Atlantis, Konkret atau Fiksi?
Mungkin kita sudah familiar dengan Samudra Atlantik sebab namanya tertera pada peta nan kita pelajari sejak SD. Lalu, bagaimana dengan Kota Atlantis? Pernahkah kalian mendengar kisahnya? Kota Atlantis merupakan kota nan pernah dikisahkan oleh Plato dalam buku-bukunya. Banyak orang nan menebak-nebak di mana sebenarnya Kota Atlantis tersebut. Adapula nan beranggapan bahwa kota tersebut ialah fiksi belaka. Hanya nama kota karangan Plato. Artikel berikut akan membahas mengenai profil dari Plato dan juga sejarah Kota Atlantis .
Plato
Siapakah Plato? Nama Plato mungkin sering kita dengar melalui ide-ide dan juga pemikirannya. Plato ialah seorang filsuf dari Yunani. Filsuf merupakan sebutan bagi orang nan pakar dalam ilmu filsafat. Filsafat sendiri merupakan salah satu studi tentang kejadian atau kenyataan dalam kehidupan dan juga pemikiran manusia. Studi tersebut dilakukan secara kritis serta dijabarkan melalui konsep nan mendasar.
Ilmu filsafat memerlukan logika berpikir dan juga logika bahasa. Tak hanya sebuah gagasan nan kita utarakan secara spekulatif. Namun, filsafat juga memerlukan logika nan sama diterapkan dalam ilmu matematika . Jadi, pemikiran dalam ilmu filsafat juga memerlukan kebenaran dalam logika, sehingga bisa diterima oleh akal sehat.
Sebagai seorang filsuf, Plato memiliki seorang guru nan sangat memengaruhi pemikiran dan ide-idenya. Guru dari Plato ialah Socrates. Plato sendiri memiliki seorang murid nan juga terkenal sebagai filsuf, yaitu Aristoteles. Ketiga orang tersebut ialah filsuf terbesar nan pernah ada dalam sejarah. Ketiga-tiganya berasal dari Yunani dan hayati pada masa Sebelum Masehi. Karena ketiganya saling berkaitan, ada pula nan berpendapat bahwa ilmu filsafat berasal dari karangan Plato saja.
Plato membuat beberapa buku filsafat nan terkenal sampai saat ini. Buku-buku tersebut antara lain Republik, Etika, Critias, Timaeus , dan Aphologi . Ada tiga buah buku karangan Plato nan membahas tentang sebuah daerah atau kota nan sampai sekarang masih menjadi misteri. Ketiga buku tersebut yaitu Critias , Timaeus , dan Republik . Daerah apa nan dibahas? Ya, ketiganya mengandung cerita tentang citra Kota Atlantis, kota nan penuh rahasia .
Atlantis, Konkret atau Fiksi?
Platolah nan memulai cerita sejarah Kota Atlantis. Cerita tentang kota tersebut ada dalam buku-buku karangan Plato nan telah disebutkan sebelumnya. Lalu, di manakah letak kota tersebut? Sayangnya, Plato tidak menjelaskan dengan niscaya letak kota tersebut. Plato hanya menjabarkan bahwa kota itu telah ada 9000 tahun sebelum masa Solon. Bagaimana Plato tahu tentang hal tersebut? Mungkin saja itu ialah sebuah sejarah turun-temurun nan ada di sekitar Plato pada saat itu. Mungkin juga Plato sedang menggambarkan tentang kehidupan manusia pada masa sebelumnya.
Apa istimewanya Kota Atlantis? Dalam bukunya, Plato menyebutkan bahwa bangsa Atlantis merupakan keturunan dari dewa-dewa. Banyak orang nan menyimpulkan bahwa bangsa Atlantis tersebut memiliki taraf peradaban nan tinggi dengan teknologi nan mumpuni dan ilmu pengetahuan nan juga tinggi. Sebenarnya, Plato tak mengatakan hal nan terlalu tinggi seperti itu. Namun, isu tentang kota Atlantis ini berkembang menjadi asumsi nan aneh-aneh. Ada pula nan menyatakan bahwa bangsa Atlantis keturunan dari alien .
Cerita jika sudah turun-temurun dari orang satu ke orang lainnya dapat jadi ditambahi atau dikurangi. Banyak orang nan mulai berpendapat tentang peradaban supercanggih pada masa lalu sahih adanya. Namun, ada pula nan menafsirkan tulisan Plato sebagai suatu hal nan biasa saja. Sejarah Kota Atlantis tidak ubahnya seperti legenda daerah-daerah lain di global ini.
Keberadaan kota Atlantis dipaparkan dengan pelukisan nan rumit dalam buku Plato. Pelukisan tersebut sulit buat dipastikan letaknya di sebelah mana. Hanya istilah Samudera Atlantislah nan mungkin memberi petunjuk bahwa letaknya juga di sekitaran samudra tersebut. Bangsa Atlantis juga disebutkan keturunan dari Dewa Poseidon. Diceritakan di dalam buku Plato bahwa Poseidon bercinta dengan Cleito dan menghasilkan keturunan. Cleito sendiri ialah anak dari Evenor dan istrinya nan bernama Leucippe.
Jika kita mendengar cerita tersebut, tentu tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah legenda nan ada di Indonesia. Legenda nan juga memasukkan unsur-unsur mistik , seperti Plato nan juga menyebutkan Dewa Poseidon. Dalam ceritanya tersebut Poseidon melakukan sebuah hal nan tidak dapat dilakukan manusia biasa, yaitu menciptakan sebuah daratan nan dikelilingi lautan dengan memecahkan bukit.
Cerita berikutnya mengisahkan Poseidon nan memiliki beberapa orang anak. Dia lalu menunjuk salah seorang anaknya sebagai raja dari saudaranya, yaitu Atlas. Atlas, ya nama itu sekarang digunakan buat buku nan berisi peta-peta. Bagi bangsa mereka, Atlas ialah seorang dewa. Masyarakat di Kota Atlantis tersebut digambarkan hayati dengan makmur. Ada nan bekerja menjadi prajurit , ada pula nan bekerja menjadi tukang batu atau tukang kayu. Tanahnya fertile dengan hujan nan rutin turun.
Kehidupan masyarakatnya juga rukun. Mereka digambarkan hayati bersama-sama dan tak saling iri dengan hasil nan didapatnya. Kehidupan mereka juga sederhana dengan rumah-rumah nan sederhana pula. Namun, prajurit mereka sangat besar. Teknologi nan mereka miliki digambarkan cukup tinggi. Bangunan-bangunan dibangun pada tiap pemerintahan. Jembatan-jembatan juga dibangun buat memudahkan transportasi.
Tapi, apakah Atlantis sesempurna itu? Tidak disebutkan juga bahwa bangsa ini pernah kalah menghadapi Yunani. Sejarah Kota Atlantis ini juga diakhiri dengan kehancuran. Kehancuran tersebut disebutkan sebagai dampak dari gempa bumi dan juga tsunami. Dataran tersebut menjadi tidak terlihat oleh pandangan mata. Tenggelam ke dalam lautan, kira-kira seperti itu.
Setelah mendengar cerita tersebut apakah kalian percaya Atlantis ada? Dapat jadi cerita-cerita itu mengingatkan kita pada dongeng-dongeng nusantara, seperti dongeng terciptanya danau Toba dan Candi Prambanan. Apakah cerita tersebut sahih adanya? Sebagai umat beragama, awal cerita tersebut menjadi sebuah tanda tanya. Plato menyebutkan seorang Dewa Poseidon. Di dalam agama terbesar di Indonesia, yaitu Islam, tentu kita tidak dapat mempercayai hal tersebut. Kita tak mengenal dewa. Kita tak mengenal Poseidon sebagai orang nan punya kekuasaan mistik nan menciptakan sebuah peradaban seperti Atlantis.
Kalau cerita awalnya sudah kita anggap salah, lalu apakah Atlantis ada atau tidak? Kita hayati di zaman sekarang. Beribu-ribu tahun setelah kejadian tersebut diungkapkan oleh Plato. Menurut geografi, kita juga tahu bahwa mungkin saja ada daratan nan tenggelam sebab tergenang air bah atau tsunami. Namun, kita perlu juga mengetahui siapa Plato dan maksudnya menceritakan kejadian di Atlantis tersebut.
Plato mengajarkan tentang sebuah peradaban nan sesempurna Atlantis pun dapat hancur dengan seketika. Bagi orang-orang nan beriman, kita percaya bahwa semuanya itu menurut kehendak Tuhan. Tak ada nan tidak mungkin. Azab dapat saja diturunkan jika kita melakukan hal-hal nan tidak disukai atau dilarang oleh-Nya. Di dalam Al-Quran juga banyak diceritakan tentang daratan nan dihancurkan sebab mendapat azab dari-Nya.
Tak ada nan sempurna, bahkan suatu kota dengan tatanan dan teknologi nan canggih sekalipun, seperti nan terjadi pada cerita Kota Atlantis. Kita hanya dapat mengambil hikmahnya saja. Tak ada nan abadi di global ini. Teknologi nan tinggi pun ternyata kadang berdampak merusak bagi peradaban jika tidak digunakan dengan bijak.