Mengenal Periode Dakwah di Nusantara
Penyebaran Islam di nusantara melalui proses nan panjang. Sayangnya, sejarah ini sering terlupakan, bahkan memang sering dilupakan. Orang jaman sekarang, khususnya anak-anak muda tidak banyak nan tahu tentang sejarah penyebaran Islam di nusantara.
Di sekolah-sekolahpun, kalau diajarkan pelajaran tersebut kadang hanya di singgung sedikit saja. Untuk itulah kita perlu mengetahui sejarah ini agar kita menjadi tahu bagaimana peran orang jaman dulu dalam menyebarkan agama Islam. Dari belajar sejarah tentang perkembangan islam diperoleh banyak kegunaan bagi para pembaca.
Kita tentu sudah mengenal bagaimana sosok dan peran dari para wali di pulau Jawa, dari jasa merekalah banyak penduduk orisinil nusantara nan memeluk agama islam. Hebatnya lagi dakwah mereka tanpa mengenal pemaksaan dan perintah nan keras, dakwah dilakukan dengan banyak cara hingga orang-orang berbondong-bondong masuk Islam dengan suka cita.
Islam merupakan agama nan paripurna dan rahmatan lil ‘alamin, dari pemahaman itulah para pedagang dari wilayah barat Indonesia datang buat misi jual beli dagangan serta mengemban dakwah. Berdakwah menjadi prinsip hayati dari generasi muslim pertama hingga saat ini, menyebarluaskan agama islam dan rahmatnya aktivitas nan perlu dilakukan terus menerus hingga kiamat kelak.
Mengenal Periode Dakwah di Nusantara
Kata nusantara biasanya merujuk kepada daerah nan pernah dikuasai oleh para pendahulu bangsa Indonesia, umumnya para pakar sejarah berpendapat bahwa nusantara mencakup wilayah Aceh hingga Papua nan paling timur. Dakwah menyebar dari wilayah satu ke daerah lainnya dengan sangat cepat.
Di dalam buku-buku sejarah, memang banyak sekali versi mengenai penyebaran Islam di nusantara. Namun, setidaknya proses panjang itu dapat diringkas dalam beberapa periode:
1. Periode kesultanan
Pada periode kesultanan ini, di nusantara banyak berdiri kerajaan-kerajaan Islam. Memang sebelumnya telah muncul kebudayaan nan sangat berpengaruh yaitu kebudayaan Hindu-Budha, hampir seluruh nusantara terwarnai. Hanya sedikit nan belum tersentuh.
Diantara kesamaan pengaruh tersebut, ada daerah-daerah eksklusif nan sedikit sekali tersentuh oleh kebudayaan Hindu Budha, tetapi corak nan lebih dominan ialah kebudayaan islam. Daerah-daerah tersentuh misalnya Aceh, Minangkabau, atau kalau nan ada di pesisir Jawa, daerah Banten ialah daerah nan sedikit sekali tersentuh kebudayaan Hindu Budha. Di daerah-daerah tersebut perbedaan makna keislamannya begitu kental.
Karena komunitas Islam baru sedikit, maka kemudian banyak tokoh-tokoh agama atau nan sering disebut ulama bahu membahu menyebarkan Islam ke seluruh nusantara. Yang paling terkenal ialah kiprah para Walisongo nan melakukan dakwah penyebaran Islam di nusantara khususnya di tanah Jawa.
Para Walisongo ini, mereka punya metode nan cukup unik yaitu dengan berbaur hayati bersama masyarakat dan pelan-pelan mewarnai kehidupan mereka dengan nilai-nilai keIslaman atau nan disebut dengan Islamisasi. Memang tugas ini belum selesai, dan kemudian diteruskan oleh generasi muda Islam selanjutnya.
Para walisongo memberikan contoh kepada kita tentang metode dakwah nan baik buat ciri rakyat Indonesia. Dakwah bukanlah sebuah paksaan, seorang non muslim bisa meyakini Islam sebagai agama nan sahih tatkala dia mampu melihat kebenaran dan kebaikan di dalamnya. Dakwah harus menghindari cara-cara kekerasan karena tak ajaran dari Nabi Muhammad nan membolehkan dakwah menggunakan kekuatan fisik.
Dakwah nan luwes tetapi tak mencampurkan kebenaran dengan kebatilan, itulah karakteristik khas dakwah nan digunakan oleh para wali. Sangat berbeda dengan para juru dakwah era sekarang nan semangatnya tinggi sehingga dengan mudah merendahkan orang lain dan membodoh-bodohkan orang nan tak sepaham pendapatnya. Dakwah semacam ini hanya menimbulkan kontradiksi di tengah masyarakat, tanpa ada perubahan sedikitpun ke arah kebaikan.
Dakwah walisongo nan ditopang dengan para pemimpin kesultanan nan bijak mampu mewarnai pulau Jawa dengan Islam. Agama budha dan hindu nan semula menjadi kepercayaan mayoritas masyarakat di Jawa, tergeser dengan pola dakwah nan bergerak maju antara para ulama dan umaro’ (pemimpin).
2. Periode penjajahan
Pada periode ini ialah saat persinggungan dengan kedatangan kebudayaan Kristen. Awalnya nusantara, dengan kebudayaan Hindu budha dan Islam damai-damai saja. Sejak kedatangan kebudayaan kristen kehidupan masyarakat nusantara sering terjadi pergesekan antara masyarakat pribumi dengan kaum pendatang.
Awalnya kaum pendatang itu melakukan usaha perdagangan. Mereka dari bangsa Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris. Tapi lama-lama mereka turut mencampuri urusan kaum muslimin. Mereka juga melakukan aksi misionaris, melakukan penyebaran agama Kristen.
Tak hanya itu, mereka juga mencoba buat mengusai tanah-tanah di nusantara. Mencampuri urusan kerajaan-kerajaan Islam. Akhirnya, kemudian sering terjadi pergesekan kepentingan. Bahkan peperangan juga terjadi. Inilah periode tersebut nan kemudian mereka dengan dukungan teknologi dan peralatan nan cangkih mulai menguasai daerah-daerah di nusantara secara perlahanlahan.
Sebagaimana misis nan dibawa oleh negara-negara barat tatkala menginvasi negeri-negeri di luar Eropa. Misi tersebut ialah gold, glory dan gospel. Artinya bahtera nan berlayar dari Eropa ke tanah Indonesia membawa tujuan mendapatkan kekayaan, kejayaan serta menyebarkan paham kristen. Beruntunglah kaum muslimin di nusantara sebab memiliki para ulama nan kokoh dalam memelihara akidah ummat.
Untuk sekian lama penjajahan nan terjadi di Indonesia, tetap saja agama Islam menjadi keyakinan nan banyak dipeluk. Ummat Islam dikenal sebagai masyarakat nan toleran dan terbuka dengan disparitas pendapat atau keyakinan. Sebab tak ada paksaan kepada manusia buat masuk Islam, mereka akan masuk Islam saat mampu mengurai kebenaran tentang kehidupan ini.
3. Periode organisasi Islam
Periode ini ialah periode pengorganisiran umat Islam dalam sebuah wadah formal. Berdiri gerakan dan organisasi seperti Budi Utomo, Syariat Islam (SI), Muhammadiyah, NU, maupun partai politik Islam seperti Masyumi.
Corak ini sampai sekarang masih berlanjut. Organisasi nan tersebut diatas beberapa diantaranya masih berdiri. Sementara, sebagai pengganti Masyumi, ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) nan mewakili sebagai partai Islam nan cukup berpengaruh di nusantara.
Itulah sejarah penyebaran Islam di nusantara. Semoga kaum muda di tanah air semakin mengerti akan akar sejarah bangsanya. Sehingga, anak-anak muda khususnya generasi muda Islam akan meneruskan semangat para pendahulunya. Harapannya begitu.
4. Periode pasca kemerdekaan
Setelah masa kemerdekaan berlanjut kepada era pembangunan, dakwah nan dilaksanakan oleh organisasi Islam terus berjalan mewarrnai kehidupan berbangsa. Banyak organisasi pra kemerdekaan nan tetap eksis di tengah peradaban modern rakyat Indonesia, sebut saja NU, Muhammadiyah, Persis, dan organisasi Islam lainnya.
Dakwah Islam dikenal luas oleh ummat muslim di era ini, hingga memasuki babak baru yakni dakwah tataran kampus dan sekolah. Yang melaksanakan dakwah bukannya para dosen dan guru, melainkan para mahasiswa dan pelajar itu sendiri. Pencerahan akan wajibnya dakwah muncul dari keimanan dan mencontoh tauladan dari para tokoh Islam Indonesia.
Banyak organisasi kemahasiswaan nan mengumpulkan seluruh elemen mahasiswa muslim buat manunggal dan bergerak demi kemajuan bangsa, tentu dengan landasan akidah nan kuat disertai pemahaman syariah nan benar.
Sekian ulasan tentang penyebaran agama Islam di Indonesia ini dan semoga membawa kegunaan bagi Anda sekalian!