Rumah Sakit Husada Kini
Rumah Sakit Husada merupakan salah satu rumah sakit generik nan ada di Indonesia. Selayaknya sebuah rumah sakit, Rumah Sakit Husada ini fokus buat melayani serta mengobati masyarakat dengan beranekaragam keluhan penyakit.
Sama seperti rumah sakit generik berusia tua nan ada di Indonesia lainnya, Rumah Sakit Husada ini memiliki sejarah panjang. Sejarah tersebut menceritakan bagaimana asal mula rumah sakit ini dibentuk, serta latar belakang dan emosional apa nan mendampingi kehadiran rumah sakit ini.
Sejarah Panjang Rumah Sakit Husada
Tumbuh dan berkembangnya Rumah Sakit Husada, tak dapat dilepaskan dari peran serta dr. Kwa Tjoan Sioe. Seorang dokter keturunan etnis China nan baru saja menyelesaikan pendidikan kedokteran di Belanda ketika pulang ke Indonesia pada 1924. Beliau ialah sosok berjasa dalam berdirinya Rumah Sakit Husada.
Sebagai negeri jajahan, kehidupan rakyat jelata di Indonesia termasuk masalah kesehatan, sahih sangat memprihatinkan dan tak mendapat perhatian dari kolonial Belanda. Latar belakang sosial nan terjadi saat itu juga menjadi cerita sejarah nan takterlupakan dari perjalanan Rumah Sakit Husada ini.
Hal itulah nan kemudian menggugah rasa humanisme dr. Kwa Tjoan Sioe. Rasa humanisme nan dimiliki oleh lelaki bernama China tersebut menjadi latar belakang terbentuknya Rumah Sakit Husada ini.
Sosok dokter tersebut boleh dikatakan langka pada masa-masa itu. Saat Indonesia masih dalam keadaan dijajah, Kwa Tjoan Sioe hadir memberikan secercah asa bagi masyarakat. Pemikiran serta cita-cita mulianya itulah nan membuat Rumah Sakit Husada berdiri hingga saat ini.
Keinginan dokter Kwa tersebut ternyata tak semata perhatian dengan kehidupan dan masalah kesehatan rakyat jelata, tapi juga terobsesi ingin mendirikan rumah sakit. Di rumah sakit itu, dr. Kwa Tjoan Sioe tak hanya menyediakan loka pengobatan, melainkan juga ingin menyebar luaskan tentang bagaimana cara hayati nan higienis dan sehat kepada masyarakat, terutama kepada ibu dan anak.
Entah apa nan ada di pikiran dokter Kwa. Tujuannya benar-benar mulia. Keadaan Indonesia nan saat itu benar-benar memprihatinkan sepertinya menjadi alasan tersendiri. Pemandangan menyedihkan mengusik nurani serta jiwa sosialnya. Jika boleh ditebak, dokter Kwa sepertinya ingin mengaplikasikan ilmu nan sudah didapatnya. Dan keadaan masyarakat Indonesia saat itu benar-benar pas. Hal tersebutlah nan sepertinya menjadi alasan mengapa Rumah Sakit Husada ini diciptakan.
Untuk mewujudkan obsesinya tersebut, dr. Kwa mengumpulkan kawan-kawannya nan dapat menerima planning dan jalan pikirannya. Lalu, hasil dari rendezvous dengan kawan-kawannya tersebut, pada 23 Desember 1924 berdiri badan sosial nan bernama Jang Seng Ie nan artinya menjaga kesehatan dan merawat kehidupan. Inilah cikal bakal Rumah Sakit Husada kelak.
Setelah resmi berdiri badan sosial nan bernama Jang Seng Ie, lima hari kemudian badan ini menjadi penopang berdirinya poliklinik nan dipimpin oleh dr. Kwa sendiri dibandu oleh 3 orang perawat dan 1 orang bidan. Loka pertama nan dibangun oleh dokter Kwa ini berupa poliklinik biasa. Poliklinik itulah nan menjadi cerita awal berdirinya Rumah Sakit Husada seperti nan Anda kenal sekarang ini.
Pada 11 Maret 1925 atau kurang lebih tiga bulan setelah beroperasi, poliklinik nan mengambil namanya dari badan sosial sebagai penopang kegiatannya Jang Seng Ie, resmi dibuka dengan mengkhususkan diri melayani orang-orang miskin, berlokasi di Jalan Raya Mangga Besar No. 40. Poliklinik cikal bakal Rumah Sakit Husada ini sejak dulu memang sudah banyak melayani pasien dari kalangan tak mampu.
Hal ini semakin menunjukkan bahwa dokter Kwa sebagai pendiri Rumah Sakit Husada ini memiliki jiwa sosial nan amat tinggi. Dia mungkin memang tak mengangkat senjata buat memerangi penjajah, tapi dokter Kwa menolong dengan cara lain. Ia mengabdikan dirinya buat mengobati masyarakat Indonesia nan sakit.
Dari sisi perhitungan bisnis, Poliklinik Jang Seng Ie, sama sekali tak menguntungkan. Tapi, prestasi nan telah diraih justru mencengangkan. Pada bulan Mei 1925 saja tidak kurang dari 281 pasien nan berkunjung, dan meningkat menjadi 566 pada bulan Juni. Poliklinik Jang Seng Ie sebagai cikal bakal Rumah Sakit Husada ini pun pada 1929 tercatat sebagai rumah sakit pertama di Asia nan memiliki unit perawatan anak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah pasien, banyak di antaranya nan memerlukan loka buat rawat inap. Hal ini telah menyadarkan dr. Kwa dan jajarannya buat membangun sebuah rumah sakit. Ide itulah nan nantinya akan berubah menjadi sebuah rumah sakit bernama Rumah Sakit Husada.
Namun, setelah empat tahun mengumpulkan dana buat membangun rumah sakiit, tepatnya sampai 1930, baru terkumpul dana 100.000 gulden. Kalau dikonversi kepada harga tanah waktu itu, uang sejumlah 100.000 gulden hanya cukup buat menyediakan tanah. Meskipun begitu planning buat membangun sebuah rumah sakit tak pernah hilang. Buktinya, sekarang ini Rumah Sakit Husada berdiri dengan gagah.
Sementara biaya buat membangun rumah sakit masih diperlukan sebanyak 300.000 gulden lagi. Padahal pada tahun-tahun tersebut, ekonomi Indonesia benar-benar sedang lesu. Hal inilah nan kemudian membangkitkan semangat tambahan, bahwa rumah sakit harus tetap dibangun, namun dengan cara bertahap. Bahwa semangat juang ialah nilai primer nan dapat kita ambil dari berdirinya Rumah Sakit Husada ini.
Tidak dapat dipungkiri kalau semangat luar biasa nan ditunjukkan dr. Kwa telah menyentuh banyak orang buat peduli. Tidak mengherankan jika enam tahun kemudian, tepatnya pertengahan 1931, seorang pengusaha asal Singapura, Aw Boon Haw menyumbang buat membangun ruang pavillion di tanah loka berdirinya Poliklinik Jang Seng Ie. Dermawan itu juga menjadi "pahlawan" dalam peristiwa berdirinya Rumah Sakit Husada ini.
Kelak pavilllion ini diperuntukkan bagi para pasien dari golongan ekonomi mampu. Pasien golongan mampu inilah nan akan mensubsidi keperluan pasien miskin. Bayangkan, pada 1931 telah dilaksanakan pola subsidi silang dalam pelayanan kesehatan, dan ini merupakan salah satu prestasi nan dimiliki oleh Rumah Sakit Husada tempo dulu. Di tengah perjuangannya membangun pusat pelayanan kesehatan bagi orang tak mampu, dr. Kwa Tjoan Sioe meninggal global pada 18 Maret 1948 dalam usia nan masih nisbi muda, 55 tahun.
Pada tahun 1965, Menteri Kesehatan waktu itu Prof. Dr. Satrio, mengubah nama rumah sakit Jang Seng Ie menjadi Rumah Sakit Husada. Inilah langkah awal nan akan menjadikan Rumah Sakit Husada sebagai rumah sakit terbesar kedua setelah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Rumah Sakit Husada Kini
Perjuangan dokter Kwa tak terhenti. Ada mereka nan melanjtukan. Adalah mereka para pengurus baru dari Rumah Sakit Husada. Rumah Sakit Husada kini dikelola oleh tidak kurang dari 170 tenaga medis nan terdiri atas dokter umum, dokter spesialis, bidan, dan dokter super spesialis. Sebagai rumah sakit terkenal dan besar, Rumah Sakit Husada didukung peralatan canggih dengan teknologi mutakhir, buat memberi pelayanan kesehatan nan prima sinkron dengan obsesi dr. Kwa Tjoan Sioe dulu.
Bahwa poliklinik sederhana itu kini sudah menjadi sebuah rumah sakit besar dengan segala fasilitas pendukunya. Kini, Rumah Sakit Husada menyediakan berbagai layanan kesehatan terkini seperti Stroke Center, Radiologi, dan MRI atau Magnetic Resonance Imaging yaitu sebuah pendeteksi penyakit tercanggih nan memungkinkan diketahuinya sebuah penyakit dalam waktu cepat.
Fasilitas nan ditawarkan oleh Rumah Sakit Husada kini bukan hanya itu. Anda dapat memeriksakan kadar gula darah Anda di fasilitas Diabetes Care Unit, Husada Heart Cente, Endescopi saluran cerna dan Layanan cek kesehatan nan dapat Anda datangi kapan saja.
Kemajuan nan dimiliki oleh Rumah Sakit Husada ini ialah berkat kerja keras, keyakinan, ketulusan dan semangat juang seorang pintar bernama dokter Kwa. Siapa menyangka bahwa poliklinik dengan hanya lima orang tenaga medis kini menjadi salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia?