Gempa Jogja dan Sejarah
Pada 27 Mei 2006 tepatnya pukul 05:55 suasana hangat di Jogjakarta berubah drastis menjadi kepanikan. Kepanikan masyarakat Jogjakarta dan sekitarnya diakibatkan adanya bala gempa bumi. Menurut BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), Gempa Jogja ini berkekuatan 5,9 pada skala Richter. Sementara, United States Geological Survey menyatakan gempa jogja itu berkekuatan 6, 2 pada skala Richter.
Menurut data nan dikumpul oleh BMG, pusat gempa Jogja berada di 8.03 Lintang Selatan dan 110,32 Bujur Timur pada kedalaman 11,3 Km. Hasil lain tentang lokasi gempa Jogja dikeluarkan oleh Badan Geologi Departemen ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) terjadi di koordinat 8,007 Lintang Selatan dan 110,286 Bujur Timur pada kedalaman 17,1 Km. Hasil nan berbeda tentang pusat gempa Jogja ini diakibatkan sebab metode dan peralatan nan digunakan berbeda.
Secara umum, pusat gempa Jogja berada sekitar 25 Km barat daya Jogjakarta, 115 Km selatan Semarang, 145 Km tenggara Pekalongan, dan 440 Km timur-tenggara Jakarta. Meskipun pusat gempa Jogja atau hiposenter gempa Jogja berada di laut, tapi tak berpotensi tsunami. Namun, pusat gempa Jogja nan berada di bahari tersebut sempat menimbulkan isu gelombang tsunami.
Gempa Jogja pun dirasakan oleh masyarakat nan berada di Semarang, Solo, Kebumen, Banyumas, Bantul, dan Purworejo. Getaran imbas gempa Jogja pun sempat dirasakan masyarakat di Provinsi Jawa Timur, seperti Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Blitar, Pacitan, dan Surabaya.
Kerusakan Dampak Gempa Jogja
Setelah gempa Jogja nan berkekuatan 5,9 pada skala Richter, terjadi juga gempa susulan nan terjadi beberapa kali, tepatnya pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB. BMG mengatakan bahwa gempa Jogja ini termasuk gempa bumi tektonik. Gempa bumi tektonik nan menimpa Jogjakarta dan daerah sekitarnya itu telah meluluh-lantakan rumah penduduk, infrastruktur, dan gedung-gedung perkantoran. Gempa Jogja pun memutuskan genre listrik dan saluran komunikasi di daerah tersebut. Bahkan, satu minggu setelah bala gempa bumi Jogja, saluran listrik di daerah Bantul belum juga pulih.
Selain menimbulkan kerusakan dan kerugian material, gempa Jogja pun telah menelah korban jiwa dan korban cedera. Menurut data nan dikumpulkan dari forum terkait, diperkirakan jumlah korban jiwa nan meninggal dampak gempa Jogja sekitar 6000 jiwa. Sementara, sekitar 50.000 orang mengalami cedera. Banyaknya korban jiwa dan cedera serta banyaknya rumah penduduk, infrastruktur, dan gedung nan rusak, telah menambah daftar panjang bala alam di Indonesia.
Bencana gempa bumi Jogja ini dikategorikan sebagai bala nasional. Gempa Jogja mengingatkan kita akan bala alam gempa bumi nan sebelumnya sudah terjadi, seperti gempa bumi dan tsunami Aceh dan gempa Nias. Gempa Jogja telah merusak fasilitas umum, seperti Bandara Adi Sucipto. Kerusakan di Bandara Adi Sucipto meliputi bangunan dan landasan pacu nan mengalami keretakan dan gangguan wahana komunikasi. Oleh sebab itu, sementara waktu, lalu lintas udara dari dan ke Bandara Adi Sucipto dialihkan ke Bandara Ahmad Yani, Semarang dan Bandara Adi Sumarno di Solo.
Berikut ini gedung-gedung nan mengalami kerusakan dampak gempa Jogja .
- Gempa Jogja telah membuat Harta benda Saphir Square mengalami kerusakan parah. Kerusakan parah terletak di lantai 4 dan 5 mal. Gempa tersebut telah merobohkan tembok depan harta benda lantai 4 dan lantai 5. Selain itu, kerusakan dampak gempa Jogja telah membuat kanopi harta benda ambruk.
- Gempa Jogja menyebabkan Harta benda Ambarukmo Plaza mengalami kerusakan. Namun, kerusakan nan ditimbulkan gempa Jogja tak terlalu parah, hanya beberapa tembok mengalami retak-retak.
- Gempa bumi Jogja mengakibatkan kerusakan nan sangat parah di GOR Universitas Ahmad Dahlan. Gempa Jogja menyebabkan Atap GOR roboh.
- Gempa Jogja pun telah menimbulkan kerusakan nan sangat para di STIE Kerja Sama dan ISI (Institut Seni Indonesia) nan berlokasi di Jalan Parangtritis.
Berikut ini situs antik dan loka wisata nan megalami kerusakan dampak gempa Jogja.
- Situs Candi Prambanan mengalami kerusakan nan terhitung parah dampak gempa bumi Jogja. Kerusakan nan terjadi di Candi Prambanan meliputi daerah gunungan candi dan batuan penyusun candi.
- Kompleks Pemakaman Imogiri pun megalami kerusakan nan diakibatkan gempa Jogja. Gempa Jogja telah mengakibatkan beberapa makam di Kompleks Imogiri amblas.
- Candi Borobudur pun mengalami kerusakan nan diakibatkan gempa bumi Jogja. Namun, taraf kerusakannya tak terlalu parah.
Penangan Bala dan Donasi Gempa Jogja
Setelah peristiwa gempa bumi Jogja, Presiden SBY dengan segera memerintahkan Panglima TNI Djoko Soeyanto buat segera mengerahkan pasukan di Yogyakarta dan sekitarnya buat melakukan langkah tanggap darurat bala alam. Sore harinya, presiden beserta rombongan langsung menuju ke Jogjakarta buat meninjau lokasi bencana.
Sementara itu, setelah bala alam gempa Jogja terjadi, wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla, mengatakan beberapa negara sahabat telah bersedia memberikan bantuan. Negara-negara tersebut di antaranya Jepang, Prancis, Singapura, Malaysia, dan Inggris. Selain itu, Unicef pun berkomitmen buat memberikan donasi pada Indonesia dampak terjadinya bala gempa Jogja.
Negara-negara seperti, Inggris, Amerika Serikat, Australia, China, Kanada, Belanda, dan Uni Eropa memberikan donasi materil. Sementara itu, jepang memberikan donasi langsung penanganan pasca bala gempa Jogja. Selain banatuan dari berbagai negara asing, donasi juga datang dari organisasi kemanusian, Palang Merah Indonesia (PMI), Bulan Sabit Merah, Unicef. Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan langkah sigap dalam menanggapi bala gempa Jogja dengan mendirikan ruma sakit lapangan nan berlokasi di lapangan Windu, Bantul.
Selain bantuan, rasa ikut merasakan pun bermunculan dampak banyaknya korban dan banyaknya kerusakan dampak gempa Jogja. Salah satu rasa ikut merasakan itu terucap dari pemimpin paling tinggi Vatikan, Paus Benediktus XVI. Saat sedang melakukan kunjungan ke Polandia, Paus Benediktus XVI menyampaikan rasa duka cita mendalam kepada para korban bala alam gempa bumi di Jogjakarta.
Dalam pernyataannya, Paus Benediktus XVI menyerukan agar tim penyelamat terus berupaya buat melakukan tindak pertolongan terhadap korban bala gempa Jogja. Pernyataan duka cita nan mendalam dari Paus Benediktus XVI disampaikan melalui telegram kepada sekretaris Paus, Kardinal Angelo Sodano.
Bentuk donasi buat merehabilitasi daerah gempa pun datang dari berbagai civitas akademika, seperti ITB, UPN, dan UGM. Civitas akademika mendirikan posko donasi humanisme buat meringankan beban para koraban gempa Jogja. Gempa Jogja memang menyedot perhatian, baik perhatian masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri.
Gempa Jogja dan Sejarah
Kegempaan di Jogjakarta dan sekitarnyaJika menilik catatan sejarah, sebenarnya telah beberpa kali terjadi gempa di daerah Jogjakarta dan sekitarnya. Kekuatan gempanya pun cukup merusak. Pada 1867, di Jogjakarta terjadi gempa bumi nan menelan korban meninggal dan korban luka-luka nan cukup banyak, serta menyebabkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur.
Selanjutnya, pada 1943, terjadi bala alam gempa bumi lagi. Kali ini, gempa Jogja nan terjadi pada 1943 itu telah merenggut korban jiwa sekitar 213 orang dan 2800 rumah hancur. Dampak dari gempa Jogja tersebut, daerah nan mengalami kerusakan paling parah ialah Purworejo dan Kebumen. Sejarah pun terulang kembali, pada 1981 terjadi gempa di daerah Jogjakarta dan sekitarnya, namun tak sampai menyebabkan korban jiwa dan kerusakan nan parah.
Dengan melihat catatan sejarah tersebut, bisa disimpulkan bahwa gempa nan terjadi di Jogja bersifat berulang. Jadi, sudah seharusnya dengan mitigasi nan lebih baik akan meminimalisasi korban jiwa dampak gempa Jogja.