Mendaki Jalur Pangrango Melalui Jalur Cibodas
Bagi Anda nan getol berpetualang mendaki gunung, belum lengkap rasanya jika Anda belum pernah “menaklukkan” Gunung Pangrango . Gunung berapi setinggi 3.019 meter di atas permukaan bahari ini terletak di Jawa Barat, bersama-sama dengan Gunung Gede menjadi taman nasional loka perlindungan berbagai flora dan fauna nan dilindungi. Bahkan, taman nasional nan dinamakan “Gede Pangrango” ini termasuk ke dalam lima taman nasional pertama nan diresmikan oleh pemerintah.
Luas kawasan ini mencapai 15.196 hektare. Bahkan, pada 2003, areanya diperluas hingga 21.975 hektare. Ragam hidup di kawasan ini cukup kaya. Hal itu didukung oleh beragamnya ekosistem nan berkembang. Ada ekosistem pegunungan, ekosistem rawa, dan juga ekosistem padang rumput.
Berkembangnya majemuk ekosistem di kawasan ini memberikan kita pemandangan nan menarik. Di puncaknya, Anda akan mendapatkan view nan spektakuler. Bahkan, konon, jika cuaca cukup mendukung, Anda bisa melihat Bahari Jawa di utara dan Samudera Hindia di selatan.
Gunung Gede memberikan Anda pemandangan nan menakjubkan. Namun, jika Anda tertarik menjelajahi kekayaan flora dan fauna, maka gunung Pangrango menjadi pilihan nan lebih baik bagi Anda.
Sejarah dan Legenda Gunung Pangrango
Sebelum menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di tahun 1980, gunung ini merupakan kawasan hutan lebat nan dipenuhi legenda-legenda dan mitos masyarakat sekitar. Lereng pegunungannya sendiri sering kali dimanfaatkan sebagai huma agrikultural. Salah satu tanaman nan populer ditanam di lereng gunung ini adala teh.
Kebun teh sudah dikembangkan di lereng Pangrango dan Gunung Gede sejak tahun 1728. Jenis-jenis teh nan ditanam ialah teh varietas Jepang, teh Assam dari India, dan sebagainya. Iklim dan cuaca lereng gunung ini memungkinkan teh berkembang baik di sana. Di tahun 1830, mulai dikembangkan kebun raya kecil-kecilan di dekat gunung ini oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebun raya tersebut lama-kelamaan menjadi semakin besar dan berkembang menjadi Kebun Raya Cibodas.
Kebun Raya Cibodas didirikan di dekat Gunung Pangrango sebab gunung ini memiliki varietas tanaman nan sangat beragam, sehingga memancing keingintahuan para pakar nabati buat menelitinya. Di abad ke-19, Kebun Raya Cibodas memiliki koleksi tumbuhan lokal nan sangat beragam, nan merupakan hasil penelitian dari Gunung Gede dan Pangrango.
Di tahun 1889, sebagian besar areal hutan Pangrango dijadikan kawasan cagar alam. Cagar ala mini semakin lama semakin besar dan melibatkan areal hutan Gunung Gede. Inilah cikal bakal pembentukan Taman Nasional Gunung Gede - Pangrango.
Masyarakat sekitar meyakini bahwa gunung ini merupakan loka bertapanya para resi. Salah satu legendanya ialah seorang pertapa nan sangat konsentrasi dalam bertapa dalam waktu nan lama sehingga berubah menjadi batu saat masih duduk bersila. Batu ini bisa dilihat di wilayah Pangrango. Syahdan pertapa ini akan kembali menjadi manusia saat kiamat datang.
Mendaki dan Berkemah di Gunung Pangrango
Kawasan ini telah menjadi kawasan wisata nan ramai hari ini. Dari Jakarta, lokasinya kurang lebih 100 meter ke selatan. Jika Anda berangkat dari Jakarta, dua jam sudah cukup mengantarkan Anda ke lokasi pendakian, tentu jika jalanan tak macet. Bagi Anda nan menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa melakukan perjalanan lewat jalan tol Jagorawi-Ciawi. Setelah keluar di daerah Gadog, ambil arah Puncak-Bandung.
7,6 km dari Puncak Pass, Anda akan menemukan jalan masuk ke Taman Nasional Gede Pangrango. Biaya masuknya tak mahal. Untuk mobil dipungut Rp3.000 dan buat setiap orang Rp1.000. Untuk mendaki gunung ini hingga puncaknya, kurang lebih dibutuhkan waktu 12 jam. Walau begitu, dianjurkan buat mengambil waktu dua hari. Tapi ingat, pilihan bulan pun krusial di sini.
Sebaiknya jangan mendaki pada bulan Januari sampai Maret dan bulan Agustus, sebab biasanya lokasi ditutup sebab cuaca nan buruk, selain buat memulihkan vegetasi. Untuk mendaki, Anda cukup merogoh kocek Rp20.000 sebagai biaya pendakian, plus asuransi Rp2.000. Jangan lupa buat memastikan kelengkapan perlengkapan mendaki Anda, sebab di jalan pendakian ini Anda akan disambut oleh medan nan menantang dan tentu saja udara nan dingin.
Untuk mendaki gunung ini, Ada beberapa peraturan pendakian nan mesti Anda pahami:
- Pengunjung Taman Nasional Gede - Pangrango wajib membayar tiket masuk taman nan termasuk asuransi.
- Untuk mendaki, minta izin pendakian ke kantor pusat taman nan terdapat di Cibodas. Izin harus didapatkan 3 - 30 hari sebelum mendaki, tak dapat dadakan. Ini sebab terlalu banyak pendaki nan mendaki gunung ini.
- Serahkan fotokopi KTP kepada petugas sebelum mendaki.
- Dilarang membawa binatang, senjata tajam, perlengkapan radio, serta bunyi-bunyian lain. Jika membawa walkie-talkie, pastikan Anda mendapat izin khusus.
- Dilarang membuat barah unggun terlalu besar, mengganggu pepohonan dan tanaman (memetik dan mencabutnya), dan mencorat-coret batu serta pohon.
- Wajib mendaki menurut jalur nan sudah ada. Memotong jalur berisiko besar bagi keselamatan Anda.
- Dilarang mencemari hutan dan sungai dengan sampah dan bahan-bahan kimia.
- Selesai mendaki, kembali lapor ke petugas dan menunjukkan surat izin pendakian.
Bagi Anda nan bahagia berkemah di samping mendaki, Anda memiliki setidaknya tiga pilihan loka berkemah, yaitu Bobojong di Gunung Putri Cianjur, Cipelang Pondok Halimun di Selabintana Sukabumi, dan Baru Bolang di Cisarua Bogor. Selamat berpetualang!
Mendaki Jalur Pangrango Melalui Jalur Cibodas
Mendaki gunung Pangrango berarti mendaki Gunung Gede, sebab lokasi keduanya sangat berdekatan sehingga jalur pendakian antara kedua gunung ini saling silang. Salah satu jalur pendakian ke puncak Pangrango ialah melalui jalur Cibodas.
Jalur ini ialah jalur nan paling populer. Para pecinta alam suka mendaki melalui jalur ini sebab sepanjang jalan terdapat satwa-satwa liar nan menarik dan panorama latif di beberapa lokasi, seperti Telaga Biru, Air Panas, dan Air Terjun Cibeureum. Jalur ini juga banyak dipilih sebab memiliki genre air nan memadai.
Di pintu masuk, pendaki wajib meninggalkan fotokopi KTP dan memperlihatkan KTP asli. Dari sini puncak Pangrango dapat ditempuh selama 7 jam pendakian. Di jalur ini terdapat pos-pos berupa bangunan dengan atap. Pos-pos ini sangat bermanfaat sebab baik buat berteduh dan menghangatkan tubuh. Meski demikian, tak disarankan buat mendirikan tenda di dalam pos sebab bisa mengganggu pendaki lain dan mempersempit pos.
Di perjalanan, Anda akan melewati sungai air panas di sisi lereng curam. Pastikan Anda mengenakan sepatu, sebab sandal tak bisa menahan panasnya air ke kaki Anda. Ketika sudah melalui lereng, Anda dapat berendam dan mandi di sungai air panas. Hindari menggunakan bahan-bahan kimia, seperti pasta gigi, sabun, dan sampo; sebab sungai air panas ini juga dijadikan sumber air minum bagi pendaki lainnya. Tidak disarankan mendirikan tenda di sini sebab mengganggu pendaki lain.
Dari sana, Anda berjalan menuju sungai deras nan berujung pada air terjun. Jika cuaca tak terlalu dingin, Anda dapat berhenti sejenak buat beristirahat dan mandi di sana. Pastikan tempat-tempat air minum Anda terisi penuh dari air terjun tersebut, sebab dalam perjalanan selanjutnya Anda akan sulit mendapatkan air. Dari sana, ambil arah kanan buat menuju puncak Pangrango. Dari sinilah pendakian nan sebenarnya dimulai, sebab Anda harus bersiap menghadapi cuaca nan sangat dingin dan jalan nan sangat menanjak.
Dari sana, Anda membutuhkan waktu selama kurang lebih 3 jam buat mendaki mencapai puncak Pangrango. Pastikan peralatan, persediaan makanan dan minuman, serta kondisi fisik Anda benar-benar siap; sebab medannya berupa hutan nan lebat dan terjal.
Tiba di puncak gunung Pangrango, Anda akan disuguhi pepohonan lebat sehingga panoramanya kurang terlihat. Untuk menikmati pemandangan, berjalan turunlah sedikit ke arah barat. Anda akan tiba di areal terbuka dengan kembang edelweis di mana-mana. Loka seluas 5 hektar ini disebut Alun-Alun Mandalawangi.