dan berharga. Begitu eratnya interaksi manusia dengan kebudayaan sehingga manusia pada hakikatnya disebut makhluk budaya. Pada akhirnya, ada pula nan terwujud dalam bentuk nilai dan tingkah laku.
Indonesia termasuk masyarakat beragam nan mengalami akulturasi budaya dari kultur mana pun. Ini terjadi mengingat kondisi sosiografisnya terletak di antara perlintasan sumber-sumber budaya nan sangat kuat.
Itu sebabnya pada kondisi-kondisi eksklusif Indonesia terkena gegar budaya ( cultural shock ) antara menerima dan atau menolak kekinian dengan mempertahankan tradisi. Karakteristik masyarakat beragam ialah sebagai berikut.
- Terjadi segmentasi dalam kebudayaan nan berbeda satu sama lainnya.
- Memiliki struktur sosial.
- Sering mengalami konflik antara satu dengan kelompok lain.
- Integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi.
- Adanya penguasaan politik suatu kelompok atas kelompok lain.
- Kemajemukan sebab disparitas geografis.
Adapun bentuk hubungan sosialberupa interaksi timbal balik antara individu dengan individu lainnya, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok nan terdapat dalam masyarakatnya. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk hubungan sosial.
1. Hubungan Antara Individu dengan Individu
Tingkah laku atau tindakan seseorang akan mendapatkan respon, reaksi, atau tanggapan dari apa nan diterimanya. Bentuk hubungan terhadap individu dapat berupa senyuman, saling menegur, berbincang, marah, mencium dan sebagainya.
Respon nan didapat dapat bermacam-macam tergantung stimulus, seperti apa nan diberikan. Contohnya, ketika Beti jatuh cinta, ia akan melakukan hubungan nan hangat ketika berjumpa dengan pasangannya. Senyuman, seikat bunga, dan sebagainya akan ia ungkapkan. Beti akan mendapatkan respon nan sama, pasangannya pun akan lebih memperhatikan Beti. Respon dapat aktif maupun pasif.
Dari contoh bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut, kita dapat menarik simpulan bahwa manusia merupakan makhluk sosial sebab membutuhkan hubungan dengan individu lainnya.
Apabila tak ada hubungan antara kedua individu tersebut, Beti, seperti contoh tersebut, tak berinteraksi dengan pasangannya, maka Beti tak akan mendapatkan respon apa-apa dari pasangannya. Itulah pentingnya hubungan dengan orang lain, yaitu buat mengeluarkan ide nan berbentuk tindakan nan ada di dalam pikiran kita, sehingga terjadilah interaksi.
2. Hubungan Antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi kelompok dengan kelompok ialah hubungan individu dalam suatu kelompok sebagai satu kesatuan dan bagian dari dirinya dengan kepentingan kelompok lain. Contohnya, perwakilan delegasi sebuah negara menghadiri rendezvous dengan delegasi negara-negara lain dalam rangka mencari solusi mengenai isu lingkungan hidup.
Dalam hal ini delegasi datang bukan sebagai dirinya sendiri, namun mewakili negaranya. Dari contoh bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut, bisa kita lihat bahwa manusia ialah makhluk sosial nan membutuhkan hubungan antara kelompok.
3. Hubungan Individu dengan Kelompok
Interaksi individu dengan kelompok ialah hubungan individu sebagai individu dengan kepentingan kelompok, misalnya dosen nan sedang memberi kuliah di dalam kelas.
Masyarakat ialah kumpulan manusia nan berteman dan berinteraksi secara intensif dan tak bisa terhindar dari konflik sosial masyarakat. Hayati serta eksistensinya akan selalu menjadi pokok permasalahan. Secara filosofis, manusia menurut Freud, bertindak berdasarkan insting seksual.
Marx menilai manusia bergerak berdasarkan insting ekonomis, sedangkan menurut Nietzsche sebagai “der Wille Zur Mach”, sebagai karsa menuju kuasa. Jadi, tak heran timbul gesekan kepentingan nan bisa mengarah kepada konflik.
Konflik berarti juga permusuhan nan bisa mengarah kepada peperangan. Sudah terbukti, konflik sosial semisal perang antarsuku, perang antarkampung, perang antarsaudara, bahkan tawuran pelajar bermula dari konflik nan janggal dan abstrak alias sesuatu nan sifatnya sepele.
Contohnya, seperti pada tayangan warta di televisi. Di sebuah kampung terjadi konflik nan berujung maut hanya gara-gara uang seribu rupiah. Memang, kelihatannya uang segitu kalau diselesaikan dengan kepala dingin tentu akan baik, tetapi kalau sedang emosi, keadaannya jadi lain.
Konflik juga dilatarbelakangi oleh disparitas individu menyangkut fisik, pengetahuan, adat, keyakinan, kecemburuan sosial, iri hati, dan lain sebagainya.
1. Faktor Penyebab konflik
- Perbedaan prinsip
- Perbedaan kebudayaan
- Perbedaan kepentingan
- Perbedaan nilai
2. Jenis-Jenis Konflik
- Konflik sosial
- Konflik keluarga
- Konflik nan memang diorganisir
- Konflik saudara
- Konflik agama
- Konflik politik
3. Dampak Konflik
- Meningkatkan solidaritas sesama anggota konflik.
- Retaknya interaksi persaudaraan.
- Timbulnya dendam, benci, dan saling curiga.
- Hilangnya mal dan nyawa manusia.
Lalu, sering kita baca Indonesia terlibat dalam konflik agama. Sebenarnya bukan konflik agama. Tetapi, konflik-konflik kepentingan nan bermula dari perebutan huma tanah dan kemudian ditarik menjadi konflik politik-horizontal.
Menurut Hasyim Muzadi, “Konflik bernuansa agama bukanlah tabiat domestik bangsa Indonesia. Islam masuk ke Indonesia tanpa perang dengan agama nan sudah ada terlebih dulu, yakni Hindu, Buddha, dan agama lokal, melainkan melalui perdagangan serta akulturasi budaya.”
Sekelumit tentang sosial budaya dasar ini. Semoga bermanfaat buat Anda. Mari terus belajar, berpikir, dan bekerja buat menambah taraf peradaban manusia, dan tetap menjaga keberlangsungan hayati manusia serta anak cucunya.