Tipe Letusan Gunung Berapi
Tipe letusan gunung berapi ternyata ada beberapa macam. Ada beberapa penyebab letusan gunung berapi, sehingga kemudian dikelompokkan menjadi bermacam-macam tipe, contohnya kekentalan lava nan ada di dalam gunung tersebut, material-material nan dikeluarkan, maupun tekanan gas saat erupsi terjadi.
Gunung Berapi
Letusan gunung nan berapi bisa terjadi setiap saat. Gunung ini termasuk golongan gunung nan mengeluarkan lava dengan cara erupsi sentral, di mana lava akan keluar melalui terusan kepunden atau diatrema .
Hasil dari erupsi inilah nan menyebabkan terbentuknya gunung strato atau disebut juga gunung barah berlapis, di mana erupsi nan terjadi tergolong ke dalam jenis erupsi campuran.
Aliran lava nan kental ketika akan keluar segera menjadi padat dan akhirnya tak bisa mengalir cukup jauh dan tertahan di daerah sekitar puncak. Tumpukan lava ini membuat gunung strato semakin lama semakin tinggi dan meruncing.
Pada saat meletus, gas nan terbentuk dalam magma gunung berapi ini akan mendorong lava dan material lainnya menyembur ke udara. Materi ini akan terpecah menjadi partikel-partikel dan gumpalan-gumpalan nan berpijar nan bisa menghanguskan. Oleh sebab itu, hal ini patut diwaspadai, terutama oleh penduduk sekitar nan tinggal di lereng-lereng gunung berapi nan merupakan daerah rawan bencana.
Meletusnya Gunung Merapi Yogyakarta pada 26 Oktober kemarin dapat dibilang merupakan buah dari akumulasi letupan-letupan erupsi kecil nan terus-tersuan terjadi. Dalam catatan sejarahnya, gunung ini sejak tahun 1548 sudah meletus sebanyak 68 kali.
Gunung Merapi merupakan gunung termuda aktif dan terletak di zona subduksi lempeng Indo-Australia nan secara bergerak maju terus bergerak ke lempeng Eurasia. Aktivitas vulkanik yag demikian tinggi membuat Merapi tidak banyak ditumbuhi vegetasi.
Sejak 1953 ditemukan bahwa ciri letusan Merapi bertipikal lava nan mendesak ke puncak disertai dengan runtuhnya kubah lava secara simultan dan pembentukan awan panas atau dalam bahasa daerah setempat disebut wedhus gembel nan biasanya bergerak secara vetikal.
Letusan Merapi tidak akan mengeluarkan suara keras, tapi cenderung hanya mengeluarkan desisan. Kubah puncaknya nan meletus kemarin merupakan hasil pembentukan sejak tahun 1969.
Kerja sama penelitian nan dilakukan Pusat Vulkanologi Indonesia (PVMBG) dengan Pusat Penelitian Kebumian nan bermarkas di Postdam, Jerman, menyinyalir adanya ruang sangat besar (ruang raksasa) nan bisa menampung jutaan material berbagai unsur nan dapat menghambat getaran gempa bumi, nan mereka perkirakan dengan magma. Berikut ini ciri-ciri gunung meletus.
- Sering terjadi gempa vulkanik, mulai dari gempa nan berskala kecil sampai skala besar. Semakin sering gempa vulkanik terjadi, maka semakin dekat dengan waktu eksplosif (meletus).
- Sering timbul suara gemuruh nan dirasakan oleh masyarakat nan tinggal di dekat kepunden. Ini ialah dampak dari bergolaknya magma nan mencari jalan buat keluar.
- Keluar awan panas nan bentuknya mengepul dan bergulung-gulung atau dikenal masyarakat dengan sebutan Wedhus Gembel . Hal ini menyebabkan tumbuhan nan terkena awan panas menjadi kering bahkan terbakar.
- Adanya kenaikan suhu nan meningkat di sekitar lereng gunung. Ini disebabkan oleh munculnya awan panas nan menyebabkan hewan-hewan liar turun ke bawah, begitu pun burung-burung bermigrasi ke loka nan aman.
- Timbul bau belerang nan sangat menyengat. Bau ini akan menyebar sinkron dengan arah tiupan angin nan berhembus.
- Beberapa mata air di bagian lereng atas mulai mengering atau debit airnya berkurang dari biasanya.
- Di atas puncak gunung berapi sering terjadi kilatan-kilatan kembang api. Kilatan ini akan sangat jelas terlihat terutama pada malam hari.
- Terjadi genre lava nan berpijar. Genre lava ini juga terlihat jelas jika pada malam hari, melalui alur-alur tertentu. Lava pinjar ini sangat latif jika dilihat dari kejauhan, namun sangat berbahaya sebab dapat membakar apa saja nan diterjangnya.
Jika tanda-tanda akan meletusnya gunung berapi tersebut sudah terlihat atau kita rasakan, maka lebih baik segera menghindar dan melakukan pengungsian dini. Sebelum semuanya terlambat.
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi melalui retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan. Magma nan sudah keluar ke permukaan bumi disebut lava. Gempa bumi vulkanik ada dua jenis, yaitu sebagai berikut.
- Gempa vulkano- tektonik, terjadi dampak batuan nan bergerak buat mengisi ruang-ruang di mana magma sudah kosong. Akibatnya, menimbulkan tanah longsor dan retakan tanah nan luas. Contohnya ialah gempa di Yogyakarta nan terjadi dampak aktivitas Gunung Merapi.
- Gempa periode panjang, terjadi dampak masuknya magma ke dalam batuan di sekitarnya, sehingga tekanan terhadap batuan meningkat dan menimbulkan getaran hebat. Getaran hebat itulah nan menyebabkan terjadinya gempa.
Hal tersebut perlu dilakukan sebab letusan gunung berapi nan terjadi bisa membahayakan kita. Bahkan nyawa menjadi taruhannya, jika kita tak memperhatikan tanda-tanda nan diberikan oleh alam ini.
Gunung berapi terbentuk dari jenis tanah vulkanik. Itulah mengapa gunung nan memiliki jenis tanah vulkanik mengalami letusan atau sering disebut sebagai gunung meletus.
Terkadang masyarakat sekitar gunung nan masih aktif, tak terlalu menghiraukan tanda-tanda akan terjadi letusan, sehingga ketika peristiwa gunung meletus, masyarakat sekitar tak bisa terhindar dari percikan letusan gunung tersebut. Akhirnya, banyak korban nan berjatuhan.
Akan tetapi, sekarang ini sudah ada peralatan canggih nan bisa mendeteksi letusan gunung, sehingga masyarakat setempat bisa menghindari letusan gunung tersebut.
Tipe Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi memiliki beberapa macam tipe letusan. Tidak semua letusan gunung berapi sama. Berikut ini ialah 7 tipe letusan gunung berapi nan patut buat Anda ketahui.
1. Tipe Hawaii
Seperti namanya, gunung nan memiliki tipe ini ialah gunung-gunung di Hawaii, misalnya Gunung Kilauea, Maona Kea, dan juga Gunung Moana Loa. Letusan tipe Hawaii ialah gunung berapi nan meletus dan mengeluarkan lava secara merata atau mengalir ke semua arah.
Hal ini disebabkan sebab lava gunung sangat cair, sehingga ketika dimuntahkan, lavanya seperti tumpah ke mana-mana, mirip air nan meluber dari sebuah gelas nan sudah penuh.
2. Tipe Stromboli
Tipe letusan nan satu ini mungkin agak menyeramkan sebab gunung bertipe ini biasanya selalu meletus dengan interval letusan nan cukup dekat. Gunung berapi Stromboli sendiri berada di wilayah Italia, kerap mengeluarkan lava panas nan membuat para wisatawan selalu ingin melihatnya. Bahkan, ada nan menyebutkan bahwa gunung ini selalu meletus setiap sekitar 12 menit, mengeluarkan lava dan berbagai material vulkanik.
3. Tipe Merapi
Seperti namanya, tipe letusan ini mengambil contoh dari Gunung Merapi nan ada di perbatasan wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lava dari tipe gunung ini sangat kental dan dapat menyumbat mulut kaldera itu sendiri.
Karena tersumbat, tekanan dari dalam gunung terus meningkat dan mampu memecah sumbatan lava. Akhirnya, keluarlah lahar dingin nan mengalir disertai awan panas nan sering disebut “wedhus gembel” oleh penduduk setempat.
4. Tipe Vulkano
Gunung dengan tipe ini, ketika meletus akan mengeluarkan berbagai material padat maupun cair atau nan biasa disebut lava. Biasanya tipe letusan ini memiliki kekuatan erupsi nan besar atau tinggi dan dapur magma dalam gunung nan cukup dalam. Contohnya ialah Gunung Semeru di Jawa Timur atau Gunung Etna di Italia.
5. Tipe Pelee
Tipe letusan ini hampir sama dengan tipe Merapi, yaitu terjadi penyumbatan kaldera sebab lava nan padat atau sangat kental. Akhirnya terjadi letusan-letusan kecil beruntun, lalu kemudian mengeluarkan lava nan berpijar seperti air mancur sebab kaldera masih tersumbat.
6. Tipe Perret/Plinian
Gunung tipe ini akan meletus dan memuntahkan material sampai setinggi kira-kira 80 kilometer. Karena letusannya nan sangat dahsyat, puncak gunung seolah hancur dan kaldera menjadi lebih rendah. Contoh dari gunung tipe perret ialah Gunung Krakatau.
7. Tipe Sint Vincent
Contoh dari gunung tipe ini selain Gunung Sint Vincent ialah Gunung Kelud nan meletus tahun 1919. Kaldera nan memiliki danau dan kemudian meletus, akan mengakibatkan danau kaldera berubah menjadi lahar panas nan akan ikut meluber dan menyerang daerah di sekitar gunung tersebut.
Gempa vulkanis tentunya menyebabkan akibat terhadap permukaan bumi. Berikut ini ialah beberapa akibat nan terjadi dampak gempa vulkanis terhadap permukaan bumi.
- Ledakan pada kepundan menyebabkan terjadinya lubang besar nan disebut kaldera di puncak gunung api.
- Bila kaldera nan terbentuk berukuran sangat besar, sehingga lubangnya menjadi danau besar, maka disebut kaldera. Contoh kawah ialah Danau Toba, nan terbentuk dampak letusan Gunung Toba.
- Terjadinya anak gunung berapi.
Demikian informasi mengenai gunung berapi dan tipe letusan gunung berapi nan sering terjadi di dunia. Semoga informasi tersebut memberikan wawasan tentang gunung berapi.