Krakatau Purba

Krakatau Purba

Membicarakan Krakatau tentunya akan membawa kita pada masa-masa bala nan dahsyat sepanjang sejarah peradaban bumi. Sebagaimana diketahui, Krakatau merupakan kepulauan bebatuan vulkanik nan hingga kini masih berstatus aktif dan berada di Selat Sunda. Tepatnya di antara pulau Jawa dan Sumatra.

Krakatau sendiri ialah sebuah nama nan diberikan kepada puncak gunung berapi nan kita kenal dengan gunung Krakatau . Gunung ini sirna sebab meletus secara alamiah pada 26-27 Agustus 1883. Catatatan sejarah mengatakan, ledakannya sangatlah dahsyat. Awan panas nan menimbun kawasan-kawasan di dekatnya, serta hantaman badai tsunami mengakibatkan tewasnya kurang lebih 36.000 orang. Sementara suara ledakannya terdengar sampai di Alice Springs Australia dan Pulau Rodrigues, tidak jauh dari Afrika.

Bahkan ada nan mengatakan, daya ledak Gunung Krakatau mencapai 30.000 kali lebih besar dibandingkan bom atom nan menghantam Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Global II. Hingga 2004, tsunami dari ledakan Gunung Krakatau ini ialah nan terdahsyat sepanjang sejarah Samudra Hindia. Bahkan kejadian gunung Krakatau sendiri cukup panjang dan ada beberapa fase nan sporadis terbahas.



Identitas Gunung Krakatau

Krakatau ialah sebuah pulau vulkanik nan membentuk bagian dari rantai pulau-pulau nan menyandang waktu nan sama. Pulau itu sendiri di negara Indonesia, dan merupakan loka dari salah satu peristiwa paling terkenal dalam sejarah vulkanik.

Dimulai pada tanggal 26 Agustus 1883, gunung berapi meletus dalam serangkaian ledakan kekerasan nan dikirim sekitar 5 kilometer kubik (21 km kubik) dari abu dan material vulkanik ke atmosfer.

Ledakan akhir dikatakan nan terbesar, dan terdengar sejauh tepi barat Australia, lebih dari 1.900 mil (3.100 km) jauhnya, dan Pulau Rodrigues, hampir 3.000 mil (5.000 km) dari lokasi letusan.

Letusan gunung berapi primer di Krakatau itu begitu kuat bahwa lebih dari dua pertiga dari pulau itu hancur. Ini bukan hanya penghancuran kehidupan hewan atau tumbuhan, pulau ini benar-benar dihapus dari peta dan ke bahari oleh kekuatan.

Ratusan desa terdekat dan kota rusak atau hancur, dan jumlah korban tewas secara resmi ditempatkan lebih dari 36.000. Sebagian besar kerusakan didokumentasikan ialah sebagai dampak dari tsunami diciptakan oleh perpindahan tiba-tiba begitu banyak material pulau nan terseret ke dalam laut.

Salah satu catatan krusial dari kekuatan dari tsunami ialah loka peristirahatan terakhir dari kapal uap nan ikut tertangkap dalam kekuatan destruktif dari perairan ini. Kapal ini, bernama The Berouw, dihempas lebih dari 1 mil (1,6 km) daratan, mengakibatkan kematian lebih dari dua lusin anggota awak nya.

Dalam bulan-bulan dan tahun-tahun setelah letusan nan terkenal, kenyataan atmosfer nan tak biasa terlihat, diproduksi sebagai hasil dari materi vulkanik udara. Matahari terbenam di banyak bagian global nan luar biasa cerah dan berwarna-warni buat alasan nan sama.

Periode waktu di mana letusan terjadi berarti bahwa sedikit atau tak ada bukti foto dari peristiwa ini ada, namun banyak artis berusaha buat menangkap mereka dalam lukisan dan karya lainnya.

Gunung berapi Krakatau ialah nisbi tenang selama beberapa dasa warsa setelah letusan 1883. Pada awal abad ke-20, bagaimanapun, mulai meletus lagi. Karena letusan nan terjadi di bawah air, mereka memiliki imbas menciptakan sebuah pulau baru di loka nan lama dulu.

Pada pertengahan abad ke-20, pulau ini terlihat dari ketinggian di udara, dan terus tumbuh di ketinggian pada taraf sekitar 16 kaki (5 meter) per tahun. Pulau baru ini disebut Anak Krakatau.



Aktivitas Menjelang "Mangkat"

Pulau Krakatau nan terletak di antara koloni Belanda kemudian Jawa dan Sumatera di Selat Sundra. Sebelum letusan dan akhirnya menghancurkan diri sendiri, Krakatau berada 492 meter (450 m) di atas permukaan bahari dan diukur 8,8 mil persegi (23 sq km). Hal ini diyakini oleh para ilmuwan bahwa sebelum Minggu sore naas pada 1833, pulau itu telah menunjukkan tanda-tanda apa nan dikenal sebagai aktivitas gunung berapi Plinian.

Kegiatan ini Plinian (dinamai Plinius Muda, penulis sejarah letusan Vesuvius pada 79 Masehi) diperkirakan telah melibatkan pengusiran sejumlah besar materi ke atmosfer. Hal ini dibuktikan dengan laporan dari pelaut nan bepergian di sepanjang selat pada bulan-bulan sebelum letusan dan menyaksikan segumpal besar asap nan keluar dari kaldera Krakatau bersama dengan bar pumis dan abu tersebar di sepanjang selat.

Kegiatan nan menjadikan ledakan dahsyat beberapa bulan kemudian ialah dari gunung berapi Perboewetan dari kompleks gunung berapi Krakatau. Potensi letusan besar-besaran meningkat kegiatan sebelumnya sebab melebarnya kawah di bawah pulau-pulau Krakatau nan ditambahkan ke dalam penumpukan tekanan.

Sekitar pukul 5.30 pagi dan kemudian pada sekitar 7:00 pagi pada hari terjadi letusan fatal, pulau mengalami dua ledakan besar nan menyebabkan tsunami buat melampiaskan malapetaka di Selat Sundra. Kemudian, sekitar tiga jam kemudian, pukul 10.00 WIB, pulau itu meledak dan menghancurkan dirinya sendiri dalam satu ledakan nan maha besar. Apa nan sebelumnya selebar 8,8 mil persegi (23 sq km) dari gunung berapi memuntahkan meledak ke dalam mil 3,7 (6km) kawah di mana ia berdiri.

Ledakan itu suara paling keras nan pernah dilaporkan dan setara dengan sekitar 200 megaton trinitrotoluena (TNT). Ledakan sonik ledakan mencapai sejauh Australia dan juga dilaporkan di Sri Lanka dan Filipina.



Krakatau Purba

Ledakan gunung Krakatau ini memanglah tak sedahsyat jika dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Tambora (Indonesia), Gunung Tanpo (Selandia Baru) dan Gunung Katmal (Alaska). Yang membedakannya adalah, jika gunung-gunung tersebut meletus saat jumlah populasi manusia baru sedikit, sementara ledakan Gunung Krakatau terjadi pada saat jumlah populasi manusia dan kehidupan cukup padat dan berkembang pesat. Ledakan ini menarik perhatian warga dunia. Penelitian pun dilakukan oleh para pakar, sehingga diperkirakan pada masa purba dahulu terdapat gunung besar di Selat Sunda kemudian meletus dahsyat dan menyisakan sebuah kaldera.

Kaldera atau kaldera besar inilah nan lalu disebut sebagai gunung Krakatau Purba, nan tidak lain ialah induk gunung Krakatau nan meledak pada 1883. Dampak ledakan hebat dari gunung Krakatau Purba itu, sekira tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur lebur dan menyisakan kaldera besar di Selat Sunda. Nah, bagian tepi kaldera ini kemudian kini dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung.



Munculnya Krakatau

Lantas dari manakah sebenarnya gunung Krakatau ini muncul? Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pulau Rakata lambat laun tumbuh sinkron dorongan vulkanik dari perut bumi dan menjadi gunung Rakata. Selanjutnya, muncullah dua gunung barah lain dari tengah kaldera nan bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan. Konvoi alamiah kemudian menyatukan dua gunung ini dengan Gunung Rakata nan muncul lebih awal.

Pergumulan tiga gunung inilah nan diyakini sebagai gunung Krakatau. Gunung Krakatau ini sebenarnya pernah meletus pada 1680 dan menghasilkan lava andesitik asam. Disusul Gunung Perbuwatan aktif dan mengeluarkan lava meskipun tak meletus pada tahun 1880. Setelah itu tak terjadi aktivitas vulkanis di Krakatau sampai 20 Mei 1883. Hingga kemudian terjadilah ledakan-ledakan kecil di Gunung Krakatau dimana inilah tanda awal letusan dahsyat di Selat Sunda, dan pada puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.