Antisipasi Prediksi Gempa Bumi di Padang
Ranah Minang dengan segala estetika panorama dan kekayaan budayanya telah berkali-kali dilanda kegundahan, berkali-kali diporak-porandakan oleh suatu gejala alam nan kekuatannya sulit buat dikendalikan. Dengan begitu telah menjadi kekuatan tersendiri bagi masyarakat Minang, Sumatra Barat buat tetap tabah hayati di tanah nan beresiko mengalami bencana.
Gempa bumi di Padang adalah salah satu bukti bahwa bumi tidaklah mati, gunung-gunung, dan lautan mempunyai kepribadian tersendiri sebagai bagian dari alam loka umat manusia berkehidupan. Saat ini, masyarakat Sumatra Barat khususnya masyarakat nan berada di pesisir pantainya telah digoncang keresahan dikarenakan telah datang kabar bahwa akan datang gempa bumi nan diprediksikan terjadi pada akhir bulan Juni tahun 2012.
Bagaimana prediksi gempa ini telah membuat keresahan tersendiri bagi masyarakat Sumatra Barat disebabkan oleh pola informasi nan tak konsekuen pada struktur tatanan masyarakat nan nyatanya sedang mengalami trauma panjang sebab bala alam.
Penyebab keresahan itu ialah dikarenakan adanya Surat Edaran nan dilayangkan pada 27 April 2012 oleh Gubernur Sumatra Barat sendiri. Surat Edaran itu berbunyi bahwa ada 7 daerah di Sumatra Barat nan berpotensi gempa bumi besar. Kemudian, sang Gubernur mengisyaratkan buat adanya kewaspadaan pada rakyat Sumbar buat mengambil ancang-ancang jika terjadi bala gempa nan batas kewaspadaanya ialah pada 30 Juni 2012.
Tujuh daerah nan berpotensi mendapat gempa bumi, di antaranya Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padangpariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Catatan Gempa Bumi di Padang
Sejak ratusan tahun lalu masyarakat Kota Padang, Sumatra Barat telah lama mengalami dan menyaksikan kehebatan dan kekuatan alam dalam berbagai bentuk dari mulai letusan gunung berapi, gempa bumi, hingga gelombang dahsyat tsunami. Namun, mereka tetap tabah dalam hayati berdampingan dengan alam.
Berdasarkan catatan mutakhir dan nan terdahulu, diketahui telah terjadi gempa bumi di Padang nan telah menyababkan kerusakan ringan ato berat, korban jiwa, dan harta. Melansir warta nan diinformasikan oleh KOMPAS pada 13 Mei 2012 bahwa telah terjadi gempa bumi di Padang nan cukup mengagetkan sebagian warga Padang Sumatra Barat.
Untungnya gempa nan terjadi pada hari Minggu, 13 Mei 2012 tak cukup kuat sehingga tak menimbulkan kepanikan berarti. Dalam hal ini diberitakan bahwa gempa bumi nan terjadi berpusat di 40 kilometer barat daya Kota Padang di kedalaman 43 kilometer. Data ini diperoleh dari Ade Edward nan menjabat sebagai koordinator Manajemen Pusat Kendali Operasi Penanggulangan bala Sumbar.
Namun gempa nan terjadi tak menimbulkan kerusakan nan berarti hanya saja sedikit menjadikan warga Kota Padang menjadi sedikit was-was. Dua bulan sebelumnya juga diberitakan telah terjadi gempa dengan kekuatan 5,3 skala richter di Kota Padang, Sumatra Barat. Informasi ini dilansir dari ANTARA news bahwa telah terjadi goncangan cukup keras hingga membuat warga keluar dari rumah sebab risi akan mengakibatkan keruntuhan bangunan rumah mereka.
Bahkan, ada warga nan mengatakan mereka masih trauma pada gempa bumi di Padang nan terjadi pada 30 September 2009 lalu nan telah meluluhkan Kota Padang dengan gempa bumi berkekuatan 7,9 skala richter.
Pusat gempa nan terjadi pada Selasa jam 18.40 WIB bulan Maret 2012 itu berpusat di kedalaman 22 kilometer dari kedalaman laut, 24 kilometer baratdaya Kota Pariaman, serta di sekitar Selat Mentawai, gempa juga terasa hingga daerah Alahan Panjang.
Lalu gempa bumi di Padang pada 2009 ialah gempa gempa nan dahsyat dengan kekuatan 7,6 skala richter dan mempunyai daya rusak nan tinggi dan benar-benar meluluh lantahkan Kota Padang. Gempa nan terjadi pada 30 September 2009 ini terasa sampai ke Singapura dan bahkan getarannya sampai ke Kuala Lumpur.
Dengan kekuatannya nan dahsyat, getaran gempa ini telah menyebabkan kerusakan bangunan nan sangat parah, dengan total korban jiwa sebanyak 1.228 jiwa. Beberapa ratus tahun nan lalu juga pernah terjadi gempa bumi di Padang, yaitu pada tahun 1797 nan dilaporkan telah menyebabkan tsunami dan terjadi kerusakan parah di Kota Padang dan hanya dua orang nan meninggal.
Tsunami dampak gempa ini telah membawa gelombang bahari hingga sampai pelabuhan Muaro Padang. Banyak nan mengisahkan mengenai gempa pada tahun ini sebab efeknya nan sampai menyebabkan tsunami. Dikarenakan pada tahun 1797 sudah mulai ada kolonial asing nan mulai masuk ke nusantara.
Banyak pedagang dan pelancong nan mengilustrasikan kejadian gempa bumi di Padang seperti laporan seorang profesor dari Prancis, Du Puy pada tahun 1845 nan mengindikasikan gempa itu ialah gempa nan terkuat dalam ingatan penduduk Padang. Meskipun dia juga menyebutkan bahwa ada gempa nan lebih kuat nan terjadi 40 tahun sebelumnya.
Akibat gempa nan terjadi pada tahun 1797 itu diceritakan telah menyebabkan tsunami nan tinggi gelombangnya mencapai 30 meter. Gelombang nan pasang surut nan diakibatkan tsunami juga menyebabkan keringnya air sungai sehingga meyebabkan banyak ikan-ikan sungai nan wafat sebab air sungai kering.
Hal lain nan lebih mengerikan ialah cerita imbas tsunami nan menyebabkan kapal besi dari Inggris seberat 200 ton terbawa arus tsunami sampai 0,75 mil ke arah hulu dan terdampar di daerah pasar burung.
Namun, ada juga nan mempunyai pendapat berbeda mengenai gempa bumi di Padang yang terjadi pada tahun 1797 itu. Penelitian mengenai gempa nan mengakibatkan tsunami tersebut menyebutkan bahwa gelombang nan naik pada waktu tsunami tak sampai puluhan meter tingginya, tapi hanya 5 meter. Argumentasinya, yaitu sebagai berikut.
- Fakta dari penelusuran lokasi di sebuah kampung kecil di tepi pantai sebelah barat Gunung Padang. Tinggi tsunami cukup buat menenggelamkan orang nan memanjat pohon buat menghindari gelombang air nan naik. Tinggi pohon ini diperkirakan hanya 4-5 meter dan dapat menahan berat beban rata-rata orang dewasa.
- Fakta berikutnya ialah gelombang tsunami nan dapat menyeret kapal besi Inggris nan beratnya sekitar 200 ton hingga 0,75 mil. Penelusurannya ialah bahwa tinggi tsunami hanyalah sekitar 5 meter mengingat tinggi pinggiran sungai nan hanya sekitar 2 meter, dan draft bawah kapal nan mungkin hanya sekitar 3 meter.
Dari dua catatan tersebut membuktikan sebuah konklusi bahwa tinggi gelombang air pada waktu tsunami nan disebabkan gempa bumi di padang pada tahun 1797 itu hanya 5 meter, dan seharusnya dengan laporan bahwa tinggi gelombang nan sampai 30 meter dari Duy Puy sudah dapat menghancurkan seluruh perumahan penduduk di Padang dan pastinya akan menyebabkan kematian nan lebih banyak lagi.
Antisipasi Prediksi Gempa Bumi di Padang
Prediksi akan terjadinya gempa dan tsunami di Sumatra Barat pada akhir bulan Juni ini mendapat respon cepat dari semua surat kabar di Sumbar dan tak urung melakukan kritik terhadap surat edaran nan dilayangkan gubernur Sumbar sebab terbukti telah meninggkatkan keresahan rakyat Sumbar. Kritik dari media buat Surat Edaran Gubernur Sumbar ini dititikberatkan pada poin 2 dari Surat Edaran Gubernur tersebut.
Poin kedua dari Surat Edaran Gubernur Sumbar nan mendapat kritik berbunyi, “Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota perlu mempertimbangkan pemberlakuan Status Siaga Darurat Gempa Bumi dan Tsunami, khususnya wilayah sepanjang pesisir pantai di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Barat hingga akhir Juni 2012”. Dari Surat Edaran Gubernur poin dua telah menyebabkan kegelisahan nan teramat sangat pada masyarakat Sumbar terutama nan berada di pesisir.
Sebenarnya tak ada nan salah dengan apa nan dilakukan oleh Gubernur Sumbar sebab respon dari masyarakat Sumbarlah nan seharusnya dapat lebih santai dalam menanggapi prediksi gempa bumi di Padang dan sekitarnya. Walaupun belum bisa dipastikan tentang prediksi gempa dan tsunami dari Gubernur Sumbar ini.
Namun, ada baiknya bagi semua masyarakat Sumbar buat tetap siaga dan selektif dalam menampung informasi bala alam, apa lagi jika datangnya dari Gubernur sendiri.