Pasca Letusan Gunung Merapi
Video gunung Merapi meletus hampir setiap hari ditayangkan di berbagai media televisi. Hal ini terjadi khususnya pada akhir tahun 2010, manakala gunung berapi teraktif di global tersebut mulai menunjukkan peningkatan aktivitasnya.
Dalam video gunung Merapi meletus tersebut, masyarakat dapat melihat dengan akurat bagaimana keganasan erupsi gunung tersebut. Sebab, dapat dikatakan bahwa letusan nan terjadi pada tahun 2010 itu merupakan letusan nan terdahsyat dalam kurun waktu 200 tahun terakhir.
Dalam sejarahnya, gunung Merapi terakhir kali meletus nan memiliki imbas merusak cukup dahsyat terjadi pada tahun 1820. Dimana pada waktu itu, imbas letusan Merapi merusak beberapa kawasan dalam radius nan cukup jauh, bahkan mencapai beberapa wilayah di kota Yogyakarta nan berjarak kurang lebih 40 kilometer dari puncak gunung ini.
Setelah tahun 1820 tersebut, letusan nan ditimbulkan gunung Merapi ini tak memiliki daya rusak nan cukup besar. Bahkan akibat nan ditimbulkan pun tak mencapai radius lebih dari 10 kilometer. Itulah mengapa, ketika Merapi mengeluarkan aktivitas pada tahun 2010 kemarin, tak banyak orang nan menyangka bahwa akibat nan ditimbulkan dapat demikian parah.
Hal ini ditandai dengan penetapan kawasan rawan bala nan dilakukan secara bertahap. Di awal masa letusan gunung Merapi, kawasan rawan bala ditentukan dalam radius hanya 8-10 kilometer dari puncak Merapi. Namun, radius ini diperluas hingga 15 kilometer ketika terjadi peningkatan aktivitas Merapi pada awal November 2010.
Puncaknya, ketika semburan awan panas mencapai jangkauan lebih dari 15 kilometer, nan menimbulkan akibat banyaknya korban jiwa. Pada saat inilah, perimeter kawasan rawan bala diubah hingga pada angka 25 kilometer dari puncak Merapi.
Puncak dari aktivitas Merapi, terlihat dengan adanya lontaran pijar barah yag membumbung hingga ketinggian 7,5 kilometer ke udara. Selain itu, pada peristiwa semburan awan panas nan paling jauh inilah, banyak masyarakat nan tak menyangka bahwa semburan awan berbahaya tersebut mampu menjangkau kawasan nan sebelumnya tak pernah terjamah oleh akibat letusan Merapi.
Keganasan letusan Merapi pada November 2010 ini pulalah nan menyebabkan meninggalnya seorang tokoh nan dikenal sebagai juru kunci Merapi, yaitu Mbah Maridjan. Mbah Maridjan merupakan tokoh spiritual nan ditunjuk oleh kraton Yogyakarta, sebagai penjaga gunung Merapi dengan gelar ki Tumenggung Surakso Hargo.
Museum Gunung Merapi
Bagi masyarakat nan ingin melihat video letusan gunung Merapi, kini dapat menyaksikannya melalui tayangan nan ada di Museum Gunung Merapi. Museum ini terletak di salah satu gardu pandang Gunung Merapi nan ada di kawasan Ketep, Muntilan Jawa Tengah. Dari arah kota Yogyakarta, museum ini berjarak sekitar 40 kilometer ke arah utara.
Di museum ini, selain menyaksikan video letusan gunung Merapi di gedung sinema nan ada di sana, kita juga dapat menyaksikan secara langsung pemandangan Gunung Merapi. Di loka itu tersedia fasilitas teropong jeda jauh, dimana dengan menggunakan teropong itu kita dapat menyaksikan gunung Merapi dari jeda dekat. Tentu saja, buat dapat menggunakan perangkat tersebut kita harus membayarnya terlebih dahulu.
Selain menikmati pemandangan, di kawasan wisata Ketep tersebut kita juga dapat merasakan sejuknya udara pegunungan. Beberapa sajian khas tersaji dan kita dapat menikmatinya seperti jagung atau buah strawberry.
Khusus buat buah strawberry ini, kita dapat membelinya pada pedagang nan ada di kawasan tersebut. Selain itu, bila kita ingin menikmati sensasi tersendiri kita dapat mendapatkannnya secara langsung dengan cara memetik di kebun straberry nan banyak tersdia di sepanjang jalan menuju kawasan lokasi wisata tersebut.
Bagi mereka nan ingin memperoleh pengetahuan baru seputar gunung berapi, dapat pula mendapatkan informasi tersebut dari para pemandu wisata di sana. Para pemandu ini akan menyajikan beberapa gambar mengenai jenis-jenis letusan gunung berapi, khususnya nan pernah terjadi pada Merapi. Demikian pula, kita dapat mendapatkan citra mengenai akibat nan pernah terjadi dampak letusan gunung Merapi.
Pasca Letusan Gunung Merapi
Setelah gunung Merapi meletus, bukan berarti masalah nan mengancam kehidupan manusia juga selesai. Sebab, ada banyak hal nan masih mengancam keselamatan manusia dan kehidupan nan berada di lingkungan Merapi.
Ancaman nan muncul pasca letusan gunung berapi ialah kemunculan lahar dingin. Lahar ini berupa endapan material nan masih berada di sekitar puncak gunung dan sewaktu-waktu akan longsor apabila terjadi hujan pada bagian puncak gunung.
Menurut beberapa penelitian, ancaman bahaya nan dapat ditimbulkan oleh genre lahar dingin ini, tak dapat dianggap remeh. Sebab, akibat nan dapat ditimbulkan dapat jauh lebih dahsyat daripada akibat nan diakibatkan adanya luncuran awan panas.
Hal ini sebab genre lahar dingin tersebut memiliki sifat nan lebih merusak serta wilayah jangkauannya nan lebih luas daripada nan dapat diakibatkan oleh awan panas. Selain itu, periode ancaman lahar dingin tersebut jauh lebih lama daripada periode ancaman nan terjadi dampak luncuran awan panas.
Luncuran awan panas, hanya terjadi pada saat sebuah gunung berapi dalam kondisi aktif meletus. Sehingga periodenya dapat dikatakan sangat pendek. Sementara, genre lahar dingin dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan menjangkau beberapa kawasan termasuk wilayah nan jaraknya cukup jauh.
Meski demikian, ancaman lahar dingin masih dianggap lebih dapat diprediksi dibandingkan dengan luncuran awan panas. Selain itu, akibat nan dapat ditimbulkan pun dapat diminimalisir dengan sejumlah perhitungan dan persiapan nan matang. Untuk genre lahar dingin, biasanya akan muncul jika terjadi hujan nan cukup deras di bagian puncak gunung dimana timbunan lahar dingin tersebut berada. Selain itu, genre dari lahar dingin pun dapat diarahkan sinkron dengan kondisi nan ada buat menghindari kerusakan nan cukup parah.
Pada bala gunung Merapi 2010 kemarin, genre lahar dingin nan terjadi menyebabkan beberapa bala nan berdampak besar. Hal ini sebab belum adanya persiapan nan matang dari pihak terkait, sehubungan dengan volume lahar dingin Merapi tersebut.
Kondisi ini diperparah dengan adanya beberapa perubahan pola genre banjir lahar dingin nan berpindah arah. Pada beberapa sungai nan sebelumnya menjadi loka mengalirnya lahar dingin, sudah tak lagi mampu menampung debit material dari gunung Merapi tersebut.
Akibatnya, genre lahar dingin masuk ke beberapa sungai kecil nan mengalir di sekitar pemukiman warga. Kondisi nan tak diperkirakan tersebut menyebabkan banyak orang nan tak sempat menyelamatkan diri. Akhirnya, beberapa rumah nan berada di bantaran sungai Kali Putih nan berada di kawasan Jumoyo, Muntilan Jawa Tengah tersebut terhantam oleh beberapa batu besar nan terbawa genre lahar dingin tersebut.
Banjir lahar dingin dari gunung Merapi ini sempat pula memutuskan arus primer nan menghubungkan kota Yogyakarta dengan Semarang. Hal ini sebab putusnya jembatan nan melintas di atas sungai Pabelan, Muntilan pada bulan Maret 2011 kemarin. Akibatnya, arus lalu lintas nan menghubungkan kedua kota tersebut harus dialihkan menuju jalur alternatif nan cukup jauh.
Diperkirakan, volume lahar dingin nan masih ada di puncak Merapi baru akan habis dalam jangka waktu tiga tahun. Akibatnya, selama waktu itu pula, semua orang nan tinggal di sepanjang sungai nan berhulu di gunung Merapi harus selalu waspada manakala terjadi hujan besar di kawasan puncak Merapi.