Puisi-Puisi Romantis dari Kahlil Gibran
Puisi-puisi romantis memang sangat latif buat didengarkan terlebih oleh mereka nan sedang jatuh cinta. Sebagai makhluk nan oleh Tuhan diberi kemampuan buat mengekspresikan jiwanya, manusia terkadang berucap, bertingkah pola, atau bernyanyi dengan bahasa-bahasa nan sulit dimengerti namun serasa latif di telinga.
Itulah nan menjadi kekuatan puisi cinta. Ia datang dari perasaan terdalam, tanpa kebohongan dan kemunafikan, namun tetap berada dalam kekuasaan perasaan.
Salah seorang pujangga nan namanya dikenal luas adalah Rabindranath Tagore. Ia lahir 7 Mei 1861. Pada usia 13 tahun ia telah ditinggal wafat ibunya. Kemalangan ini terus berlanjut. Istrinya meninggal pada usia 30 tahun, disusul oleh kematian dua orang anaknya, dan juga kematian ayahnya.
Banyak para pengamat sastra nan mengatakan bahwa kepedihan nan dialami Tagore membawa dia kepada perenungan-perenungan. Hasil dari perenungan itu adalah karya-karya besar dan indah, baik tentang kehidupan, Tuhan, dan tentunya tentang cinta. Tentang kehidupan ia berkata:
Misteri penciptaan ialah seperti gulita malam
kegelapan nan mahabesar. Angan-angan pengetahuan
adalah seperti kabut pagi hari
Kita akan mengetahui suatu hari nanti bahwa kematian
tidak akan pernah merampas kita dari nan telah diperoleh
oleh jiwa kita, sebab perolehan-perolehannya itu menjadi satu dengan dirinya
Aku berterima kasih kepadamu bahwa saya tak
termasuk roda-roda kekuasaan, melainkan satu dari
makhluk-makhluk hayati nan dilindasnya
***
Tentang Cinta
Cinta ialah kehidupan dalam kepenuhannya seperti cangkir dengan anggurnya
Kepedihan cinta menyanyi meliputi kehidupanku
seperti bahari nan tidak terkira dalamnya, dan kebahagiaan cinta
menyanyi seperti burung-burung dalam kebun nan berbunga-bunga.
Lampu rendezvous menyala lama; ia wafat dalam sekejap di waktu perpisahan
***
Tentang Tuhan
Aku akan melafadzkan nama-Mu, duduk sendirian diantara bayang-bayang
pikiranku nan diam. Aku akan mengucapkannya tanpa kata-kata;
aku akan mengucapkannya tanpa tujuan. Karena saya serupa anak kecil
yang memanggil ibunya seratus kali, gembira ketika ia bisa berkata, "ibu."
Di pagi dan malam hari, jejak kaki-Mu telah terdengar,
dan rasul-Mu telah tiba di hatiku dan memanggilku dalam bisikan
Jangan palingkan wajah-Mu dari rahasia-rahasia gelap kalbuku,
tetapi bakarlah mereka sampai menyala bersama api-Mu
***
"Izinkan saya berdoa bukan agar terhindar dari bahaya melainkan agar saya tiada takut
menghadapinya. Izinkan saya memohon bukan agar penderitaanku hilang melainkan agar hatiku teguh menghadapinya, Izinkan saya tak mencari sekutu dalam medan perjuangan hidupku melainkan memperoleh kekuatanku sendiri.
Izinkan saya tak mengidamkan dalam ketakutan dan kegelisahan buat diselamatkan melainkan asa dan kesabaran buat memenangkan kebebasanku, berkati saya sehingga saya tak menjadi pengecut, dengan merasakan kemurahan-Mu dalam keberhasilanku semata; melainkan biarkan saya menemukan genggaman tangan-Mu dalam kegagalanku"
***
Tagore menjalani hidupnya dan tinggal di Tinggal di Santiniketan, Bengal, India. Di sana ia mendirikan sekolah dan perguruan tinggi modern. Atas karya-karyanya, ia mendapatkan penghargan Nobel Sastra pada tahun 1913, dan termasuk orang Asia pertama nan mendapatkan penghargaan bergengsi ini.
Banyak sastrawan besar seperti Andre Gide, Ezra Pound, dan juga W.B. Yeats, mengakui keunggulan karya-karyanya. Tagore pun pernah mendapat gelar kehormatan ( doctor honoris causa ) dari Oxford University.
Ia menghembuskan napas terakhir pada 1941 di Kalkuta dalam usia 80 tahun. Bagi Anda pecinta sastra atau puisi-puisi romantis, cobalah berkenalan dengan karya-karya Tagore nan sebagain sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti: Stray Birds (Burung-Burung Nyasar), The Crescent Moon (Bulan Sabit), The Post Office and Red Oleanders (Surat Dari Raja dan Anyelir Merah), juga The Heart of God, Prayers of Rabindranath Tagore .
Puisi-Puisi Romantis dari Kahlil Gibran
Selain puisi-puisi romantis karya Tagore, masih ada lagi puisi romantis cinta nan tidak kalah indahnya dari Kahlil Gibran. Berikut puisi romantis karya Kahlil Gibran:
Cinta nan Agung
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tak mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih dapat tersenyum sembari berkata 'Aku
turut berbahagia untukmu..
Apabila cinta tak berhasil
...Bebaskan dirimu...
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi..
Ingatlah...bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya.
***
Musim Semi
Mari sayangku, marilah kita berjalan di tengah-tengah perbukitan
Karena salju masih menjadi air dan kehidupan masih terjaga dari tidurnya, menjelajahi perbukitan dan lembah-lembah.
Marilah kita ikuti jejak Musim Semi ke lading di kejauhan
Dan naik ke puncak bukit buat mendapat ilham
Di atas dataran tinggi hijau nan sejuk.
Fajar Musim Semi telah membuka pakaiannya
Yang disimpan selama Musim Dingin
Lalu menempatkannya di atas pohon-pohon prem dan sirtus.
Dan mereka tampak seperti mempelai wanita dalam upacara adat Malam Kedre
Ranting-ranting pohon anggur saling berangkulan seperti kekasih
Dan genre sungai kecil menari-nari di antara bebatuan
Mengulang nyanyian sukacita
Bunga-bunga tiba-tiba saja berkembang dari jantung alam
Seperti buih di jantung lautan
Marilah sayangku, marilah kita minum
Air mata terakhir Musim Dingin dari kembang bakung
Yang menyejukan jiwa kita dengan nyanyian burung-burung
Berjalan-jalan gembira melalui hembusan angin lembut nan memabukkan
Marilah kita duduk dekat batu itu, loka kembang violet bersembunyi
Marilah kita kejar manisnya pertukaran kecup mereka
***
Musim Panas
Marilah kita pergi ke lading sayangku,
Sebab waktu panen sudah dekat dan sinar matahari
Mulai mematangkan gandumnya
Marilah kita rawat buih bumi,
Sementara jiwa menumpuk andum suka cita
Dari benih cinta nan ditaburkan dalam hati kita
Marilah kita isi wadah kita dengan hasil alam
Sementara kehidupan mengisi hati kita dengan kelimpahannya
Marilah kita jadikan bunga-bunga loka tidur kita
Dan langit selimut kita
Marilah kita bersantai setelah seharian bekerja
Dan mendengar suara genre sungai kecil nan menggoda
***
Musim Gugur
Marilah kita pergi mengumpulkan buah anggur di kebun anggur
Untuk diperas dan menyimpan minuman anggurnya dalam wadah nan lama
Seperti jiwa nan menyimpan pengetahuan sepanjang masa
Di dalam wadah-wadah kekal
Marilah kita kembali ke loka tinggal kita
Sebab angin telah membuat angin-angin nan menguning jatuh
Dan menyelebungi bunga-bunga nan mongering
Membisikan nyanyian kematian pada Musim Panas
Pulanglah kekasihku nan kekal,
Sebab burung-burung telah berziarah ke loka nan hangat
Dan meninggalkan daratan tinggi nan dingin
Menderita sendirian
Bunga melati dan semak belukar
Tak memiliki air mata lagi
Marilah kita tidur karena genre sungai kecil nan letih tak lagi bernyanyi
Dan Musim Semi nan penuh keriangan telah habis tangisnya
Perbukitan tua pun telah menyimpan baju warna-warni mereka
Marilah sayangku,
Alam pantas letih dan sedang mengucapkan selamat tinggalnya
Dengan melodi nan hening dan penuh kepuasan
***
Sayap-Sayap Patah
Wahai Langit
Tanyakan pada-Nya
Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..
Begitu ringkih dan mudah terluka..
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh
Saat berselimut cinta dan asa..
Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu
Didalam hati ini..
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat..
juga meninggalkan kepedihan nan tidak terkira
Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan
Menyesakkan dada..
Tak berdaya melawan gejolak nan menerpa...
Wahai ilalang...
Pernah kan kau merasakan rasa nan begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam
Katakan padaku
Sebuah kata nan dapat meredam gejolak hati ini..
Sesuatu nan dibutuhkan raga ini..
Sebagai pengobat tuk rasa sakit nan tidak terkendali
Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu nan kau ucapkan padaku
Aku tidak tahu apa maksudmu
Hanya menduga..
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana
Menunggumu dengan setia..
Menghargai apa arti cinta...
Hati nan terjatuh dan terluka
Merobek malam menoreh seribu duka
Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin nan berlalu
Menancapkan rindu....
Disudut hati nan beku...
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin
Berserakan ....
Sebelum hilang di terpa angin...
Sambil terduduk lemah....
Ku coba kembali mengais residu hati
Bercampur baur dengan debu
Ingin ku rengkuh...
Ku gapai kepingan di sudut hati...
Hanya bayangan nan ku dapat....
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya
Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini
Ia telah patah..
Tertusuk duri-duri nan tajam....
Hanya dapat meratap....
Meringis..
Mencoba menggapai sebuah pegangan..
***