Merawat Bayi Kucing Hutan
Sulitkah jual kucing hutan jinak ? Kucing hutan termasuk hewan nan paling digemari buat dijadikan peliharaan, Selain penampilannya nan lucu, ia dapat pula diajak berinteraksi dan bermain bersama.
Namun bila Anda merasa bosan atau kurang tertantang, Anda dapat mulai mencoba memelihara kucing hutan. Saat ini sudah banyak toko hewan peliharaan nan menjualnya. Harga jual kucing hutan jinak sangat variatif, tergantung jenis, ukuran, dan taraf kejinakannya.
Meski sedang membicarakan kucing hutan liar, kita tak akan berbicara tentang singa, harimau , atau macan. Hewan-hewan tersebut memang termasuk kategori kucing hutan dan rasanya niscaya akan seru jika dapat berinteraksi dengan mereka, tetapi taraf kebuasan dan ukurannya tak memungkinkan mereka dapat dijadikan peliharaan rumahan.
Tidak sembarang orang dapat menghadapi para kucing besar tersebut. Selain itu, alasan regulasi juga jadi pertimbangan saat muncul keinginan bila ingin memelihara hewan ini. Ya, hewan-hewan tersebut berstatus dilindungi oleh hukum.
Anda dapat memilih jalan nan lebih aman, yaitu memelihara kucing hutan kecil. Penampilannya cukup mengingatkan kita pada kucing besar. Itu sebab kucing hutan ini di sekujur tubuhnya memiliki motif bulu nan menyerupai macan. Ukurannya sepadan dengan kucing rumahan biasa sehingga memudahkan saat Anda menggendong dan memeluknya, termasuk saat membawanya bepergian. Salah satu jenis nan dapat didapatkan ialah asian leopard cats (ALC) nan termasuk spesies Prionailurus Bengalensis .
Indonesia memiliki sedikitnya tiga sub spesiesnya nan masing-masing menyebar di Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan Pulau Kalimantan, yaitu Prionailurus Bengalensis Javanesis, Prionailurus Bengalensis Sumatranus , dan Prionailurus Bengalensis Borneoensis.
Kucing hutan termasuk hewan malam atau nocturnal . Ia lebih aktif bergerak pada malam hari. Aktifitas utamanya ialah mencari mangsa. Ia getol berburu hewan nan lebih kecil darinya, seperti kelinci, tupai , tikus, burung, serangga, dan hewan kecil lainnya.
Memilih Kucing Hutan Peliharaan
Mengingat sifat aslinya nan liar dan agresif, sebaiknya Anda tak memelihara kucing hutan dengan cara menangkapnya langsung dari hutan. Selain membahayakan keselamatan diri Anda sendiri, juga membahayakan kelangsungan hayati si kucing. Hewan liar nan diambil langsung dari habitat aslinya dan dipindahkan ke loka tinggal barunya nan sangat jauh berbeda, akan mengalami kesulitan beradaptasi.
Kesulitan beradaptasi ini salah satunya terlihat dari terganggunya pola makan. Bahkan hewan akan cenderung tak mau makan. Ruang geraknya nan terbatas juga akan menyebabkan stres. Dan pada akhirnya, hewan akan sakit-sakitan dan mati. Matinya hewan nan secara jumlah sudah tergolong langka ini dikhawatirkan akan berujung pada kepunahan spesiesnya.
Jangan sembarangan membeli dari orang nan jual kucing hutan tanpa mengetahui legalitas penjualannya. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) menggolongkan kucing hutan sebagai apendiks II, yaitu hewan nan populasinya hampir langka sehingga perdagangannya dibatasi.
Pembatasan perdagangan hewan liar dilakukan dengan tujuan buat melindungi kelestarian hewan tersebut. CITES sendiri merupakan perjanjian internasional nan berfokus pada konservasi flora dan fauna liar dari kegiatan perdagangan ilegal. Jadi, belilah kucing hutan hanya dari biakan di peternakan.
Akan lebih kondusif jika Anda mengadopsi kucing hutan hasil biakan. Anda dapat menemukannya dengan mudah di toko hewan peliharaan. Toko hewan nan jual kucing hutan jinak biasanya mendapatkan suplai dari peternak.
Kucing hutan memang diperbolehkan buat diternakkan. Peternakan ini berguna buat menambah jumlah populasi kucing hutan nan terbatas, mengingat area hutan sebagai habitat aslinya juga makin terusik. Hal ini dapat menyelamatkan kelangsungan hidupnya dan mencegahnya dari kepunahan. Selain diternakkan, hewan ini juga dilatih supaya jinak dan kondusif buat dipelihara oleh kalangan masyarakat luas.
Daya tarik primer kucing hutan terletak pada pola rona pada bulunya nan menyerupai macan. Walaupun diternakkan, estetika corak bulu kucing ini tetap terjaga dengan alami sebab kualitas indukan dan jantan nan terpilih. Di toko hewan peliharaan, Anda dapat memilih rona dan corak nan Anda sukai.
Pilihannya tak terbatas pada ras lokal saja, tapi ada juga anakan impor dan blesteran. Rona dan pola belang pada bulu kucing akan mulai terlihat saat kucing beranjak remaja dan dewasa. Jika Anda memilih buat mengadopsi bayi kucing, Anda dapat melihat atau bertanya tentang kualitas indukan dari bayi tersebut. Kucing hutan dewasa ukurannya dapat melebihi ukuran kucing dewasa dari jenis nan biasa, beratnya dapat mencapai 7 kilogram.
Selain penampilan, karakter juga termasuk krusial buat dipertimbangkan. Kucing hutan nan sudah jinak tak lagi menunjukkan konduite agresif. Insting berburu dan menyerangnya sudah jauh berkurang. ia tak suka mencakar atau menggigit. Tidak lagi takut kepada manusia dan bahkan bahagia bermain dengan manusia layaknya kucing rumahan ras biasa. Secara umum, berikut ialah langkah-langkah nan dapat dilakukan ketika akan membeli kucing hutan:
- Tanyakan asal kucing, apakah hasil penangkapan dari habitat aslinya atau dari peternakan . Hindari membelinya jika itu hasil tangkapan dari alam bebas. Selain tindakan itu melanggar hukum, hewan tersebut masih memiliki sifat aslinya nan berbahaya bagi manusia.
- Cobalah berinteraksi langsung dengan si kucing. Jika sudah jinak, ia tak akan menghindar saat didekati. Tidak akan mencakar atau menggeram saat disentuh atau dielus. Juga tak akan berusaha melarikan diri saat digendong.
- Periksalah kondisi kesehatan si kucing. Apakah ia tampak sehat atau sakit. Kucing nan sehat akan terlihat dari sorot matanya nan bening dan tajam. Tidak ada kotoran nan menempel di ujung-ujung matanya. Kondisi telinga dan pantat juga harus terjaga kebersihannya. Bulunya lebat dan lembut, tak kusam dan kusut. Kucing nan sehat juga akan terlihat dari gerak-geriknya nan lincah. Jangan membeli kucing nan tampak murung atau loyo sebab dikhawatirkan itu indikasi si kucing sedang sakit.
- Selanjutnya, Anda perlu mengetahui pola hidupnya agar tak salah menerapkan cara pemeliharaan. Apa saja makanan nan disukai dan apa saja nan perlu dihindari. Jangan pernah memberinya makan daging atau ikan mentah, apalagi masih ada darahnya, sebab bisa memunculkan kembali sifat agresifnya.
Merawat Bayi Kucing Hutan
Bila Anda memeliharanya saat bayi, Anda harus tahu persis berapa usianya agar dapat memperlakukannya sinkron dengan tahapan perkembangannya. Bayi kucing hutan baru siap menerima makanan menjelang usia tiga bulan. Jika usianya masih di bawah itu, cukup beri susu rendah laktosa. Jika ada, Anda dapat memberinya susu spesifik kitten.
Jika tak ada, Anda dapat mencoba susu formula bayi biasa (bayi manusia). Namun perhatikan apakah pencernaannya cocok dengan susu tersebut. Ketidakcocokan susu akan terlihat dari intensitas buang air besarnya sering dan fesesnya encer. Bayi kucing akan merasa lapar setiap 3-4 jam. Pastikan Anda memberinya susu dalam dosis nan pas, tak kurang juga tak hiperbola agar tak membahayakan sistem pencernaannya nan belum sempurna.
Letakkan bayi kucing hutan Anda di kandang nan leluasa, tak sempit juga tak terlalu luas. Beri penerangan nan cukup (sekitar 5 watt) supaya si bayi merasa hangat. Jangan menempatkannya bersama kucing lain nan lebih besar buat menghindari bahaya terinjak atau terjepit. Di tiga bulan pertama usianya, anak kucing belum memerlukan mandi.
Ia belum dapat mengontrol suhu tubuhnya sehingga akan mengalami kedinginan akut jika tubuhnya bersentuhan dengan air. Sang bayi mulai siap menerima makanan padatnya menjelang usia tiga bulan. Perkenalkan ia dengan makanan lembek terlebih dahulu.
Anda dapat memperoleh makanan kitten di supermarket atau toko hewan peliharaan. Jika ingin membuat sendiri, Anda dapat mencoba rebusan daging ikan atau daging ayam nan dicincang halus. Jangan ragu buat membawanya ke dokter hewan buat inspeksi kesehatannya secara menyeluruh serta lakukan vaksinasi nan tepat.
Demikianlah ulasan seputar jual kucing hutan jinak. Semoga bermanfaat.