Lirik Lagu Ebiet
Lagu Ebiet G Ade , hampir selalu diperdengarkan di semua media elektronik Indonesia khususnya ketika ada sebuah musibah besar melanda negeri ini. Hal ini sebab lagu-lagu nan dilantunkan musisi balada ini dianggap mampu mewakili kesedihan para korban bencana.
Suara Ebiet nan begitu khas juga sangat pas dengan keadaan nan begitu menyedihkan. Suara Ebiet seolah memang tercipta buat menyanyikan lagu dari alam kesunyian yang menyedihkan. Bahkan ketika Ebiet menyanyikan satu lagu cinta, cinta itu terasa kelam dan penuh kesenduhan. Entah apakah memang seperti itu juga nan dirasakan oleh Ebiet mengenai suaranya atau tidak, nan niscaya ialah bahwa Ebiet mempunyai sekelompok orang nan benar-benar menjadi penggemarnya sejati.
Lagu Yang Menyentuh – Lambaian Tepat Satu Kisah
Salah satu contohnya ialah ketika Indonesia dirundung rentetan bencana. Mulai tragedi Tsunami Aceh pada tahun 2004, gempa di Jogjakarta dan berbagai bala atau tragedi humanisme lain. Seperti tabrakan kereta nan memakan banyak korban jiwa atau terbakarnya beberapa kapal di tengah lautan. Melalui lagu Ebiet G Ade nan disajikan berulang-ulang itulah, kita diajak buat kembali merenungi tentang musibah dan mengingat kebesaran Tuhan nan merupakan pengarah adegan paling hebat atas semua kejadian di global ini.
Tak ada sesuatu nan bisa menghalangi ketika Tuhan telah berkehendak. Hilanglah semua harapan. Hilanglah semua impian. Hilanglah semua apa nan telah dicita-citakan bersama dengan gelombang kenestapaan. Asa satu-satunya hanya kepada kasih dan sayang nan dilimpahkan Tuhan. Satu keyakinan bahwa Tuhan sayang kepada umat-Nya dan tidak akan mungkin memberikan cobaan di atas kemampuan umat-Nya. Niscaya ada satu keyakinan buat terangkatnya derajad ketika lulus dari satu ujian.
Lirik lagu dengan judul Menjaring Matahari, ialah salah satu lagu nan sangat akrab di telinga para penggemar Ebiet G. Ade. Lagu ini berkisah betapa manusia sangat kecil di hadapan Tuhan dan manusia hendaknya hanya berlari ke Tuhan ketika ada peristiwa nan tidak mungkin hanya ditangani oleh manusia.
Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku
Pekat, katamu peralat menyelimuti matahari
Aku dan semua nan ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam kelam
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan
Deras, agar semua basah nan ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kehalauan
Roda zaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hayati sangat diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada nan bisa menolong
Selain nan di sana
Tak ada nan bisa membantu
Selain nan di sana
Dialah Tuhan
Dialah Tuhan
Oh, oh, oh Tuhan
Hmm, hmm, hmm Tuhan
Dalam lagu Menjaring Matahari itu, tutur lirik dan nada terwakili dengan kata nan dikaitkan dengan suasana alam. Sebuah lagu nan sangat dalam berkisah tentang apa nan terjadi pada manusia. Ebiet sangat pandai menyatukan kata-kata nan latif dalam satu lagu nan mewakili setiap makna kehidupan. Lagu nan tercipta dari satu renungan nan mendalam terhadap apa nan dirasakan oleh manusia. Sporadis menemukan lagu nan begitu kuat dan sangat bersahaja dalam tutur tetapi sangat dalam artinya hingga masuk ke relung hati nan paling dalam.
Lagu Kreasi Sendiri
Ketika inspirasi itu datang, Ebiet akan menuliskannya dalam syair nan indah. Namun, ketika inspirasi itu tidak datang, Ebiet menyimpannya dalam renungan beberapa lama sebelum menuangkannya ke dalam deretan nada nan akan menjelma menjadi satu lagu utuh nan merdu.
Lagu Ebiet memang lebih kental tentang lagu-lagu nan menyayat hati. Namun tak semua lagu Ebiet G Ade ini bertutur tentang bala dan derita saja. Dalam liriknya, Ebiet kerap pula mengangkat tema tentang estetika alam dan juga religi serta kehidupan keluarga. Dan satu keunikan dari lagu Ebiet G Ade adalah, bahwa semua lagu nan dinyanyikannya merupakan karya ciptanya sendiri dan bukan hasil karya orang lain.
Simaklah satu lagu dengan judul Nyanyian Rindu berikut ini. Lagu tersebut berkisah tentang cinta nan penuh kerinduan. Kerinduan nan tercipta sebab jeda nan memisahkan fisik kedua insan nan saling mencinta.
Coba engkau katakan padaku
Apa nan seharusnya saya lakukan
Bila larut tiba wajahmu terbayang
Kerinduan ini semakin dalam
Gemuruh ombak di pantai Kuta
Sejuk, lembut angin di bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
Tak mampumengusir kau nan manis
Bila saja kau ada di sampingku,
Sama-sama arungi danau biru
Bila malam mata enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah ho ...
Du du du du du du du du du du
Du du du du du du du du du du
Coba engkau dengar lagu ini
Aku nan tertidur dan tengah bermimpi
Langit-langit kamar penuh gambar
Wajahmu nan bening, sejuk, segar
Kapan lagi kita akan bertemu
Meski hanya sekilas kau tersenyum?
Kapan lagi kita nyanyi bersama?
Tatapanmu membasuhg luka ho ...
Du du du du du du du du du du
Du du du du du du du du du du
Itulah Ebiet, walaupun Nyanyian Rindu itu ialah lagu roamntis, suaranya nan khas tetap membuat lagu itu menjadi satu lagu dengan perbedaan makna kelam nan menyayat. Ebiet mungkin sangat menyadari bahwa suaranya sulit buat menyanyikan lagu orang lain atau mungkin saja Ebiet merasa tidak mampu memenuhi baku menyanyikan satu lagu nan diciptakan orang lain untuknya. Itulah uniknya Ebiet, seorang laki-laki dengan penampilan nan bersahaja dan sangat sederhana. Kehidupan gemerlap tidak membutakan laki-laki nan kalem ini. Dia tetap dengan pandangan hidupnya nan sederhana dan tak banyak meminta. Dia merasa bahwa hidupnya telah cukup.
Profil Ebiet G Ade
Ebiet G Ade terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far di daerah Wanadadi, Banjarnegara. Ayahnya ialah seorang guru sementara ibunya ialah pedagang kain. Ebiet lahir pada tanggal 21 April 1954 dan merupakan anak bungsu dari enam bersaudara.
Perkenalannya dengan global seni dimulai sejak tahun 1970an, di mana usai lulus SMA Muhammadiyah I Yogyakarta, Ebiet tak melanjutkan kuliah sebab tiada biaya. Ebiet muda lalu menghabiskan waktunya di jalanan dan berteman dengan para artis muda seperti Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas dan juga E.H Kartanegara.
Yogyakarta pula nan banyak memberikan rona musik dari Ebiet nan mulai belajar bermain gitar secara formal di loka kursus Kusbini. Senisono di kawasan Patangpuluhan, Yogyakarta menjadi ajang bagi Ebiet buat mulai belajar mementaskan kemampuan musiknya. Ebiet berpentas dengan melakukan musikalisasi puisi dari Emily Dickinson.
Mulai pertengahan tahun 70an, dengan didorong oleh rekan dekatnya, Ebiet mulai merambah global musik. Dan pada tahun 1979, sebuah studio musik yaitu Jackson Record mau menerima karya Ebiet buat melakukan rekaman perdananya.
Hingga kini, Ebiet sudah menghasilkan 23 album solo serta 24 album kompilasi. Dari seluruh album nan dihasilkannya, dua album yaitu Camelia III serta album Zaman direkam di studio luar negeri. Untuk Camelia III, Ebiet melakukan rekaman di Filiphina. Sedangkan album Zaman, direkam di Capitol Studio, Amerika.
Ebiet pernah pula membuat studio rekaman sendiri nan bernama EGA Record. Di bawah bendera EGA ini, Ebiet sempat meluncurkan tiga album yaitu Sketsa Rembulan Emas, Seraut Paras dan Menjaring Matahari.
Dan sebagai penyanyi nan memiliki jiwa sosial tinggi, Ebiet G Ade kerap terlibat dalam proyek lagu kemanusiaan. Salah satunya ialah proyek album Kita Untuk Semua bersama 57 penyanyi. Hasil pendapatan dari album ini, seluruhnya diperuntukkan bagi korban Tsunami Aceh nan terjadi pada tahun 2004. Dan ketika gempa Yogya terjadi pun Ebiet rela mengadakan konser tanpa dibayar. Konser tersebut dilakukan di depan gedung STIEKERS, nan runtuh pada saat gempa berkekuatan 5,3 SR melanda Yogyakarta 26 Mei 2006.
Lirik Lagu Ebiet
Berikut ini ialah satu judul lagu Ebiet G Ade nan tak berkisah tentang musibah. Inilah lagu cinta. Judulnya, Untukmu Kekasih
Ingin berjalan berdua denganmu kekasih
Lewati malam setelah usia rinai gerimis
Lelawajar luruh dengan rumput biru
Jemari tangan kita lekat jadi satu
Pipimu memerah hasratku merekah
Kenapakah waktu tertinggal jauh?
Ku katakan kepadamu tentang hijau huma
Yang bakal kita kerjakan dengan sederhana
Kita segera akrab dengan sinar pagi
Nyanyian kupu-kupu hinggap di rambutmu
Tersenyum kamu ketawalah aku
Kenapakah waktu tertinggal jauh?
Malam suntingkan rembulan untukku
Agar cinta tidak berpaling dariku
Lama saya pelajari satu puisi
Sayang bila hanya angin nan mengerti
Oh burung bernyanyilah
Demi terjalin cinta