Rawan Gempa
Gempa bumi merupakan salah satu jenis bala nan akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia. Hal ini bukan hal aneh sebenarnya, sebab, Indonesia berada di lokasi nan merupakan loka rendezvous tiga lempeng besar dunia. Yaitu lempeng Indo Australia, Pasifik dan Eurasia. Ketiga berjumpa di bawah permukaan bumi wilayah Indonesia.
Selain itu, Indonesia merupakan sebuah negara nan memiliki jumlah gunung berapi aktif nan terbanyak di dunia. Hal ini juga menjadi sebuah jawaban, mengapa Indonesia termasuk wilayah nan dikategorikan rawan terkena bala ini.
Sejak tahun 2000, terjadi beberapa peristiwa bala ini di kawasan Indonesia. Dua gempa nan menyebabkan terjadinya korban dalam jumlah banyak terjadi pada tahun 2004 nan melanda kawasan Aceh dan tahun 2006 di wilayah Yogyakarta. Selain itu, pada tahun 2009, juga terjadi sebuah gempa nan melanda wilayah Padang, Sumatera Barat.
Gempa bumi di Aceh diikuti oleh bala tsunami nan menelan korban ribuan orang, bahkan berdampak hingga ke wilayah nan jaraknya ribuan kilometer dari kawasan Aceh. Pusat gempa atau hiposentrum gempa Aceh sendiri berada di kawasan barat Aceh atau di wilayah perairan Sabang.
Gempa bumi ialah kenyataan ketika permukaan bumi bergetar atau berguncang dalam periode waktu tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh bergesernya lapisan kerak bumi. Gempa seperti ini disebut gempa tektonik. Gempa lainnya terjadi sebab aktivitas gunung barah nan luar biasa. Gempa ini disebut gempa vulkanik. Ada juga gempa nan terjadi sebab runtuhnya langit-langit gua.
Gempa bumi sebenarnya terjadi ribuan kali setiap hari dan berlangsung selama miliran tahun sejak bumi terbentuk. Namun, besaran gempa ini sangat bervariasi. Gempa nan berukuran besar terjadi hanya sekali setiap dua atau tiga tahun. Ketika gempa besar terjadi di sekitar wilayah nan berpenduduk padat, kerusakan nan parah akan melanda hanya dalam beberapa detik.
Benturan Pelat Bumi
Gempa bumi tersebar di permukaan tak secara acak, tetapi cenderung terjadi di wilayah nan disebut “sabuk aktivitas” nan sempit dan bersambung. Sabuk-sabuk gempa ini itu saling terhubung membentuk wilayah-wilayah seismik nan besar, nan disebut pelat atau lapisan.
Tiap pelat ini selalu bergerak satu sama lain dengan kecepatan beberapa sentimeter per tahun. Gerakan pelat bumi inilah nan bertanggung jawab terhadap sebagian besar aktivitas geologis, seperti pembentukan gunung berapi dan gempa bumi.
Ketika satu pelat berjumpa dengan pelat lain, akan terjadi benturan keras nan menimbulkan guncangan di permukaan bumi. Itulah nan disebut gempa bumi. Hal ini akan berlangsung dalam beberapa hari atau beberapa minggu, berupa getaran nan terputus-putus. Biasanya, akan terjadi getaran kecil, kemudian terjadi getaran utama, dan diakhiri getaran-getaran kecil lagi.
Besar-kecilnya gempa biasanya diukur dengan skala Richter (SR). Gempa nan termasuk besar ialah gempa nan skalanya di atas 6 SR. Skala ini bertambah secara logaritmik. Gempa berskala 7 kira-kira 30 kali lebih besar daripada gempa berskala 6, dan 30x30 (900) kali lebih besar dibanding gempa berskala 5.
Jenis-jenis Gempa Bumi
Gempa sendiri digolongkan menjadi beberapa bagian. Penggolongan ini terutama jika dilakukan dengan melakukan penelitian dari melihat penyebab terjadinya gempa itu sendiri. Dari jenis penyebabnya, gempa ini dibagi menjadi lima jenis.
Kelima jenis gempa tersebut ialah :
1. Gempa Tektonik
Gempa ini terjadi sebagai dampak pergeseran lempeng bumi dan menyebabkan terjadinya rendezvous antar lempeng. Jika kedua lempeng bertabrakan, maka akan menyebabkan gempa. Dan jika terjadi patahan pada lempeng di tengah laut, maka hal tersebut akan menjadi penyebab terjadinya tsunami.
2. Gempa Vulkanik
Gempa ini terjadi sebab adanya aktivitas gunung berapi nan sedang meletus. Proses letusannya tersebut biasanya diawali dengan dentuman-dentuman nan menyebabkan terjadinya gempa di wilayah sekitar kawasan gunung berapi.
Daerah Indonesia termasuk ke dalam daerah nan terkategorikan sebagai daerah nan rawan buat terjadinya bala ini. Karena memang letak Indonesia nan berada pada rendezvous dua jalur pegunungan. Hal ini tentunya akan semakin menambah peluang buat semakin seringnya terjadi gempa jenis vulkanik ini di Indonesia.
Walau pun memang tak setiap letusan gunung berapi nan ada di Indonesia disertai dengan adanya peristiwa gempa ini. Kenyataan gempa vulkanik ini hanya terjadi pada peristiwa meletusnya gunung barah dengan letusan nan sangat dahsyat.
Untuk gunung barah nan hanya meletus dengan daya ledak nan renda, tentu saja tidak akan menyebabkan terjadi gempa bumi jenis ini. Gempa jenis vulkanik ini pin hanya akan dirasakan di daerah dimana terjadi letusan gunung berapi itu. namun jika daya ledaknya cukup kuat maka daerah lain di sekitar terjadinya letusan gunung berapi itu juga akan merasakan terjadi gempa.
3. Gempa Runtuhan
Gempa ini muncul ketika terjadi reruntuhan tanah atau bebatuan. Biasanya, gempa jenis ini terjadi di daerah nan terdapat kawasan pertambangan bumi atau juga di wilayah nan banyak kawasan tebing batu nan mudah runtuh.
4. Gempa Jatuhan
Gempa ini terjadi ketika meteor menabrak bumi. Apabila meteor tersebut memiliki ukuran nan cukup besar, hal tersebut bisa memunculkan imbas gempa nan cukup kuat. Salah satunya pernah terjadi di kawasan Flagstaff, Arizona pada 50.000 tahun nan lalu. Pada kawasan tersebut, sebuah meteor pernah jatuh dan membuat kaldera nan berdiameter 50 meter dan menimbulkan imbas gempa nan cukup kuat dirasakan.
5. Gempa Buatan
Berbeda dengan empat gempa jenis lainnya nan terjadi sebagai dampak alam. Pada gempa protesis ini, gempa terjadi sebagai dampak adanya kesengajaan manusia. seperti diakibatkan terjadinya ledakan nuklir atau percobaan alat ledak. Biasanya, gempa nan terjadi tak terlalu besar dan radius nan merasakan gempa juga tak terlalu luas.
Gempa protesis ini sangatlah erat kaitannya dengan teknologi nuklir nan banyak dikembangkan pada saat ini. Karena memang nuklir sebagai salah satu sumber energi nan bisa mengeluarkan tenaga nan sangat besar.
Ledakan nuklir nan memiliki kekuatan nan tinggi dan besar akan menyebabkan daerah nan ada di sekitarnya mengalami goncangan. Selain tenaga nuklir, nan bisa menjadi penyebab terjadinya gempa protesis ialah jenis alat ledak. Namun hal ini tergantung dari daya ledak nan dimiliki oleh setiap alat ledak nan ada.
Semakin tinggi daya dari alat ledak tersebut maka gempa nan dihasilkan pun akan memiliki daya nan juga tinggi, demikian pula sebaliknya. Jika memang alat ledak tersebut menghasilkan tenaga nan ringan maka daya gempa nan dihasilkan pun juga tidak begitu bisa dirasakan oleh setiap orang nan ada di sekitarnya.
Banyak sekali maksud dan tujuan dari adanya gempa protesis ini. Hal ini ada terutama pada peristiwa peperangan nan terjdi atau pun kesalahan nan ada dalam berbagai percobaan nuklir atau pun alat ledak nan ada.
Rawan Gempa
Indonesia termasuk wilayah nan paling sering terkena bala ini. Menurut catatan, sejak abad kesembilan belas, tercatat puluhan kali gempa besar melanda berbagai daerah di Indonesia. Pada 25 November 1833, gempa besar mengguncang Sumatra.
Gempa ini terjadi sebab pecahnya segmen Palung Sumatra sepanjang 1.000 km, nan kemudian memicu terjadinya tsunami nan melanda pesisir barat Sumatra. Tsunami ini juga menyebabkan kerusakan parah di negara lain, termasuk Maladewa, Srilanka, Australia, dan Thailand. Sayangnya, tak tercatat berapa korban nan tewas.
Di kawasan nan hampir sama, gempa terjadi lagi dan menyebabkan tsunami dahsyat, terutama di Aceh dan sekitarnya (serta sejumlah negara lain seperti India, Srilanka, dan Thailand), pada 26 Desember 2004, menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan hilang.
Pada 26 Juni 1976, gempa melanda Papua, menyebabkan sekitar 9.000 orang tewas. Gempa lain nan tergolong besar ialah gempa nan melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006, nan menyebabkan lebih dari enam ribu orang tewas. Pada 30 September 2009, Sumatra Barat diguncang gempa besar, menyebabkan ribuan orang meninggal.
Itulah beberapa kenyataan nan ada mengenai gempa bumi nan ada di Indonesia. Sejatinya hal ini ialah sebuah bala nan tidak bisa ditolak kedatangannya. Itu semua datang dari pemiliki bumi kita ini nan satu.