Teori Pengambilan Keputusan Terpadu
Teori pengambilan keputusan bisa diaplikasikan bukan hanya ditataran organisasi, managemen, kelompok dan sebagainya, namun juga dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Setiap manusia dalam kehidupannya akan mengalami keadaan atau situasi dimana ia harus mengambil keputusan.Proses pengambilan keputusan seorang manusia dilakukan sejak masih kecil.
Entah berapa banyak keputusan dengan berbagai macam materi permasalahan nan majemuk nan pernah diambil oleh seseorang. Hal nan biasa kita temui misalnya: dalam situasi nan berbeda kita di hadapkan harus mengambil keputusan dalam memilih menu makanan, atau memilih pakaian nan hendak dipakai. Atau masalah nan lebih kompleks lagi, misalnya; pemerintah nan hendak memutuskan apakah harga BBM akan dinaikkan atau tidak. Siapa pun, apa pun masalah dan pilihannya sebuah keputusan harus dijalankan sinkron dengan keputusan itu.
Mengambil keputusan berarti memilih alternatif terbaik dari alternatif-alternatif nan ada. Menurut James A.F. Stoner keputusan ialah pemilihan berbagai alternatif-alternatif nan ada, dari definisi tersebut terdapat tiga pengertian, yaitu:
- Dalam keputusan ada pilihan nan di dasari oleh pertimbangan-pertimbangan atau atas dasar logika tertentu.
- Keputusan ialah alternatif nan dipilih, nan dianggap lebih baik dari alternatif nan lainnya.
- Keputusan berkaitan dengan suatu tujuan nan hendak dicapai. Dengan adanya keputusan tersebut akan memudahkan buat mendekati atau mencapai tujuan.
Agar keputusan nan diambil dari alternatif nan ada tak salah , tak mengakibatan akibat nan jelek dikemudian hari, alangkah baiknya kita mempelajari unsur atau komponen-komponen dalam teori pengambilan keputusan. Menurut G.R. Terry terdapat lima dasar dalam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan perasaan dan bersifat subjektif. Pengambilan keputusan dengan menggunakan perasaan atau bisikan hati bisa dilakukan dengan cepat, namun tak sporadis hasilnya nisbi tak maksimal sebab tak dibarengi dengan pertimbangan-pertimbangan nan matang.
2. Pengalaman
Pengalaman dalam pengambilan keputusan memberikan kegunaan secara praktiskarena ia akan lebih mengetahui pertimbangan-pertimbangan baik berupa untung ruginya, baik buruknya dalam keputusan.
3. Wewenang
Pengambilan keputusan sebab wewenang biasanya dilakukan oleh seseorng nan lebih tinggi kedudukannya, misalkan pimpinan kepada bawahannya. Dapat berupa peraturan nan harus dilakukan.
4. Fakta
Pengambilan keptusan berdasarkan fakta bisa memberikan hasil nan efektif. Karena dengan adanya data nan akurat, orang akan menerima keputusan dengan rasa percaya.
5. Rasional
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta ialah pengambilan keputusan dengan objektivitas, dan lebih bersifat logis serta transparan dan konsisten. Dalam pengambilan keputusan nan dilakukan secara rasional, akan didapatkan kejelasan masalah, orientasi tujuan nan akan ditargetkan, memunculkan pengetahuan alternatif, dan hasil nan maksimal
Ada beberapa teori pengambilan keputusan nan dapat dijadikan suatu patokan ketika dihadapkan dengan berbagai macam pilihan atau alternatif-alternatif nan ada, yaitu:
Teori Pengambil Keputusan Rasional Komprehensif
Teori pengambilan keputusan ini meliputi unsur-unsur utama, yaitu:
1. Dalam teori pengambilan keputusan rasional komprehensif.
Seseorang nan hendak mengambil keputusan pada saat dimana ia dihadapkan oleh masalah eksklusif nan jenis masalahnya bisa dibedakan dengan jenis masalah nan lain, dalam artian masalah tersebut bisa dibandingkan dengan masalah-masalah nan lainnya.
2. Tujuan
Nilai dan target nan menjadi panduan dalam pengambilan keputusan pada teori ini sangat jelas dan bisa ditetapkan nilainya sinkron dengan kepentingannya.
3. Dalam teori pengambilan keputusan ini, alternatif nan digunakan buat menyelesaikan masalah bisa diteliti dan diamati.
4. Dari berbagai macam alternatif nan ada, diteliti pula hal nan berhubungan dengan point-point tersebut, misalkan; biaya, manfaat, akibat dan sebagainya.
5. Sesudah jelas, pengambil keputusan akan memilih alternatif nan sinkron dengan pilihannya, nan bisa memaksimalkan nan sudah menjadi tujuan pencapaian.
Teori pengambilan keputusan rasional komprehensif mendapatkan kritikan dari para ahli, salah satu contohnya oleh Charles lindblom seorang pakar matematika dan ekonomi, ia menyatakan dengan tegas bahwa teori pengambilan keputusan itu sebenarnya tak sedang berhadapan dengan masalah nan sedang terjadi. Menurutnya, pembuat keputusan kemungkinan akan dihadapkan dengan kesulitan buat memilih nilai, tujuan nan ada dalam dirinya dengan nilai nan ada dimasyarakat.
Sedangkan menurut ahli nan lain, R’S, Milne teori pengambilan keputusan ini tak mudah diterapkan oleh negara-negara nan sedang berkembang, sebab beberapa hal seperti: tak adanya data nan memadai baik data berupa informasi maupun data statistik, adanya ketidaksingkronan birokrasi atau sitem budaya pembuatan keputusan membuat kebijakan akan lemah dan tak sanggup memasukkan unsur-unsur nan rasional pada waktu hendak mengambil keputusan. Teori Pengambilan Keputusan Inkremental
Teori pengambilan keputusan inkremental ialah teori nan mencoba menghindari masalah nan harus dipertimbangkan seperti nan ada pada pengambilan keputusan rasional komprehensif. Teori pengambilan keputusan ini banyak digunakan oleh pemerintah buat mengambil suatu kebijakan dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini uraian mengenai teori pengambilan keputusan inkremental:
- Dalam teori ini pemilihan tujuan atau target dipandang sebagai suatu nan saling berkaitan dengan analisis tindakan empiris.
- Seseorang atau sekelompok orang nan mengambil keputusan dianggap hanya akan mempertimbangkan alternatif-alternatif nan memiliki interaksi langsung dengan pokok masalah. Pandangan ini hanya dipandang secara inkremental dibandingkan dengan keputusan nan ada.
- Yang akan dijadikan penilaian hanyalah sebagian alternatif-alternatif nan berhubungan dengan akibat-akibat nan mendasari masalah nan berkaitan.
- Masalah-masalah nan sedang dihadapi akan didefinisikan secara teratur, ini adanya pandangan nan inkrumentalisme nan memberikan kemungkinan buat bisa mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan tujuan-tujuan sehingga memungkinkan masalah nan ada bisa diselesaikan.
- Tidak ada keputusan dan pemecahan masalah nan tepat buat menyelesaikan suatu masalah, namun kunci dari teori pengambilan keputusan ini terletak pada keyakinan bagaimana alternatif dan analisis pada akhirnya akan disepakati walaupun tanpa adanya persetujuan dan itu menjadi hal nan tepat buat menncapai tujuan atau menyelesaikan suatu masalah.
- Pada teori pengambilan keputusan inkremental pada dasarnya hanya bersifat memperbaiki hal-hal nan kecil nan lebih diutamakan pada pemugaran dan upaya-upaya nan kongkrit dalam mengatasi sebuah masalah. Misalnya; buat mengatasi masalah sosial
Teori Pengambilan Keputusan Terpadu
Teori pengambilan keputusan terpadu atau mixed scanning theory dianjurkan oleh seorang sosiolog ternama Amitai Etzioni, nan menyetujui kritik-kritik terhadap teori inkremental nan dikaitkan dengan teori pengambilan keputusan rasional komprehensif.
Teori inkremental dalam pengambilan kebijakkan hanya mencerminkan kepada kepentingan-kepentingan dari kelompok nan kuat. Sedangkan kepentingan dari kelompok nan lemah nan secara politisi dianggap tak mampu melakukan pengorganisasian nan praktis sehingga diabaikan.
Pada teori pengambilan keputusan inkremental hanya memperhatikan planning nan sifatnya sementara atau hanya dalam jangka nan pendek dan hanya mempertimbangkan dari kebijakkan nan ada pada waktu keputusan tersebut akan di buat, sehingga menutup peluang-peluang nan ada.
Sedangkan menurut Yehezkel Dror (1968) teori pengambilan keputusan inkremental cenderung menghasilkan keputusan nan lamban, dan akan banyak terjadi status-quo nan akan mempersulit dalam pengambilan keputusan.
Teori ini dianggap tak cocok dalam pengambilan kebijakan pemerintahan, terutama dipakai di negara-negara nan sedang berkembang sebab pengambilan teori pengambilan keputusan ini hanya akan membawa perubahan dan akibat nan kecil saja, sedangkan dalam suatu negara perubahan dalam pemugaran diusahakan harus menjadi pemugaran secara besar-besaran.
Pada teori pengambil keputusan terpadu memperhitungkan kemampuan para pengambil keputusan, secara generik teori ini berpendapat semakin besar taraf kemampuan orang nan mengambil keputusan semakin besar pula memobilisasikan kekuasaannya nan berguna buat mengimplementasikan keputusan-keputusan nan dibuat oleh mereka sehingga proses scanning akan lebih luas dan besar dan inilah nan akan menjadikannya lebih efektif.
Pada dasarnya pengambilan keputusan terpadu ialah penggabungan antara teori pengambilan keputusan rasional komprehensif dengan pengambilan keputusan inkremental dalam upaya pengambilan keputusan.
Dari ketiga gambaran teori pengambilan keputusan diatas, maka dapat diketahui unsur-unsur apakah nan diperlukan agar keputusan bisa dilakukan dengan lebih fokus dan terarah, nan meliput:: Kita perlu mengetahui tujuan dari pengambilan keputusan, mengetahui alternatif dan identifikasi pada setiap alternatif-alternatif nan ada, melakukan perhitungan mengenai faktor-faktor lain nan tak akan disadari atau diketahui sebelumnya, atau mengenai hal-hal nan tak akan diduga, didukung oleh wahana atau perlengkapan agar hasil dari pengambilan keputusan bisa dievaluasi dan diukur hasilnya.
Jika sudah memahami unsur tersebut, kita akan lebih mengetahui teori pengambilan keputusan apakah nan pantas atau cocok buat diaplikasikan dalam kegiatan pengambilan keputusan nan sinkron dengan konteks permasalahan.