Memulai Petualangan di Thamrin City
Pernah merasakan atmosfer belanja di Thamrin City ? Bagiamana kualitas produk nan dijual di thamrin city?
Jakarta semakin membabi buta. Pernyataan itu muncul ketika menginjak ibukota negara tercinta. Awalnya kedatangan ke Jakarta sebatas berkunjung ke rumah saudara di daerah perumahan pertamina Cempaka Putih Jakarta Pusat. Selanjutnya, kami serombongan diajak rekreasi di sekitar bundaran hotel Indonesia.
Hati semakin takjub, karena di sinilah proyek-proyek mercusuar Ir.Soekarno mulai diletakkan. Mengingat kembali sejarah pada masa orde lama, saat proyek mercusuar dilakukan. Proyek mercusuar Soekarno nan dimaksud ialah proyek pembangunan insfrastrukur di wilayah ibukota Indonesia yaitu Jakarta.
Pelaksanaan proyek nan menelan biaya milyaran dengan tujuan agar negara bernama Indonesia mendapat perhatian dari luar negeri setelah keluar dari organisasi global PBB. Selain itu, bertujuan mempererat interaksi persahabatan dengan negara-negara lain melalui kegiatan olahraga GANEFO sebagai penanding perhelatan Asian Games pada waktu itu.
Kembali pada petualangan, saat itu kami serombongan melewati dan berhenti sejenak di depan salah satu bangunan hasil proyek mercusuar yaitu Hotel Indonesia.
Menurut sejarahnya, Hotel Indonesia sebagai loka menginap tamu-tamu negara baik atlet olah raga, official maupun suporter. Diresmikan pada 5 Agustus 1962 oleh Presiden Indonesia Soekarno. Tujuan awalnya buat menyambut ajang GANEFO nan diadakan di Jakarta .
Ditinjau dari pembuatannya, bangunan tersebut dirancang oleh orang Amerika bernama Abel Sorensen dan Istrinya. Hotel Indonesia berada di huma seluas 25.082 meter persegi. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan dan berhenti di depan gedung perbelanjaan mewah dengan 10 lantai, terlihat jelas sebuah tulisan besar merah menyala “ Thamrin City ”.
Ada Norma menarik di setiap perjalanan kami di wilayah Jakarta yaitu tak malu bertanya kepada security di loka nan didatangi termasuk gedung ini. Pertanyaan pertama nan aku sampaikan kepada bapak security yaitu mengenai alamat gedung megah ini, beliau menyampaikan: “Pusat belanja thamrin city ini terletak di Jalan Thamrin Boulevard (d/h Kebon Kacang Raya) Waduk Melati Jakarta Pusat."
Jawaban dari bapak security tersebut belum memuaskan saya. Sebab, dalam hati berkeinginan buat kembali ke gedung ini. Selanjutnya, aku mencoba searching melalui internet , di situ terlihat lokasi nan kami singgahi yaitu terletak di sebelah barat bundaran Hotel Indonesia kurang lebih 135 meter berdekatan dengan Grand Indonesia.
Memulai Petualangan di Thamrin City
Melihat gedung begitu tinggi ini, memori teringat sebuah film Indonesia nan begitu tenar yaitu “The Raid”. Film tersebut menceritakan sekelompok pasukan intelejen bersenjata nan berusaha menumpas rumah susun dengan penghuninya merupakan sekelompok gembong teroris maupun kumpulan penjahat lainnya.
Layaknya pasukan intelejen, kami beserta rombongan berikrar akan taklukkan gedung perbelanjaan 10 lantai tersebut. Langkah pertama pada saat itu, aku siapkan kertas beserta ballpoint buat mencatat produk-produk nan dipasarkan di setiap lantai pusat perbelanjaan bernama Thamrin City.
Petualangan kami dimulai di lantai dasar. Di sana terlihat beberapa gerai baju-baju muslim beraneka corak. Ada satu corak nan paling teringat yaitu pakaian koko “uje”. Sedikit cerita tentang pakaian tersebut, bahwa istilah “uje” bukan sebab merk bajunya. Akan tetapi, corak pakaian tersebut merupakan corak pakaian nan sering dikenakan oleh Ustad “gaul” bernama lengkap Jeffry Al Buchori Modal.
Kata penjualnya “baju corak uje ini, paling laris satu tahun nan lalu, tetapi sekarang tak selaris dahulu”. Karena tertarik dengan pakaian muslim “uje”, akhirnya satu pakaian koko berwarna biru masuk dalam plastik perbelanjaan saya.
Sebenarnya di lantai 1 juga terdapat gerai pusat pakaian muslim lainnya. Namun, kebutuhan kami tak menuju gerai pakaian muslim di lantai 1. Ada satu hal nan paling teringat ketika berkunjung di gerai pakaian muslim yaitu harga pada setiap item nisbi murah, apalagi diperkuat pendapat pelayan toko di pusat busana muslim nan mengatakan “Apabila pembelian dengan partai besar akan mendapat harga istimewa,” kata pelayan toko tersebut.
Masih di lantai dasar, aku beserta rombongan bergerak ke sisi barat. Di sana, kami berdiri di lautan batik. Pengelola Thamrin City menamakannya dengan istilah PBN kepanjangan dari Pusat Batik Nusantara.
Pemberian nama tersebut ada benarnya. Sebab, berbagai hasil karya pengrajin batik dari kota di sekitar pantai utara Jawa meliputi Cirebon, Pekalongan, Garut, Rembang, Pati, dan Semarang tersedia di sana. Kemudian juga ada corak batik khas pantai selatan meliputi Ciamis, Tasikmalaya, Purbalingga juga ada.
Selanjutnya, corak Mataraman diwakili oleh pengrajin Yogyakarta, Bantul, dan Solo. Tidak ketinggalan corak Jawa Timuran dari Sampang, Sidoarjo, Sumenep, Pamekasan, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Magetan, Pacitan, dan hebatnya corak batik luar Jawa juga ada.
Sebenarnya Pusat Batik Nusantara juga terdapat di lantai 1. Namun, di lantai dasar ini aku merasa termanjakan akan keanekaragaman corak batik karya anak bangsa. Ditinjau dari segi harga sinkron selera kantong. Sebab, ada harga 30 ribu per pakain pria dewasa, hingga ada batik tulis yang lembut di angka jutaan.
Perjalanan rombongan menuju lantai dasar sisi timur. Di loka tersebut kami melihat beberapa gerai nan menjual kebutuhan wanita. Mulai dari baju kasual dan tak sedikit busana kerja. Selain itu, ada perlengkapan kosmetik, aksesori dan tas, sepatu dan parfum. Ada beberapa gerai nan mengkhususkan menjual kebutuhan wanita produk luar negeri branded ternama dari India, Cina dan negara tetangga lainnya.
Untuk masalah harga, aku tak mampu menguraikan satu persatu. Namun, buat ukuran kesenangan dan memanjakan para wanita pehobi belanja, mungkin harga tak begitu diperhatikan. Bagi pengguna taksi, di lantai dasar sisi timur juga disediakan loka parkir “Blue Bird “ letaknya di depan loby.
Sehubungan tak begitu berminat membeli produk di lantai dasar sisi kiri, rombongan menuju lantai 1. Di lantai tersebut, kami menemukan sejumlah gerai nan menjual busana muslim dan batik tradisional.
Namun, ada satu loka di lantai 1 sisi barat membuat diri aku tertarik mendatanginya yaitu gerai penjualan tenun. Semakin mengherankan terdapat tenun tradisonal antik karya anak bangsa di wilayah nusantara di sini, tak mengherankan pengelola menamakan loka ini dengan nama zona tenun nusantara.
Terpuaskan akan hasil tenun nusantara, rombongan menuju lantai 2. Di sinilah para penggila teknologi akan dihadapakan dengan surga gadget khususnya hand phone. Berbagai merk HP ada di sana, tak ketinggalan perlengkapan HP mulai dari casing, battery, penambah daya serta pernak-pernik nan dapat mempercantik tampilan HP.
Untuk harga tak perlu khawatir. Sebab, salah satu penjual mengatakan “Kami memberikan diskon pada merk dan jumlah tertentu.” Akhirnya perjalanan kami berhenti di lantai ini. Kami serombongan beristirahat sambil menikmati hidangan nan dijajakan di gerai food court tepatnya di lantai dua sisi timur.
Melelahkan dan terpuaskan itulah kata nan tepat menggambarkan petualangan kami menaklukkan pusat perbelanjaan bernama Thamrin City. Namun, ada sebuah keiginan suatu saat nanti, yaitu melihat lantai nan belum bisa aku datangi. Keinginan tersebut muncul setelah membaca petunjuk arah di gedung, tertulis bahwa di lantai 6 ada bursa aneka merk mobil.
Pesan untuk para pembaca ketika akan mengagendakan kunjungan kesana, yaitu buatlah planning nan matang sebelum berbelanja, catat kebutuhan nan akan Anda beli serta tak kalah pentingnya dalam berbelanja yaitu berhati-hati sebab kejahatan ada di sekitar Anda. Selamat belanja di Thamrin City!