Pentingnya Java Jazz Festival
Sebelum Java Jazz ada, dulu sporadis ada anak muda nan eksis di milenium nan kenal namanya Karakatau, anak muda zaman alay dulunya tidak perlu mengenal apa itu Krakatau, apa-apaan itu Krakatau. Pulau ya? Namun, itulah nama kelompok band Java Jazz lagendaris, nan di gagas oleh Dwiki Dharmawan, Pra B Dharma, juga Indra Lesmana.
Musisi mempermainkan musik bak musik itu punya moyang mereka. Ruth Sahanaya, Trie Utami, Ubiet ( vocal ), Indra Lesmana ( keyboard ), Pra Budhi Dharma (Bas), Gilang Ramadhan (Drum), Ade Rudiana (etnik) dan Donny Suhendra (gitar). Mereka ialah para musisi Jazz Indonesia nan menjadi pihak paling berbahagia terhadap festival Java Jazz ini.
Band gemilang pernah bikin lagu berjudul “gemilang”. Namun timbul tenggelam di millenium sebab kalah saing dengan musik rada melayu dan seniman nan digenjot di Infotainment. Walau satu hal nan pasti, kelompok Krakatau Band belum pernah beralbum gagal, nomor satu kualitas albumnya, syukurlah selalu tayang di pelbagai festival jazz, TV, termasuk di Java Jazz festival.
Java Jazz merupakan festival jazz internasional nan terbesar di belahan bumi selatan. Pengaggasnya niscaya bahagia makan nyali dari kecil, sehingga dapat membuat festival dengan kaliber sebesar itu. Tidak heran, para musisi global dan lokal berlomba-lomba buat tampil bagus di session seleksi, demi nama harum mereka, walau bukan jazz nan dibawakan, walau bukan jam session kemampuannya.
Tentu saja penggagasnya orang besar, Peter F. Gontha, ya bisnismen, ya vokalis Jazz, punya sentuhan dingin membuat event buat 150.000 terus bertambah penggemar musik Jazz nan pernah menyemuti satu festival Java Jazz nan digelar. Pernah dengar tentunya ketika duet dengan Iga Mawarni, nan suara jazzy nya mengingatkan kita sama Sade Adu, vokalis jazz asal Inggris.
Java Jazz - Nama Internasional
Lagipula, tidaklah mudah menciptakan lingkungan lokal nan intim kepada musisi asing, nan datang dari seluruh penjuru dunia. Lantas dengan cepat para tamu merasa at home di Jakarta Internasional Java Jazz Festival [JJF] itu, nan diadakan pertahun dari tanggal 4-6 Maret, dan bertempat di JIExpo Kemayoran.
Mengenai venue sendiri, Java Jazz rada-rada jadi barometer internasional lho . Karena membuat festival Internasional akan memberikan paras negeri terpampang di luar negeri. Para wartawan peliput akan berbondong-bodong arrival di bandara. Jika situasi Indonesia tengah semaput ya tentu saja nama Indonesia juga nan buruk loh .
Acara tahunan Java Jazz Festival telah eksis di Ibu kota sepanjang penyelenggaraan pertamanya pada 2005. Kali ini menjadi penyelenggaraan nan ke tujuh. Modusnya tetap sama, nan dihadirkan adalam musisi Jazz terbaik kelas dunia, nan akan terus rindu datang sebab Java Jazz festival telah memiliki loka spesial di mata para musisi kelas dunia, pun kepada para pengunjungnya.
Tema nan diusung Java Jazz cukup majemuk misalnya “Remakable Indonesia, Harmony under One Nation,” nan memang berlangsung sinkron temanya, dalam pengertian memang di Indonesia sedang ada dalam satu harmoni, satu nada, tak ada nan menyelishi alias kekerasan dan korupsi.
Makna harmoni itu justru harapan, bahwa global musik dunia, ialah global musik nan di manapun akan memberikan keindahan, dalam satu atap nan sama, dan melintasi batas kenegaraan dan budaya. Dan Java Jazz melakukan itu.
Java Jazz dan Para Musisinya
Tidaklah heran jika megastar global pernah hadir di Java Jazz ini. Di antaranya:
- Carlos Santana
- George Benson
- Fourplay
- Corinne Bailey
- Al Jarreau & George Duke Trio
- Barry White Show & The Pleasure Unlimited Orchestra
- Bobby Caldwell
- Bobby McFerrin
- Carl Allen
- Chris Standring
- Dave Koz
- David Sanborn
- Depapepe
- Duwende
- Erykah Badu
- George Duke Trio
- Herbie Hancock
- Marc Antoine
- Marlene Del Rosario (Philipines)
- Maysa Leak
- Megan Bowman
- Michael Paulo
- Michiel Borstlap `Eldorado` (Holland)
- Mike Nock Trio
- Najee
- Omar Sosa
- Raul Midon
- Ray Parker Jr.
- Renee Olstead
- Ron King
- Ron King All Stars Big Band
- Sara Gazarek
- Sizhukong (Taiwan)
- Steve Oliver & Humberto Velas
- Terumasa Hino
- Tetsuo Sakurai
- The Harvey Mason Trio with very special guests Pat Martino & Tony Monaco
- The High Five Quintet (Italy)
Sementara Java Jazz dari pemain lokal diajukan lebih banyak lagi potensi dan talenta nan tak kalah hebat, sure thing walau secara internasional terbatasi dana pemasaran, tapi bagi saya, musisi Indonesia ialah manusia hebat, dan musikus nan bertalenta, toh simak saja festival Internasional semua bakal pahit sama Indonesia nan selalu menyabet nomor satu, walau secara komersial sepertinya butuh langkah banyak buat go internasional. Seperti:
- 4 Peniti misalnya nan musiknya unik asik ada Andi Biola nan dapat melawak dengan musiknya, dan lainnya menyusul.
- 4AM Quartet
- 5 Wanita-Rieka Ruslan, Yuni S, Iga Mawarni, Nina Tamam, Andien
- Abdul
- Aditya
- Adrian Adioetomo
- Afgan
- Alfred Young Sugiri
- Andy Gomez
- Asiabeat
- Audy
- Avenue
- Bad Boyz Blues
- Bali Lounge
- Bambang Nugroho Octagon
- Barry Likumahuwa
- Benny Likumahuwa & The Salamander
- Big Band
- Benny Mustafa Van Diest
- Bibus
- Bop Vivant
- Canizzaro
- Canzo Feat Sherly O
- Cindy Bernadette
- Contra Indigo
- Crave
- Desty
- Devian
- Deviana
- Dewi Sandra
- Dian Pramana Poetra
- Dimi, Ecoutez
- Eki Puradiredja
- Endah N Rhesa
- Ermy Kullit
- The Groove
- atau pemain lawas lagenda Fariz RM, dan silahkan kenali nama terbaik itu di global konkret Anda sendiri.
Dari ragam musisi nan datang, dari pelbagai generasi, pula nan tak hanya memiliki core Jazz. Java Jazz Festival dengan demikan telah sukses menjadi jembatan bagi para musisi, bertukar pengalaman musiknya. Memberikan ruang hayati bagi harmoni kepada pengunjung tentang global nan lebih rileks.
Pentingnya Java Jazz Festival
Ketika ada pertanyaan seberapa penting sih festival jazz, Java Jazz Festival? Bukankah musik jazz sendiri di Indonesia itu musik nan kalah bersaing? Pertanyaan bagus, jika dipandang dari sudutnya para pelanggan dan pengasong musik.
Namun musik bukan sekadar kesuksesan menjual musik, dari seniman nan terpaksa memermak karya-karyanya agar menjadi idealnya para produser lho . Musik juga soal pilihan dan eksistensi. Anjung musik global memang krusial mengetahui ada pula musik melayu, musik Indonesia nan bernada dangdut, buat itulah Java Jazz Festival dihadirkan.
Kenapa bukan rock festival, atau pop festival, pertanyaannya juga bagus. Tapi jawabannya gampang. Karena musik rock, musik pop, disukai oleh kelas tersendiri nan nilai komersialnya terlalu low end . Alias populer sih , tapi bukan nan disukai oleh orang berduit. Anda akan mengerti maksud ini ketika melihat siapa saja nan datang ke acara Java Jazz Festival.
Orang rela denger musik Jazz melanglang buana melewat belahan benua, orang macam apa kalau bukan orang berduit? Dan pilihan orang berduit mendengar Jazz, sebab itulah keseharian mereka ketika di resto caffe, sedang makan siang atau makan malam bersama kolega, musik nan bikin dialog tak terganggu tentu saja nan Jazzy. Festival Java Jazz mewakili selera mereka.
Janganlah heran bila Java Jazz Festival, disemuti orang-orang nan rapih dan necis, sebab spot mereka sporadis di TV, dan sesekali alay harus minggir dari jalan setidaknya selama bulan Maret di Jakarta.