Contoh Sinopsis Novel Sastra
Karya Sastra
Sinopsis novel sastra ini perlu sebab buat menarik orang-orang nan akan membacanya. Karya sastra terkadang dianggap sebagai karya nan berat. Pertama, karya ini tak banyak melibatkan sesuatu nan imajiner. Karya sastra itu banyak berkisah tentang kehidupan sehari-hari nan konkret nan berkaitan dengan budaya, sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan. Bahasa nan digunakan tentu saja bahasa Indonesia dan bukan merupakan terjemahan.
Kalaupun ada novel nan memenuhi syarat sebagai novel sastra namun merupakan hasil terjemahan, maka novel seperti ini dikategorikan sebagai novel terjemahan. Ceritanya sangat Indonesia dan setting-nya ada di Indonesia. Novel sastra ini mempunyai kedalaman kisah nan begitu rupa sehingga membutuhkan penghayatan nan lebih dan dianggap sebagai satu karya nan cukup berat. Tidak seperti novel populer nan sangat mudah dipahami dan dapat dibaca sepintas lalu.
Novel sastra terkadang memuat hal-hal nan berkaitan dengan Psikologi, Sejarah, Sosiologi, dan lain-lain nan menyangkut satu keilmuan tertentu. Kedalaman isi memang membuat novel sastra nan biasanya sangat tebal ini membutuhkan sinopsis nan menarik agar banyak orang nan ingin membacanya. Mereka tentu saja sangat penasaran dengan novel-novel nan berkisah tentang kehidupan nan sangat kompleks. Misalnya, novel karangan Marah Rusli, Siti Nurbaya.
Novel tersebut berkisah tentang seorang wanita muda nan dijodohkan sebab terpaksa. Ia mengorbankan dirinya demi menyelamatkan kedua orangtuanya. Ia mungkin tak menyadari bahwa semua nan ia alami telah dibuat sedemikian rupa oleh Datuk Maringgi, laki-laki tua, nan menyukainya. Kisah Siti Nurbaya ini cukup panjang dan sangat konkret sehingga banyak nan mengira kalau Siti Nurbaya itu memang merupakan sosok nan orisinil ada di tengah-tengah masyarakat.
Hanya dengan sinopsis nan pendek, orang ingin tahu bagaimana jalan cerita nan sesungguhnya. Mereka ingin tahu akhir kisahnya tersebut. Dalam novel sastra, akhir kisah tak harus bahagia. Malah banyak nan berakhir menyedihkan. Beda dengan novel nan lebih populer. Akhir kisahnya senang sebab memang para pembaca lebih bahagia dengan kisah nan berakhir bahagia. Misalnya, novel dengan judul Wangi, karangan Heriyati, nan diujung cerita, Wangi akhirnya menemukan jodohnya.
Tentu saja berbeda dengan novel sastra dengan judul Layar Terkembang, karangan Sutan Takdir Ali Syahbana. Dalam novel Layar Terkembang ini kehidupan digambarkan dengan begitu rumit. Kata-kata nan panjang dan penuh hikmah tertulis dengan sangat menggugah. Alur nan cukup rumit juga membuat banyak orang ingin tahu apa nan akan terjadi diakhir cerita. Walaupun kisah ini tentang cinta, ini bukan satu kisah nan harus selesai dalam sekali duduk. Banyak hal nan dapat diambil hikmahnya.
Kisah dua saudara perempuan nan akhirnya menemukan akhir ketika sang adik, Maria meninggal global sebab sakit TBC. Sang kakak, Tuti, nan sangat mengagungkan emansipasi, akhirnya menikah dengan kekasih adiknya, Yusuf, nan seorang dokter. Cinta dapat tumbuh dan berkembang sebab sering berjumpa dan berdiskusi. Jangan remehkan rendezvous demi rendezvous nan terjadi antara dua orang nan berlainan jenis. Panah asrama dapat saja saling menancapkan pada hati masing-masing.
Sekali dua kali mungkin tak ada getara. Namun, dapat sudah saling kenal, panah asmara itu akan membuat hati semakin dekat dan getarannya mengalahkan getaran nan terjadi dampak gempa bom atom. Getaran itu akan membuat kehidupan berubah. Sayangnya terkadang, kisah novel sastra ini tak terlalu banyak peminatnya. Orang malas membaca novel nan tebal dengan cerita nan rumit. Orang lebih bahagia membaca kisah nan sederhana, lucu, dan tak terlalu tebal.
Novel sastra nan mengandung banyak sekali hikmah kehidupan ini memang digambarkan secara detail. Bukan buat membuatnya menjadi bertele-tele, tetapi detail itu buat membuat jalan cerita semakin konkret dan seperti kisah nan sesungguhnya. Tidak heran kalau kisah seperti Salah Asuhan, Abdoel Muis, seperti memang benar-benar terjadi. Kalau akan difilmkan, kisah ini sangat memudahkan para pembuat film sebab detail nan ada di cerita tersebut.
Begitu juga dengan karya sastra nan lebih modern nan dikarang oleh para penulis masa kini nan cukup mendapatkan apresiasi nan bagus dari para pembaca. Tema cinta picisan masih ada, namun tema-tema lain pun tidak kalah banyak. Misalnya saja novel berlatar belakang pendidikan (tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata), budaya dan adat istiadat (Tanah Tabu, karya Anindita Siswanto), agama (Negeri 5 Menara, karya Ahmad Fuadi), dan lain-lain. Novel-novel cinta pun tidak selalu picisan lagi.
Karya-karya itu cukup tebal, tetapi para pembaca merasa beda membacanya sehingga terkadang mereka tak sabar menanti kehadiran karya nan lain nan dibuat oleh penulis nan sama. Bila satu kisah itu sangat menggugah hati, maka kekuatan inilah nan akan menggiring para pembaca meluangkan waktu mereka nan sangat berharga buat menghabiskan isi novel tanpa tersisa. Mereka bahkan tak mau ada nan memberitahu akhir dari kisah novel nan sangat tebal itu. Rasa penasaran akan membuat mereka begadang hanya buat menuntaskan bacaannya.
Karya sastra ini memang membutuhkan sinopsis nan menggugah agar membuat banyak orang penasaran. Tidak harus panjang. Beberapa baris kalimat saja telah mampu membuat para pembaca penasaran. Bahkan kalau pun ada resensinya, maka resensi itu mungkin tak akan dilirik. Resensi nan telah membedah isi karya, tak hanya akan membahas tentang sinopsis tetapi juga akan membahas tentang kelemahan dan lebihan karya tersebut. Terkadang penulisnya juga akan dibahas walau sedikit.
Mengapa Sinopsis?
Sinopsis novel sastra, seperti namanya, berisi sinopsis atau kompendium isi sebuah novel sastra. Di mana sinopsis novel sastra ini bisa dibaca? Jika Anda bermaksud membeli atau membaca sebuah novel sastra, perhatikan sampul belakang novel itu. Seperti halnya buku-buku jenis lain, di bagian belakang sampul (back cover) terdapat sinopsis buku. Sinopsis ini memberi citra ringkas mengenai isi novel tersebut. Tokoh primer dalam novel, alur cerita, dan konflik primer nan berkembang di dalam novel itu.
Namun Anda tidak akan menemukan ending (penyelesaian cerita) dalam sinopsis novel tersebut. Ending itu hanya dapat ditemukan jika Anda membaca novel itu hingga tuntas. Di toko buku atau perpustakaan ada banyak sekali novel sastra. Membaca sinopsis tentang novel sastra ini akan sangat membantu dalam menentukan pilihan, beli atau tidak? Baca atau tidak? Tetapi terkadang sinopsis itu tak membuat penasaran sehingga tak sporadis tak mampu membuat orang membacanya. Padahal kisahnya bagus dan perlu dibaca.
Sinopsis sebuah novel sastra tak sama dengan resensi novel sastra. Cakupan resensi lebih luas daripada sinopsis. Sinopsis novel hanya berisi kompendium dari novel sastra nan dimaksud. Resensi novel sastra, selain berisi kompendium juga memuat evaluasi dan kritikan mengenai kelebihan dan kekurangan novel sastra nan dimaksud. Peresensi nan terlatih bahkan akan membuat perbandingan antara satu novel sastra dengan novel sastra lain nan sejenis. Dari sana akan diperoleh citra nan lebih komprehensif mengenai sebuah novel sastra.
Contoh Sinopsis Novel Sastra
Berikut contoh sinopsis novel sastra Perhiasan Bulan karya Korrie Layun Rampai.
“Ibu memang sudah mendonorkan matanya, tetapi bukan buat Ayah. Namun malang, saat ibu akan menjenguk Ayah, Ibu mendapat bala di jalan raya. Ibu...”
“Mati?”
“Ayah, lihatlah. Mata kanan Ibu pada mata kanan Ayah,” si sulung berkata dalam senggukan.
“Tubuh Ibu telah tiada tetapi mata Ibu tetap hayati bersama kita.”
Rasa kecewa meremas hati Mas Darto. Mengapa Mini istri tercinta justru pergi pada saat Mas Darto mendapatkan kesembuhan nan sempurna? Berhari-hari Mas Darto memendam teka-teki. “Siapakah manusia berhati malaikat nan begitu baik menyumbangkan mata kepadanya?”
Dari sinopsis singkat nan berada di bagian belakang sampul buku ini Anda bisa mengambil keputusan buat membaca atau tak membaca buku ini secara utuh.