Mineral Organik

Mineral Organik

Melubangi gunung buat menjadikannya tumpukan gunung nan lain, kita tak sedang membicarakan disimbugasi istilah mineral di sini nan dapat merupakan nama sesuatu hal nan lain, selain material senyawa alami nan terbentuk oleh proses geothermal atau geochemical di dalam bumi. Mineral di sini ialah apa-apa nan di -mine (ditambang) oleh manusia.

Mineral itu umumnya dapat berarti sesuatu benda nan tak hayati tapi terbentuk oleh kehidupan dan pergerakan. Klarifikasi ringkas macam itu terlalu samar buat geologi. Mineral setidaknya ialah setiap zat nan memiliki empat kualitas tertentu.

  1. Mineral itu alami: zat nan terbentuk tanpa donasi manusia.
  2. Mineral itu solid: zat nan tak lembek, atau meleleh atau menguap.
  3. Mineral itu anorganik: zat nan tak terdiri dari senyawa karbon seperti nan ditemukan pada makhluk hidup.
  4. Mineral itu terkristalisasi: zat nan memiliki subtansi saling berjauhan dan berbeda dalam susunan atom.

Benarkah seperti nan tercantum pada pembagian dan terminologi di atas? Bagaimana jika ditemukan mineral nan tak bersifat alami, melainkan dibuat oleh manusia. Bagaimana jika terdapat mineral nan tak solid, alias lentur. Bagaimana jika ditemukan mineral nan organis, dan bagaimana jika ditemukan mineral nan tak terkristalisasi, tak terlihat bentukannya?

Sifat-sifat dari benda di dalam bumi, nan memiliki kemiripan, nan memiliki perbedaan makna berlawanan, memiliki susunan dan fungsi berbeda, atau bahkan dapat saling berkerja sama, justru sulit disederhanakan oleh definisi-definisi para 'ahli' nan susah payah membuat batasan, membuat karakterirasi di atas, nan malah tak benar, dan tak jelas benar. Tapi memang ada orang nan menjadi tokoh sebab sanggup memberi nama pada mineral, memberi definisi pada mineral. Klasifikasinya gagal. Simak saja pembahasan di bawah ini.



Mineral nan Tidak Alami

Berlawanan dengan kategori di atas, ditemukan pula mineral nan tak alami, terbentuk oleh proses kimiawi nan tak sengaja dilakukan oleh manusia. Sampai tahun 1990-an, mineralogists dapat mengusulkan nama buat senyawa kimia nan terbentuk selama proses pemecahan zat protesis itu.

Misalnya seperti hal-hal nan ditemukan di tempat-tempat seperti lubang bekas galian dari proses industri atau mobil nan berkarat (walaupun dari karatan besi itu, zatnya sebenarnya ditemukan kemiripan dengan hematit mineral magnetit alam, dan goethite). Klarifikasi mengenai mineral nan dapat dibuat itu tak lagi menari, kecuali menambahi buku-buku geologi tentang mineral nan tak benar-benar alami.



Soft Mineral

Ini pun sedikit banyak juga merupakan anomali dari klarifikasi di atas. Karena memang terdapat pula mineral nan zatnya secara fisik tidaklah solid. Secara tradisional dan secara resmi, bentuk orisinil dari merkuri dianggap mineral, meskipun mercuri itu ternyata berbentuk cair pada suhu kamar.

Pada suhu sekitar 40 derajat di bawah nol, merkuri mengeras dan membentuk kristal seperti logam lainnya. Jadi ada bagian di Antartika di mana merkuri ialah benar-benar dapat disebut mineral.

Untuk contoh nan kurang lebih ekstrem, cobalah pertimbangkan mineral ikaite, yakni kalsium karbonat terhidrasi nan terbentuk hanya di dalam air dingin. Mineral cair ini akan terdegradasi ke dalam bentuk kalsit dan air pada rataan suhu 8 derajat Celcius. Mineral jenis ini pula terdapat di daerah kutub, dasar bahari dan tempat-tempat dingin lainnya, dan Anda tak bisa membawanya ke laboratorium kecuali mineral itu tersimpan di dalam freezer.

Es juga mineral, meskipun tak tercantum dalam buku pedoman lapangan tentang mineral. Misalnya ketika es terkumpul dalam bentuk nan cukup besar, lantas meretak dalam kondisi solid state alias kaku bagai gletser.

Memang, semua mineral dan juga batu-batuan ialah bagian dari proses kondensansi perlahan-lahan nan diberikan cukup panas dan tekanan. Itulah nan membuat lempeng tektonik bergerak-gerak, yakni konvoi pembentukan mineral di dalam bumi. Jadi dapat dipastikanlah, tak ada mineral nan benar-benar solid kecuali barangkali berlian (sejauh ini).

Ada pula mineral lainnya nan tak cukup padat malah fleksibel. Mineral mika contohnya nan paling terkenal, ada juga molibdenit contoh nan serupa. Mineral tersebut berbentuk bagai serpihan logam nan bisa kusut seperti kertas aluminium foil, tahu kan nan Anda sering pakai buat membungkus daging panggang?

Tentu saja nan paling menakjubkan ialah mineral chrysotile atau mineral asbes nan syahdan cukup sanggup ditenun dijadikan benang dan dijadikan kain. Memakai baju dari mineral, menarik juga.



Mineral Organik

Nah ini pula, anggaran bahwa mineral itu harus anorganik mungkin terlalu ketat. Zat nan membuat batu bara, misalnya, terbentuk dari berbagai jenis senyawa hidrokarbon nan berasal dari dinding sel, kayu, serbuk sari dan sebagainya. Ini terkadang disebut macerals saja walau bukan mineral. Tetapi jika diperas, si batu bara itu cukup keras dan cukup lama, karbon pula semua elemen lainnya akan menjadi grafit. Meskipun berasal dari organik, grafit ialah mineral, atom karbonnya diatur secara rapi.

Berlian juga sama, terbentuk dari karbon atom nan organis, lantas diatur dalam kerangka nan kaku. Proses kondensasi berlian itu berjalan setelah 4 miliar tahun si karbon hayati di Bumi dan digencet, diperas, diformat sampai berbentuk berlian. Kelihatannya proses nan lumayan sebentar lah.

Jadi silakan katakan bahwa berlian itu organis, alias makhluk hidup. Sangat kondusif buat mengatakan bahwa semua berlian global dan grafit asalnya organik. Bahkan, jika orang-orang menyakal benda-benda tersebut tak sepenuhnya organik.



Amorf Mineral

Mineral dapat tidak berbentuk, benarkah? Mineral niscaya terbentuk tergantung seberapa kecil bentuk kristalinitasnya. Jika Anda bilang mineral itu tanpa bentuk atau amorf, barangkali ukurannya nan keliwat kecil. Ukuran kristalnya.

Banyak pula mineral nan membentuk kristal di mana terlalu kecil bagi kita buat berupaya melihatnya di bawah mikroskop. Tetapi teknologi itu makes to be better , dibuat buat dapat melakukan apa nan tadinya belum dilakukan, bahkan buat urusan mineral amorf ini. Sehingga bisa ditunjukkan mineral ini membentuk menjadi kristal pada skala nano dan dilihat menggunakan teknik difraksi serbuk sinar-X.

Memiliki bentuk kristal berarti bahwa zat tersebut memiliki resep nan niscaya atau formula kimia. Ambil contoh formula kimia sederhana seperti halit (NaCl) atau formula kimia nan lebih kompleks lainnya seperti epidot (Ca2Al2 (Fe3 +, Al) (SiO4) (Si2O7) O (OH)). Jika Anda lebih ingin 'melihat' mineral amorf, susutkan ke ukuran atom dan Anda dapat beritahukan mineral nan ingin dilihat dari susunan molekulnya.

Lantas apa mineral itu persisnya? Bukankah artikel ini harus memberitahuan apa dan bagaimana mineral. Bukankah artikel ini harus memberikan titik cerah tentang definisi mineral. Mengapa artikel ini memberikan definisi mineral buat sekaligus membantah definisinya. Tidak adakah nan sanggup mengetahui apa itu mineral secara utuh dan sederhana?

Mudah saja, berlakukan saja bentuk rasisme pada suatu mineral, seperti nan memang terjadi selama ini. Sebagaimana konduite manusia kepada manusia lainnya jika malas berhadapan dengan kompleksitas dan maunya main sergap. Kategorikan saja, ada mineral sejati, dan ada mineral nan tak sejati. Ada mineral murni, dan ada mineral nan bukan murni. Para pakar memang membantu proses pendidikan geologi kita.