Sabar dan Syukur, Kunci Hayati Indah
Pada kesempatan kali ini aku akan memposting tulisan tentang bahan kultum nan dapat teman-teman pergunakan buat memberikan kuliah atau ceramah pada saat saat tertentu. Kuliah Tujuh Menit atau nan disingkat menjadi Kultum ialah ceramah atau tausiyah nan disampaikan dalam waktu realtif singkat. Meski tak tepat tujuh menit, paling tak ketika isi ceramah disampaikan, kira-kira membutuhkan waktu sekitar itu. Karena terbatasnya waktu, maka isi ceramah nan disampaikan pun nisbi singkat. Berikut ini aku tuliskan salah satu contoh bahan buat Kuliah Tujuh Menit.
Kisah Seorang Sahabat Dokter
Seorang dokter spesialis nan tinggal di Riyadh Arab Saudi bernama Dr. Khalid Al Jubir pada suatu ketika pernah menceritakan perihal dirinya dan juga temannya. Ceritanya dimulai ketika beliau ini masih menyandang status sebagai mahasiswa nan saat itu memiliki seorang teman nan juga sedang menempuh pendidikan di Akademi Militer.
Teman sang dokter ini dapat dibilang memiliki banyak kelebihan dibanding rekan-rekannya nan lain. Sholat wajib dan sholat qiyamu lail tak pernah dia tinggalkan. Perangainya juga baik dan menyenangkan. Sewaktu kelulusan, pemuda ini meraih nilai memuaskan. Tentu saja keberhasilan ini sungguh membuatnya senang.
Tapi siapa nan dapat menebak jalannya takdir seseorang selain Allah Swt nan mengatur kehidupan ini? Mula musibah bermula ketika pemuda ini menderita influenza. Penyakit nan dianggap orang generik sebagai penyakit ringan. Karena influenza ini menyebabkan kekuatan tubuhnya melemah sehingga banyak penyakit nan mendatanginya.
Akhirnya dia divonis mengalami komplikasi. Efeknya ialah terjadi kelumpuhan pada tubuhnya. Sehari-hari dia bergelut dengan anggota tubuhnya nan tak bisa digerakkan. Semua dokter nan menangani menyatakan bahwa kemungkinan pemuda ini dapat sembuh hanya 10%. Tidak lebih. Vonis ini diungkapkan kepada Dokter Kholid nan selain sebagai dokter pakar juga menjadi sahabat pemuda itu.
Di lain waktu, dokter Kholid menyempatkan diri menjenguk pemuda itu. Begitu berjumpa dengan si pemuda itu, paras sedih dan duka sepertinya lenyap, nan ditemuinya justru seorang pemuda nan senang dengan kondisinya. Kebahagiaan ini sebab keihklasannya menerima takdirnya.
Dokter Kholid mengatakan, ”Alhamdulillah, kondisi aku sehat wal afiat. Semoga Allah Swt lekas memberikan kesembuhan kepadamu, ya”. “Didoakan seperti ini, pemuda itu menjawab, “Terimakasih atas doanya. Mungkin inilah cara Allah Swt menghukum aku sebab lalai menghafal Quran. Dengan sakit ini, Allah memerintahkan agar aku lebih fokus menghafal Quran. Inilah nikmat nan tiada terkira”.
Mendengar jawaban seperti ini, dokter Kholid terpana. Sungguh dia tak membayangkan akan meluncur jawaban itu dari seorang pemuda nan sedang diuji demikian hebat dengan penyakitnya. Ini ialah hal baru nan menyentakkan dan membuatnya merasa tak ada apa-apanya dibanding pemuda itu.
Beliau tiba-tiba teringat akan hadist Nabi nan berbunyi: ”Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya mengandung kebaikan. Jika diberi kebahagiaan, dia bersyukur. Jika diberi musibah, dia bersabar. Maka hal itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Sabar dan Syukur, Kunci Hayati Indah
Bahan kultum kembali dilanjutkan. Setelah rendezvous itu, beberapa minggu berikutnya, Dokter Kholid menjenguknya lagi. Pada saat itu, saudara pemuda nan mendampinginya memerintahkan buat mencoba menggerakkan anggota tubuhnya. Apa jawab pemuda itu?
“Betapa saya malu kepada Allah Swt jika terburu-buru ingin sembuh. Apabila Allah Swt mengendaki memberikan kesembuhan segera kepada, saya bersyukur. Tapi jika Allah Swt menunda kesembuhanku semata-mata agar langkah kakiku tak menuju ke loka maksiat, saya juga bersyukur. Allah Swt nan maha mengetahui atas apa-apa nan terbaik bagiku”
Dokter Kholid merasa hatinya bergetar mendengar jawaban sahabatnya itu. Sejak rendezvous itu, dokter Kholid tak bertemu dengan pemuda itu. Beliau harus menempuh pendidikan lagi di luar kota dalam waktu nan lama. Setelah beberapa bulan, beliau kembali lagi dan hal pertama nan diingatnya ialah temannya itu. Sebelum berkunjung, sudah terbesit dalam hatinya bahwa paling nan ditemuinya nanti ialah seorang pemuda nan masih lemah fisiknya dan membuatnya harus digotong jika keluar kamar.
Begitu tiba di RS, ternyata pemuda itu sudah dipindah ke ruangan lain. Begitu ketemu, nan didapatinya pemuda itu duduk di kursi roda. Tentu saja hal ini membuat dokter kholid senang. Rasa syukur terucap dari bibirnya.
“Alhamdulillah, aku sudah mengkhatamkan Quran” Kata pemuda itu. Untuk kesekian kalinya dokter Kholid dibuat terpana. Betapa banyak sekali pelajaran nan beliau dapatkan ketika menjenguk pasien istimewa ini.
Setelah rendezvous ini, dokter Kholid harus menempuh pendidikan lagi di luar kota semala 4 bulan lamanya. Selama itu pula praktis beliau tak berjumpa pemuda itu. Tapi begitu berjumpa lagi, kadar imannya seolah bertambah. Betapa Allah Maha berkehendak. Apa nan Dia kehendaki niscaya terjadi. Jangankan hanya masalah sakit, tulang-tulang nan telah hancur lebur pun dapat Dia hidupkan menjadi sosok manusia nan utuh. Apa nan terjadi dengan pemuda itu?
Pada saat itu Dokter Kholid sedang menunaikan sholat di ruang musholla Rumah Sakit tempatnya bekerja selama ini. Tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang nan memanggil namanya, ”Hai Abu Muhmmad’ Teriak orang itu. Reflek, dokter Kholid langsung menoleh sebab memang ‘Abu Muhamnmad’ itu salah satu panggilannya.
Betapa terkejutnya dia, nan memanggil itu ialah pemuda nan lumpuh beberapa bulan lalu dan sekarang kondisinya sudah berubah 180 derajat. Tidak ada tanda tanda bahwa dulu dia begitu lemah. Allahu Akbar, salah satu bukti terpampang di depan mata. Betapa keimanan dapat menghadirkan keajaiban.
Seketika air mata berurai dalam pipinya. Dia menangis sebab terharu. Betapa Allah telah membuat sahabatnya sembuh seperti sedia kala. Selain itu dia juga menangis sebab selama ini dia banyak bersikap kufur terhadap nikmat-nikmat nan ada pada dirinya.
Karunia Allah tak berhenti sampai disitu. Setelah sembuh, pemuda ini mendapatkan kesempatan buat melanjutkan studinya atas beasiswa nan diberikan oleh Universitas Malik Su’ud, Arab Saudi.
Katanya kepada Dokter Kholid: “Dokter Khalid, apa nan telah aku dapatkan ini, jika aku tak pandai mensyukurinya justru akan menjadi malapetaka bagi saya”. Waktu demi waktu berlalu. Setelah tujuh tahun tak bertemu, pemuda ini pada suatu hari mengantar kakeknya nan terkena penyakit hati mau berobat ke rumah sakit loka dokter Kholid bekerja.
Pada saat itu dia sudah menjadi mayor. Untuk kesekian kalinya, Dokter Kholid meneteskan airmatanya. Dia hanya dapat berdoa semoga pemuda nan sholeh itu selalu dalam jalan kebaikan dan diberi keistiqomahan dalam iman dan islam . Keyakinan dokter Kholid semakin berlipat-lipat bahwa Allah Maha mengabulkan setiap doa hamba-Nya nan bertakwa.
Dalam Surat Al-Baqoroh Allah berfirman, “Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, (karena) Allah itu senantiasa bersama orang-orang nan sabar.”
Demikianlah bahan kultum nan dapat disampaikan. Semoga apa nan ditulis menjadi media hadirnya kegunaan nan dapat dipetik baik oleh nan menulis maupun nan membaca. Dengan membaca cerita ini, semoga bertambah pula taraf keimanan kita. Aamiin. Sekian